TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah Inggris dan Bank Pembangunan Asia (ADB) sepakat meningkatkan pendanaan senilai £107 juta atau Rp1,9 triliun untuk mendukung upaya negara-negara ASEAN dalam mendorong pembiayaan hijau atau pembangunan ke arah ramah lingkungan.
Seperti yang ditetapkan dalam Kebijakan Luar Negeri Inggris yang diterbitkan pada Maret 2021, Inggris sedang menjajaki potensi besar di Asia Tenggara. Negeri Ratu Elizabeth adalah anggota pendiri ADB.
Paket dana dari Inggris dan ADB dalam ASEAN Catalytic Green Finance Facility (ACGF) akan dimanfaatkan untuk mempercepat jalur proyek infrastruktur rendah karbon dan tahan iklim. Itu juga ditujukan untuk mengkatalisasi pembiayaan dari sumber modal publik dan swasta.
Adapun dana tersebut akan menjadi bagian dari ASEAN Green Recovery Platform yang diluncurkan pada COP26.
“Sebagai mitra terpercaya untuk ASEAN, pembiayaan Inggris yang disalurkan melalui ADB ini sangat penting untuk membantu memberikan investasi baru yang ramah lingkungan, transparan dan andal, juga menciptakan lapangan kerja dan menempatkan keahlian Inggris di pusat penanganan perubahan iklim," kata Menteri Inggris untuk Kawasan Asia dan Timur Tengah, Amanda Milling, dalam keterangan tertulis yang diterima pada Kamis, 14 Juli 2022.
Sejak diluncurkan pada 2019, ACGF telah memperoleh US$2 miliar atau Rp 30 triliun dalam perjanjian pembiayaan bersama dan memasukkan lima proyek dalam jalur pembiayaan formalnya.
Langkah ini diyakini telah membantu pengembangan jalur yang lebih panjang dari 29 proyek infrastruktur ramah lingkungan dan memberikan dukungan konsultasi yang memungkinkan negara-negara ASEAN untuk memanfaatkan pasar modal melalui penerbitan obligasi hijau lebih dari US$5,6 miliar atau sekitar Rp84 triliun.
Dana Perwalian
Inggris–ACGF akan membangun upaya ini dan mendukung negara-negara melalui pinjaman dan bantuan teknis untuk memobilisasi modal, termasuk melalui inisiatif regional seperti Blue SEA Finance Hub, yang berbasis di Indonesia.
DANIEL AHMAD