Menteri Luar Negeri Ukraina Minta Negara di Kawasan Asia Mengecam Invasi Rusia

Reporter

Daniel Ahmad

Rabu, 17 Agustus 2022 19:00 WIB

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba saat jumpa pers bersama wartawan Asia, Rabu, 17 Agustus 2022. Sumber: Daniel Ahmad

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba meminta agar negara-negara di Asia, khususnya kawasan tenggara dan selatan, mengecam invasi Rusia ke negaranya. Sebab menurutnya, netralitas dalam konflik ini merupakan sebuah kemunafikan.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Moskow mengatakan apa yang dilancarkannya itu sebagai sebuah operasi militer untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina.

Seorang prajurit Ukraina memberi isyarat pada sebuah tank, saat ditarik oleh truk militer di dekat Bakhmut, saat invasi Rusia ke Ukraina berlanjut, di wilayah Donetsk, Ukraina 15 Agustus 2022. REUTERS/Nacho Doce

Advertising
Advertising

Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, sudah mengecam Kremlin dengan menjatuhkan sanksi ekonomi dan mengirim bantuan senjata ke Ukraina. Sedangkan sebagian besar negara di Asia selatan dan tenggara memilih sikap netral untuk tidak mengutuk demi menjaga relasi dengan Moskow. Indonesia dan India, termasuk negara yang tidak mengecam invasi Rusia.

"Apakah Anda netral terhadap hak Rusia untuk melanggar perbatasan negara berdaulat? Apakah Anda netral terhadap negara lain di dunia yang melakukan kejahatan agresi terhadap tetangganya?" kata Kuleba saat jumpa pers virtual bersama wartawan Asia, Rabu, 17 Agustus 2022.

Menurut Kuleba, netralitas adalah kemunafikan. Setiap pemimpin dan setiap politikus di seluruh bagian dunia, termasuk Asia, harus ingat tentang itu (kemunafikan).

Kuleba mengingatkan perang Ukraina ini berdampak pada skala global, bukan hanya kepada negaranya saja. Dia menyoroti krisis pangan dan ketersediaan energi sebagai implikasi invasi Rusia.

Para pemimpin di kawasan Asia, baginya tidak perlu khawatir dengan Moskow. Sebab Ukraina pun sampai sekarang masih bertahan sebagai contohnya.

"Satu-satunya alasan mengapa semua ini terjadi, (kami masih bertahan) adalah karena kami tidak takut dengan Rusia. Jangan takut pada mereka. Ini adalah cara terbaik untuk melindungi kepentingan nasional Anda," ujar Kuleba.

Memasuki bulan keenam perang Ukraina, Rusia belum berhasil menjatuhkan pemerintahan Kyiv dan masih menggempur negara tetangganya itu, yang sama-sama bekas anggota Uni Soviet. Pertempuran khususnya masih berlangsung di wilayah timur, Donbas.

Pangkalan militer Rusia yang diserang di Krimea pun menjadi medan pertempuran. PBB baru-baru ini juga memantau perang Ukraina di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia.

Baca juga : Separatis Ukraina Ajak Kerja Sama Kim Jong Un

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

10 jam lalu

Ukraina Berharap Indonesia Hadiri KTT Perdamaian di Swiss Bulan Depan

Dubes Ukraina mengatakan pemerintah Indonesia belum mengonfirmasi kehadiran di KTT Perdamaian, yang akan berlangsung di Swiss bulan depan.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Undang Gambia ke Indonesia-Africa Forum di Bali

17 jam lalu

Menlu Retno Undang Gambia ke Indonesia-Africa Forum di Bali

Indonesia-Africa Forum kedua akan diselenggarakan di Bali pada 3 - 4 September 2024. Menlu Retno mengundang perwakilan dari Gambia.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

17 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Rusia Kesal Volodymyr Zelensky Bawa-bawa Tuhan dalam Perang Ukraina

Volodymyr Zelensky disebut Kementerian Luar Negeri Rusia sedang hilang akal karena membawa-bawa Tuhan dalam konflik dengan Moskow.

Baca Selengkapnya

Zelensky Masuk dalam Daftar Buron Rusia, Ukraina Sebut Moskow Putus Asa

20 jam lalu

Zelensky Masuk dalam Daftar Buron Rusia, Ukraina Sebut Moskow Putus Asa

Ukraina menyebut Rusia mencari perhatian karena menetapkan Presiden Zelensky sebagai buronan.

Baca Selengkapnya

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

1 hari lalu

Rusia Masukkan Volodymyr Zelensky Dalam Daftar Buronan

Kementerian Dalam Negeri Rusia mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

2 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

2 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

2 hari lalu

Antisipasi Protes Anti-Israel, Penyelenggara Eurovision Larang Pengibaran Bendera Palestina

Keputusan penyelenggara Eurovision diambil meskipun ketegangan meningkat seputar partisipasi Israel

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Kunjungan Kerja ke Turkiye untuk Mempererat Hubungan Kedua Negara

4 hari lalu

Retno Marsudi Kunjungan Kerja ke Turkiye untuk Mempererat Hubungan Kedua Negara

Retno Marsudi kunjungan kerja ke Turkiye pada Rabu, 1 Mei 2024, untuk mempererat hubungan kedua negara.

Baca Selengkapnya

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

6 hari lalu

Pemantau PBB Laporkan Rudal Korea Utara Hantam Kharkiv Ukraina

Badan ahli tersebut mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa penemuan rudal menunjukkan pelanggaran sanksi internasional oleh Korea Utara.

Baca Selengkapnya