TEMPO Interaktif , Beirut: Ada dua roket meluncur dari Libanon selatan dan menghantam sisi utara Israel. Tembakan ini langsung direspon tentara Israel, yang berakibat meningkatkan kecemasan para penduduk di perbatasan.
Dalam sejarahnya, tentara Hisbullah dengan Israel terlibat pertempuran dahsyat selama 34 hari di tahun 2006. Saat itu, setidaknya lebih dari 1.200 orang di Libanon tewas –yang kebanyakan penduduk sipil-- dan di pihak Israel 159 tentara tewas dalam konflik itu.
Sementara dari roket yang baru saja diluncurkan, masih belum diketahui siapa yang bertanggung jawab. Namun pejabat keamanan Libanon mengatakan roket itu diluncurkan dari Mansouri dan al-Qalaila dekat dengan Kota pantai Naqoura.
Dari pihak Israel melaporkan bahwa salah satu roket telah melukai seorang wanita. Israel membalasnya dengan menembakkan roket ke perbatasan dan sampai kini tidak ada laporan korban di pihak Libanon.
Presiden Libanon Michel Suleiman mengatakan bahwa pihaknya tidak mengijinkan wilayah Libanon Selatan menjadi tempat peluncuran roket ke Israel. Hal ini sebagai respons karena pemerintah Israel mengatakan, pemerintah Libanon harus bertanggung jawab dengan penyerangan ini.
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyebut dunia akan menjadi tempat yang lebih baik karena Presiden Amerika Serikat Donald Trump "idiot."