WHO Terbitkan Rekomendasi Obat untuk Virus Ebola

Reporter

Tempo.co

Jumat, 19 Agustus 2022 22:00 WIB

Seorang perawat membawa bayi yang dicurigai terinfeksi virus Ebola di rumah sakit di Oicha, Provinsi Kivu Utara Republik Demokratik Kongo, 6 Desember 2018. Virus ebola yang menyebabkan pendarahan parah, kegagalan organ, dan dapat menyebabkan kematian. REUTERS/Goran Tomasevic

TEMPO.CO, Jakarta - WHO pada Jumat, 19 Agustus 2022, menerbitkan rekomendasi antibodi monoclonal untuk merawat pasien, yang tertular virus Ebola. Obat yang dimaksud itu adalah Inmazeb dan Ebanga, yang menggunakan monoclonal antibodi untuk memerangi infeksi virus ebola.

WHO yakin penggunaan obat ini, yang digabungkan dengan perawatan yang lebih baik, telah menjadi terobosan dalam perawatan penyakit ini, yang dianggap bisa menyebabkan kematian.

“Dukungan perawatan dan terapi selama lebih dari 10 tahun telah merevolusi pengobatan Ebola. Virus ebola dulu hampir dianggap sebagai penyakit yang mematikan. Namun kasus ini sekarang tidak seperti itu lagi,” kata Robert Fowler, profesor dari Universitas Toronto, Kanada dan co-chair kelompok guideline development WHO.

Advertising
Advertising

Menurut Fowler, dengan perawatan yang efektif maka pasien-pasien yang tertular Ebola bisa sembuh cukup cepat. Namun Fowler belum memberikan data yang spesifik.

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]

Rekomendasi baru ini buntut dari sejumlah uji coba obat-obatan untuk melawan demam hemorrhagic di Republik Demokratik Kongo selama wabah ebola terjadi disana selama 2018 – 2020. Janet Diaz, dokter yang juga Kepala unit managemen klinis di program darurat kesehatan WHO, mengatakan obat-obatan untuk menyembuhkan ebola saat ini sudah tersedia di Kongo, namun dibutuhkan upaya tambahan untuk membuat obat itu lebih terjangkau.

“Jalan untuk mengakses (obat) adalah prioritas yang sedang di upayakan saat ini,” kata Diaz.

Wabah ebola pernah menggegerkan dunia pada 2019. Kasus pertama ebola 2019 ditemukan di Republik Demokratik Kongo pada 1 Agustus 2018. Seiring waktu, jumlah korbannya semakin meningkat sehingga WHO menetapkannya sebagai darurat kesehatan global.

Sebelumnya Direktur kedaruratan WHO wilayah Afrika, Ibrahima Soce Fall, mengatakan ada risiko penyakit itu dapat menyebar ke negara tetangga Republik Afrika Tengah dan Kongo Brazzaville.

"Ini mengkhawatirkan tetapi dengan mempertimbangkan peningkatan kapasitas dan pengalaman di Kongo, kami yakin itu dapat diatasi," kata Fall pada konferensi pers di Jenewa.

Kongo melalui 13 wabah Ebola sebelumnya, termasuk salah satunya pada 2018-2020 di wilayah timur negara itu, yang menewaskan hampir 2.300 orang. Angka korban itu jadi yang tertinggi kedua, yang tercatat dalam sejarah negara itu.

Sumber: Reuters

Baca juga: 1 Pasien Ebola di Kongo Meninggal

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

2 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

5 hari lalu

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.

Baca Selengkapnya

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

5 hari lalu

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?

Baca Selengkapnya

Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

6 hari lalu

Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.

Baca Selengkapnya

Waspadai Cuaca Panas Ekstrem di Musim Pancaroba, Dampaknya Bisa Sampai Ginjal

7 hari lalu

Waspadai Cuaca Panas Ekstrem di Musim Pancaroba, Dampaknya Bisa Sampai Ginjal

Jika orang kehilangan kontrol temperatur internal karena cuaca panas ekstrem, mereka mungkin akan mengalami berbagai masalah kesehatan.

Baca Selengkapnya

Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

8 hari lalu

Pakar Farmasi Bantah Obat Sakit Kepala Bisa Sebabkan Anemia Aplastik

Pakar menjelaskan kasus anemia aplastik akibat obat-obatan jarang terjadi, apalagi hanya karena obat sakit kepala.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

8 hari lalu

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.

Baca Selengkapnya

Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

9 hari lalu

Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

Penyakit sifilis bisa menular dari ibu yang terinfeksi ke janinnya melalui plasenta. Pemeriksaan kehamilan bantu mencegah penularan itu.

Baca Selengkapnya

Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

9 hari lalu

Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

Sejumlah hal perlu diperhatikan dalam pola makan penderita Parkinson, seperti pembuatan rencana makan. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

4 Obat Ini Diklaim Bisa Bikin Panjang Umur, Benarkah?

14 hari lalu

4 Obat Ini Diklaim Bisa Bikin Panjang Umur, Benarkah?

Empat macam obat umum ini disebut berpeluang membuat orang panjang umur. Simak sebabnya dan penjelasan peneliti.

Baca Selengkapnya