Insiden Penembakan Pasukan Perdamaian, Sekjen PBB Minta Maaf ke Presiden Kongo
Reporter
Tempo.co
Editor
Sita Planasari
Selasa, 2 Agustus 2022 18:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, Senin meminta maaf kepada Presiden Republik Demokratik Kongo Felix Tshisekedi atas insiden penembakan yang dilakukan pasukan perdamaian PBB pada Ahad 31 Juli 2022.
Dalam insiden itu, sejumlah anggota pasukan penjaga perdamaian PBB melakukan penembakan dan menewaskan dua warga di sebuah kota perbatasan. Dalam percakapan via telepon seperti dilansir Xinhua, Guterres menyampaikan belasungkawa dan meminta maaf atas insiden tersebut, kata juru bicara Guterres, Stephane Dujarric.
Guterres mengatakan PBB berkomitmen penuh terhadap perdamaian serta siap berkoordinasi dan bekerja dengan angkatan bersenjata Kongo. Dia juga menilai perlu ada dialog efektif guna mengatasi situasi tersebut serta menghadirkan stabilitas di Kongo timur, menurut jubir itu.
Guterres mengungkapkan kemarahannya setelah insiden yang terjadi di Kasindi, Provinsi Kivu Utara, di perbatasan Kongo dan Uganda. Selain dua kematian yang dilaporkan, 15 orang lainnya terluka dalam insiden mematikan itu, kata otoritas di Kongo.
Pasukan PBB yang dikenal sebagai Monusco mengakui bahwa beberapa penjaga perdamaiannya, yang kembali dari cuti di negara asal yang sejauh ini tidak diketahui, telah melepaskan tembakan "untuk alasan yang tidak dapat dijelaskan." Sejumlah pihak yang terlibat dilaporkan telah dilakukan.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan dua pria - setidaknya satu berseragam polisi dan satu lagi berseragam tentara - maju menuju konvoi PBB yang tidak bergerak di belakang penghalang tertutup di Kasindi.
Setelah pertukaran verbal, penjaga perdamaian muncul dan melepaskan tembakan sebelum membuka penghalang dan melewatinya sementara orang-orang berhamburan.
Sekjen PBB menekankan perlunya menunjukkan tanggung jawab atas peristiwa tersebut dan menyambut baik keputusan perwakilan khususnya di Kongo, Bintou Keita, untuk menahan para anggota pasukan penjaga perdamaian yang terlibat dalam insiden tersebut. PBB juga segera memulai penyelidikan terhadap insiden itu.
Pekan lalu, demonstrasi mematikan disertai perusakan dan penjarahan terjadi di beberapa kota di Kongo timur untuk menuntut kepergian pasukan perdamaian PBB. Di Goma, Butembo, Beni dan kota-kota lain, pengunjuk rasa menyerbu fasilitas Monusco. Sembilan belas orang, termasuk tiga penjaga perdamaian, tewas dalam bentrokan.
Para pengunjuk rasa menuduh pasukan penjaga perdamaian tidak efektif dalam memerangi 100 lebih kelompok bersenjata yang bertanggung jawab atas kekacauan yang telah melanda provinsi timur selama hampir 30 tahun.
Salah satu misi PBB terbesar dan termahal di dunia, Monusco telah berada di Kongo sejak 1999. Saat ini mereka memiliki lebih dari 14.000 penjaga perdamaian, dengan anggaran tahunan US$1 miliar.
Baca juga: Anggota Pasukan Perdamaian Indonesia Terbunuh di Kongo
SUMBER: XINHUA