WHO Umumkan Cacar Monyet Ganti Nama, Bukan Lagi Monkeypox

Reporter

Tempo.co

Senin, 15 Agustus 2022 18:25 WIB

Ilustrasi Cacar Monyet. shutterstockcom

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan mengnganti nama varian virus monkeypox atau cacar monyet untuk mengatasi kekhawatiran tentang konvensi penamaan asli. “Virus yang baru diidentifikasi, penyakit terkait dan varian virus diberi nama untuk menghindari pelanggaran terhadap kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional, atau etnis apa pun, serta meminimalkan dampak negatif pada perdagangan, perjalanan, pariwisata, atau kesejahteraan hewan,” tulis WHO dalam pengumumannya pada Sabtu, 13 Agustus 2022.

Varian Kongo dan Afrika Barat direklasifikasi sebagai Clade I dan Clade II, yang terakhir memiliki dua subclade. Nama-nama baru akan segera diumumkan.

Sebuah kelompok ahli global memutuskan konvensi penamaan baru sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk menyelaraskan nama penyakit cacar monyet, virus, dan varian atau clades dengan praktik terbaik saat ini.

WHO juga sedang mengembangkan nama baru untuk virus monkeypox secara keseluruhan, termasuk penyakit yang disebabkannya, setelah protes atas potensi stigmatisasi. WHO juga memperingatkan di awal pandemi COVID-19 agar tidak menyebut virus itu sebagai "virus China" atau "virus Wuhan" karena potensi diskriminasi.

Perubahan nama untuk monkeypox dapat mengoreksi asumsi tentang asal usul virus. Menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) asal usul cacar monyet tidak diketahui , meskipun virus ini ditemukan pada tahun 1958 dalam sekelompok monyet yang dipelihara untuk penelitian.

Advertising
Advertising

Dalam praktik terbaiknya untuk nama penyakit menular, WHO memperingatkan agar tidak menggunakan lokasi geografis, nama orang, spesies hewan, dan referensi spesifik lainnya. WHO mengatakan sedang mengadakan "konvensi terbuka" untuk mengganti nama monkeypox.

"Siapa pun yang ingin mengusulkan nama baru dapat melakukannya," kata WHO di Twitter .

CDC melaporkan 11.177 kasus cacar monyet di AS pada 12 Agustus serta 31.799 kasus global. Kasus-kasus terus bermunculan terutama di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki lain. Namun pejabat WHO telah memperingatkan bahwa wabah tersebut juga menyebar di luar komunitas homoseksual. Sejumlah kasus cacar monyet di AS telah dilaporkan terjadi pula pada anak-anak dan wanita.

WHO menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan masyarakat pada bulan Juli. Awal bulan ini Gedung Putih menyatakan darurat kesehatan untuk cacar monyet.

Baca: Tertinggi, Kasus Cacar Monyet AS Tembus 10.000

THE HILL

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

5 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

11 hari lalu

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.

Baca Selengkapnya

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

12 hari lalu

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

Cacar monyet atau Mpox bukanlah penyakit yang berasal dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

20 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

23 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

24 hari lalu

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO

Baca Selengkapnya

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

25 hari lalu

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?

Baca Selengkapnya

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

27 hari lalu

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza

Baca Selengkapnya

Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

42 hari lalu

Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

Laporan IQAir memaparkan hanya tujuh negara yang kualitas udaranya memenuhi standar WHO.

Baca Selengkapnya