Pernah Menang Lawan China, Presiden Taiwan: Tak Ada yang Bisa Mengancam Kami

Reporter

Tempo.co

Selasa, 23 Agustus 2022 20:00 WIB

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen melakukan inspeksi ke pangkalan Korps Marinir di Taoyuan, Kamis 2 Juni 2022. Tsai Ing-wen mencoba memanggul peluncur roket buatan Taiwan, yang mengatakan senjata itu "ringan dan praktis." Foto : Presidential Office

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Tsai Ing-wen mengatakan Taiwan pernah menang melawan China pada 1958. Menurut dia, keberhasilan dalam mempertahankan pulau garis depan lepas pantai dari pemboman China 64 tahun yang lalu adalah bukti bahwa tidak ada ancaman apa pun yang dapat menggoyahkan rakyat Taiwan.

Ia mengutip invasi Rusia yang sedang berlangsung ke Ukraina sebagai contoh. Tsai mengatakan kepada tamu dari Hoover Institution Universitas Stanford bahwa rakyat Ukraina telah menjadi inspirasi bagi seluruh dunia dalam menjaga kebebasan dan demokrasi mereka.

Lebih dari enam dekade lalu, orang Taiwan melakukan hal serupa. "Sekitar 64 tahun yang lalu selama Pertempuran Selat Taiwan, tentara dan warga sipil beroperasi dalam solidaritas dan menjaga Taiwan. Sehingga kita memiliki Taiwan yang demokratis saat ini," kata Tsai kepada delegasi yang terdiri dari para cendekiawan dan mantan pejabat AS. .

"Pertempuran untuk melindungi tanah air kami menunjukkan kepada dunia bahwa tidak ada ancaman apa pun yang dapat menggoyahkan tekad rakyat Taiwan untuk membela negara mereka, tidak di masa lalu, tidak sekarang, tidak di masa depan," katanya.

"Kami juga akan menunjukkan kepada dunia bahwa rakyat Taiwan memiliki tekad dan kepercayaan diri untuk menjaga perdamaian, keamanan, kebebasan, dan kemakmuran bagi diri kami sendiri."

Advertising
Advertising

Tsai mengacu pada Pemboman Artileri 23 Agustus di pulau terpencil Kinmen pada tahun 1958. Hari ini adalah peringatan 64 tahun pertempuran kunci yang menandai awal dari Krisis Selat Taiwan Kedua.

Pada 23 Agustus 1958, sembilan tahun setelah pemerintah Republik Tiongkok (ROC) pindah dari Tiongkok daratan ke Taiwan setelah kalah dalam perang saudara Tiongkok, pasukan komunis melancarkan serangan ke Pulau Kinmen yang dikuasai ROC. Pulau Kinmen ini terletak kurang dari 10 kilometer di lepas pantai tenggara Cina.

Selama 44 hari berikutnya, 475.000 peluru artileri ditembakkan ke Kinmen dalam upaya untuk mengambil alih pulau itu. Namun pasukan ROC di pulau itu tetap teguh melawan pemboman China, menurut catatan sejarah Taiwan.

Menurut data pemerintah, 439 personel militer tewas dan 1.911 terluka dalam pemboman itu. Selain itu, 80 warga sipil kehilangan nyawa dan 221 terluka.

Di antara pengunjung AS adalah James O. Ellis, pensiunan laksamana Angkatan Laut AS. Ellis mengatakan kehadiran delegasinya menegaskan kembali komitmen rakyat Amerika untuk memperdalam kerja sama. “Konsisten dengan Undang-Undang Hubungan Taiwan, bagian dari kerja sama ini melibatkan penguatan kemampuan Taiwan untuk pertahanan diri serta kemampuan Amerika Serikat untuk mencegah dan menolak setiap upaya kekerasan melintasi Selat Taiwan,” kata Ellis kepada Tsai.

Baca: KDEI Taipei Siapkan 6 Shelter untuk Tampung PMI Bermasalah di Taiwan

FOCUS TAIWAN | REUTERS

Berita terkait

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

17 jam lalu

Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuk ke Gaza Lewat Dermaga Buatan Amerika Serikat

Amerika Serikat mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan melalui dermaga terapung buatannya di lepas pantai Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

1 hari lalu

Joe Biden Tanda Tangani Rancangan Undang-undang Penerbangan

Rancangan undang-undang penerbangan yang ditanda-tangani Joe Biden diharapkan bisa meningkatkan kualitas di sejumlah sektor.

Baca Selengkapnya

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

1 hari lalu

26 Perusahaan Kapas dari Cina Masuk Daftar Hitam Amerika Serikat

26 perusahaan kapas asal Cina tak bisa melakukam impor ke Amerika Serikat karena diduga melakukan kerja paksa ke minoritas warga Uighur.

Baca Selengkapnya

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

1 hari lalu

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

PBB menyebut dermaga terapung yang baru saja selesai dibangun di Gaza untuk pengiriman bantuan dinilai kurang layak dibandingkan jalur darat

Baca Selengkapnya

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

1 hari lalu

DPR AS Loloskan RUU yang Mendorong Biden Kirim Senjata ke Israel

RUU tersebut diperkirakan tidak akan menjadi undang-undang, tetapi lolosnya beleid itu di DPR AS menunjukkan kesenjangan pada tahun pemilu soal Israel

Baca Selengkapnya

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

2 hari lalu

Ini Poin-poin Penting dari 'Era Baru' Kemitraan Strategis Putin dan Xi

Putin dan Xi Jinping sepakat memperdalam kemitraan strategis mereka sekaligus mengecam Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

2 hari lalu

Anggota Kongres AS Keturunan Palestina Ingin Hari Nakba Diakui

Seorang anggota Kongres AS mendorong resolusi yang mengakui peristiwa Nakba dan hak pengungsi Palestina.

Baca Selengkapnya

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

2 hari lalu

20 Dokter AS Terjebak di Gaza, Gedung Putih Klaim Upayakan Evakuasi

Gedung putih mengatakan pemerintah AS berupaya mengevakuasi sekelompok dokter AS yang terjebak di Gaza setelah Israel menutup perbatasan Rafah

Baca Selengkapnya

All 4 One Gelar Konser di Jakarta 23 Juni, Ini Profil Grup Vokal yang Populerkan Lagu I Swear

2 hari lalu

All 4 One Gelar Konser di Jakarta 23 Juni, Ini Profil Grup Vokal yang Populerkan Lagu I Swear

Grup vokal legendaris dari Amerika Serikat, All 4 One menggelar konser bertajuk All 4 One 30 Years Anniversary Tour di Jakarta pada 23 Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

2 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya