AS: Jurnalis Al Jazeera Terbunuh Israel, tapi Tidak Sengaja

Reporter

Daniel Ahmad

Editor

Yudono Yanuar

Selasa, 5 Juli 2022 14:37 WIB

Sebuah gambar reporter Al Jazeera Shireen Abu Akleh, yang terbunuh oleh tembakan tentara Israel selama serangan Israel, menurut saluran berita yang berbasis di Qatar, ditampilkan di gedung markas Al-Jazeera di Doha, Qatar, 11 Mei 2022. REUTERS/Imad Creidi

TEMPO.CO, Jakarta - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada Senin, 4 Juli 2022, menyatakan, wartawan Al Jazeera Shireen Abu Akleh kemungkinan besar terbunuh oleh tembakan dari posisi Israel, tetapi insiden diduga terjadi atas unsur ketidaksengajaan. Penyelidik independen AS belum bisa mencapai kesimpulan pasti tentang asal peluru yang mengenainya.

Deplu AS menyebut, Koordinator Keamanan AS atau USSC awalnya meringkas penyelidikan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Otoritas Palestina. Kemudian, mereka menyimpulkan bahwa tembakan dari posisi Israel kemungkinan bertanggung jawab atas kematiannya.

"USSC tidak menemukan alasan untuk percaya bahwa ini disengaja melainkan hasil dari keadaan tragis selama operasi militer yang dipimpin IDF terhadap faksi Jihad Islam Palestina," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters.

Dalam analisis forensik oleh pemeriksa pihak ketiga yang diawasi oleh USSC, para ahli balistik menentukan peluru itu rusak parah. Temuan itu mencegah kesimpulan yang jelas tentang asalnya.

Laporan itu pun akhirnya tidak meredakan ketegangan antara kedua belah pihak. Jaksa Agung Palestina Akram al-Khatib mengatakan kesimpulan AS soal peluru rusak, itu tidak benar. Dia tetap menyangka Abu Akleh sengaja menjadi sasaran.

Advertising
Advertising

"Pernyataan Amerika bahwa mereka tidak menemukan alasan untuk menunjukkan bahwa penargetan itu disengaja tidak dapat diterima," kata Khatib. Dia menambahkan, Palestina akan terus mengejar tindakan hukum terhadap Israel di Pengadilan Kriminal Internasional.

"Israel bertanggung jawab atas pembunuhannya dan itu harus dimintai pertanggungjawaban," kata Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dalam sebuah pernyataan.

Abu Akleh terbunuh pada 11 Mei 2022 saat meliput serangan militer Israel di kota Palestina, Jenin, di wilayah Tepi Barat yang diduduki. Kematian wartawan Palestina-Amerika terkemuka memicu kemarahan Palestina dan kecaman dunia internasional.

Rekaman video memperlihatkan Abu Akleh, mengenakan rompi biru bertanda "Pers" ketika dia ditembak. Setidaknya dua rekannya yang bersamanya mengatakan mereka berada di bawah tembakan penembak jitu Israel tanpa berada di dekat militan.

Israel telah membantah bahwa salah satu tentaranya membunuh Abu Akleh dengan sengaja. Tel Aviv mengklaim bahwa dia mungkin terkena tembakan tentara yang salah atau oleh peluru dari salah satu pria bersenjata Palestina yang menurutnya sedang bentrok dengan pasukannya di tempat kejadian.

Bulan lalu, kantor hak asasi manusia PBB mengatakan informasi yang dapat dikumpulkan dari insiden tersebut menunjukkan bahwa Abu Akleh telah dibunuh oleh tembakan dari militer Israel dan bukan dari Palestina.

Berita terkait

Menyusul Kritik dari Israel dan AS, Ini Tanggapan Jaksa ICC

1 jam lalu

Menyusul Kritik dari Israel dan AS, Ini Tanggapan Jaksa ICC

Kantor kejaksaan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) menyerukan diakhirinya apa yang mereka sebut sebagai intimidasi terhadap stafnya.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

2 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

7 jam lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

8 jam lalu

Dokter Bedah Ternama Gaza Tewas di Penjara Israel, Diduga Disiksa

Seorang dokter bedah Palestina terkemuka dari Rumah Sakit al-Shifa di Gaza meninggal di penjara Israel setelah lebih dari empat bulan ditahan.

Baca Selengkapnya

Iran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz

8 jam lalu

Iran Bebaskan Awak Kapal Terafiliasi Israel yang Sempat Disita di Selat Hormuz

Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian mengatakan Iran telah membebaskan awak kapal MSC Aries yang terafiliasi dengan Israel, setelah sempat disita di dekat Selat Hormuz.

Baca Selengkapnya

Kelompok Milisi Irak Lancarkan Serangan Rudal terhadap Israel

9 jam lalu

Kelompok Milisi Irak Lancarkan Serangan Rudal terhadap Israel

Kelompok bersenjata Perlawanan Islam di Irak mengaku bertanggung jawab atas serangan rudal terhadap kota Tel Aviv dan Be'er Sheva di Israel.

Baca Selengkapnya

Jurnalis Palestina Peliput Perang Gaza Menangkan Penghargaan Kebebasan Pers UNESCO

9 jam lalu

Jurnalis Palestina Peliput Perang Gaza Menangkan Penghargaan Kebebasan Pers UNESCO

Kepala UNESCO menyerukan penghargaan atas keberanian jurnalis Palestina menghadapi kondisi 'sulit dan berbahaya' di Gaza.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

10 jam lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

10 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

10 jam lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya