Peretas Jebol Aplikasi Covid Shanghai, 48 Juta Data Pribadi Dijual 4 Ribu Dolar

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Jumat, 12 Agustus 2022 19:30 WIB

Warga memeriksa ponselnya di stasiun kereta bawah tanah, setelah penguncian yang dilakukan untuk mengekang wabah Covid-19 dicabut di Shanghai, Cina 2 Juni 2022. REUTERS/Aly Song

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang peretas mengklaim telah memperoleh data pribadi 48,5 juta pengguna aplikasi seluler kode kesehatan Covid yang dijalankan oleh kota Shanghai. Ini merupakan pembobolan informasi pribadi kedua di China dalam waktu sebulan.

Peretas dengan nama pengguna sebagai "XJP" memposting tawaran untuk menjual data seharga $ 4.000 atau Rp58,7 juta di forum peretas Breach Forums pada Rabu, 10 Agustus 2022.

Peretas memberikan sampel data termasuk nomor telepon, nama dan nomor identifikasi, serta status kode kesehatan 47 orang.

Sebelas dari 47 orang yang dihubungi Reuters mengkonfirmasi bahwa data mereka masul dalam contoh itu, meskipun dua orang mengatakan nomor identifikasi mereka salah.

"DB (database) ini berisi semua orang yang tinggal atau mengunjungi Shanghai sejak adopsi Suishenma," kata XJP dalam unggahan tersebut, yang awalnya meminta $4.850 sebelum menurunkannya.

Suishenma adalah nama China untuk sistem kode kesehatan Shanghai, yang dibuat oleh kota berpenduduk 25 juta orang, seperti banyak kota di seluruh China, pada awal 2020 untuk memerangi penyebaran Covid-19. Semua penghuni dan pengunjung harus menggunakannya.

Aplikasi mengumpulkan data perjalanan untuk memberi orang peringkat merah, kuning, atau hijau yang menunjukkan kemungkinan terjangkit virus dan pengguna harus menunjukkan kode untuk memasuki tempat umum.

Advertising
Advertising

Data dikelola oleh pemerintah kota dan pengguna mengakses Suishenma melalui aplikasi Alipay, yang dimiliki oleh raksasa fintech dan afiliasi Alibaba, Ant Group, dan aplikasi WeChat dari Tencent Holdings.

XJP, pemerintah Shanghai, Ant dan Tencent tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Pelanggaran Suishenma ini terjadi setelah seorang peretas awal bulan lalu mengatakan memperoleh 23 terabyte informasi pribadi milik satu miliar warga China dari polisi Shanghai.

Peretas itu juga menawarkan untuk menjual data di Forum Pelanggaran.

The Wall Street Journal, mengutip peneliti keamanan siber, mengatakan peretas pertama berhasil mencuri data dari polisi karena dasbor untuk mengelola basis data polisi dibiarkan terbuka di internet publik tanpa perlindungan kata sandi selama lebih dari setahun.

Surat kabar itu mengatakan Alibaba dan otoritas Shanghai telah memanggil eksekutif perusahaan atas masalah tersebut.

Baik pemerintah Shanghai, polisi maupun Alibaba belum memberikan konfirmasi atas klaim peretas itu.

Reuters

Berita terkait

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

3 hari lalu

Alipay Beroperasi di Indonesia? BI: Belum Ada Pengajuan Formal

Para pemohon termasuk perwakilan Ant Group sebagai pemilik aplikasi pembayaran Alipay bisa datang ke kantor BI untuk meminta pre-consultative meeting.

Baca Selengkapnya

Melawat ke Cina, Menlu AS Bahas Dukungan Beijing untuk Industri Pertahanan Rusia

6 hari lalu

Melawat ke Cina, Menlu AS Bahas Dukungan Beijing untuk Industri Pertahanan Rusia

Menlu AS Antony Blinken juga akan membahas sejumlah isu dalam lawatan ke Cina, termasuk Laut Cina Selatan dan konflik Timur Tengah

Baca Selengkapnya

Cara Menonaktifkan dan Menghapus Akun GetContact

9 hari lalu

Cara Menonaktifkan dan Menghapus Akun GetContact

Akun yang terdaftar dalam GetContact dapat dihapus secara permanen dengan cara mudah.

Baca Selengkapnya

6 Poin Pertemuan Jokowi dan Menlu China: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya hingga Situasi Timur Tengah

9 hari lalu

6 Poin Pertemuan Jokowi dan Menlu China: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya hingga Situasi Timur Tengah

Jokowi menginginkan adanya percepatan studi kelayakan trayek kereta cepat hingga Surabaya.

Baca Selengkapnya

Pihak-Pihak yang Berkontribusi terhadap Perlindungan Hak Privasi Data Pribadi

10 hari lalu

Pihak-Pihak yang Berkontribusi terhadap Perlindungan Hak Privasi Data Pribadi

Di era digital penting untuk melindungi data pribadi sebagai hak privasi. Siapa saja pihak-pihak yang berperan besar melindungi data diri?

Baca Selengkapnya

Pahami Soal Hak Privasi, Pelakunya Bisa Kena Sanksi Penjara 5 Tahun dan Denda Maksimal Rp 5 Miliar

10 hari lalu

Pahami Soal Hak Privasi, Pelakunya Bisa Kena Sanksi Penjara 5 Tahun dan Denda Maksimal Rp 5 Miliar

Seorang prajurit TNI dituduh langgar privasi ketika memotret penumpang kereta api tanpa izin. Apa arti hak privasi dan bagaimana sanksi pelakunya?

Baca Selengkapnya

3 Aplikasi Ini Ditemukan Bobol Data Pribadi dan Keuangan, Segera Hapus

11 hari lalu

3 Aplikasi Ini Ditemukan Bobol Data Pribadi dan Keuangan, Segera Hapus

Para peneliti dari perusahaan keamanan siber, ESET, menemukan tiga aplikasi yang sangat berbahaya.

Baca Selengkapnya

Iran Lancarkan Serangan Balasan ke Israel, Apa Respons Amerika Serikat, China, dan Rusia?

13 hari lalu

Iran Lancarkan Serangan Balasan ke Israel, Apa Respons Amerika Serikat, China, dan Rusia?

Iran telah melancarkan serangan udara terhadap Israel yang menuai berbagai respon dari negara-negara di dunia, termasuk China, Rusia, dan AS.

Baca Selengkapnya

Peretas: Bebaskan Tahanan Palestina Atau Data Keamanan Israel Dijual

16 hari lalu

Peretas: Bebaskan Tahanan Palestina Atau Data Keamanan Israel Dijual

NET Hunter, kelompok peretas yang membobol Kementerian Keamanan Israel, mengatakan akan terus melakukan serangan cyber sampai perang Gaza berhenti.

Baca Selengkapnya

5 Tradisi Perayaan Lebaran di Berbagai Negara, Hidangan Ouzi di UEA sampai Ziarah Kubur di China

17 hari lalu

5 Tradisi Perayaan Lebaran di Berbagai Negara, Hidangan Ouzi di UEA sampai Ziarah Kubur di China

Perayaan lebaran di berbagai negara menunjukkan kekayaan budaya dan keberagaman. Berikut yang dilakukan di 5 negara ini.

Baca Selengkapnya