TEMPO.CO, Jakarta -Lima bulan invasi Rusia ke Ukraina, pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov mendesak rakyat Ukraina untuk mengganti pemimpinnya.
"Ukraina harus mengganti pemimpin yang hanya menghasut warganya untuk mati," kata Kadyrov melalui Telegram, dikutip dari Odessa Journal pada Senin, 25 Juli 2022.
Ia juga menyarankan negara-negara Eropa supaya mengubah pemerintahan mereka.
"Sanksi tidak menghantam Rusia, tetapi Eropa. Kepala perdana menteri pertama sudah berganti (Inggris). Eropa akan bernafas lega ketika semua pejabat tinggi negara diganti sebelum datangnya cuaca dingin. Jika tidak, musim dingin ini, Rusia tidak akan bisa menghangatkan semua orang dengan gas tepat waktu. Atau lebih tepatnya, mereka bisa, tapi dia tidak mau,” tulis pemimpin Chechnya itu.
Ia juga menyinggung transisi ke perang skala penuh akibat invasi Rusia ke Ukraina yang masih berlangsung. Dia menyalahkan Eropa dan NATO yang mendesak Moskow memutuskan langkah tersebut.
“Eropa, dengan pernyataan dan dukungan militernya, sedang mengejar tujuan tertentu – untuk memaksa Rusia beralih dari operasi khusus ke perang skala penuh menggunakan semua jenis senjata di seluruh garis depan,” ujarnya.
Lima bulan berlalu sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan invasi Ukraina pada 24 Februari 2022. Sampai saat ini, Rusia masih menggempur negara tetangganya itu.
Moskow mengatakan apa yang dilancarkannya itu sebagai sebuah operasi militer untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina. Negara-negara Barat mengecam Kremlin dengan menjatuhkan sanksi ekonomi dan mengirim bantuan senjata ke Ukraina.
Puluhan ribu orang tewas selama perang dan jutaan jiwa Ukraina pindah ke luar negeri untuk mengungsi. Barat menganggap Rusia genosida di Ukraina. Moskow berulang kali membantah menargetkan warga sipil.
Masalah lain berupa krisis pangan dan ketersediaan energi pun muncul dari konflik ini.
Di sektor Energi, Uni Eropa sepakat menghentikan impor minya dari Rusia yang akan berlaku pada akhir tahun. Rusia membalasnya dengan menghentikan pasokan ekspor gas ke Eropa. Benua Biru, yang sangat bergantung pada energi Moskow, sedang mencari mitra lain.