Pupuk Rusia dan Mimpi Buruk Krisis Pangan: AS dan Uni Eropa Jamin Tak Tambahkan ke Sanksi

Reporter

Tempo.co

Editor

Dwi Arjanto

Sabtu, 2 Juli 2022 04:24 WIB

Ilustrasi pengungkapan penyalahgunaan pupuk subsidi oleh Polda Jawa Timur.

TEMPO.CO, Moskow - Amerika Serikat dan Uni Eropa kembali memberikan pengecualian sanksi terhadap Rusia, yaitu pada pupuk dan sektor pertanian. Bentuk peringanan ini dilakukan demi menjaga kebutuhan pasokan pupuk pertanian ke beberapa negara.

Dalam hal ini, Wakil Tetap AS di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Linda Thomas-Greenfield mengatakan Washington segera memberikan surat jaminan untuk pengecualian pupuk dan produk pertanian Rusia.

1. Ketergantungan Brasil terhadap Pupuk Rusia

Brasil yang berada di Amerika Selatan sendiri sangat bergantung dengan impor tersebut, sekitar 85 persen pupuk dibutuhkan untuk keberlangsungan nutrisi pada tanaman biji-bijian.

Sementara pada tahun 2021, lebih dari seperlima atau total sembilan juta ton impornya berasal dari Rusia. Bahkan sebelum invasi Rusia terhadap Ukraina, Amerika telah membatasi dan memberi sanksi kepada produsen utama pupuk, Belarusia.

Pada tahun 2019, Amerika yang melarang sanksi tersebut pun merupakan yang terkena dampaknya. Rusia adalah pemasok barang impor terbesar ke-20 Amerika Serikat pada tahun 2019.

Advertising
Advertising

2. Kanada Bersiap Kena Getah

Menurut data Federasi Biro Pertanian Amerika dan Departemen Pertanian AS (USDA), tagihan di Amerika Serikat atas pupuk juga diperkirakan meningkat sebesar 12 persen pada tahun 2022.

Data dari Trading Economics pun mencatat bahwa Impor pupuk Amerika Serika dari Rusia mencapai 1,28 miliar dollar Amerika selama tahun 2021.

Sementara di Kanada, para petani telah menimbun pupuk dengan skala besar untuk musim 2023. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kenaikan harga pupuk dampak dari Perang Rusia-Ukraina.

3. Sanksi Tak Disetop

Beberapa negara di Asia juga terkena getahnya karena sanksi AS dan Uni Eropa terhadap produk pertanian, salah satunya adalah Sri Lanka. Melansir themorning.lk, Sri Lanka mengalami kesulitan untuk mengimpor 38.000 Metrik Ton (MT) pupuk berbasis kalium klorat (KCL) akibar konflik antara Rusia dan Ukraina.

Perang Rusia Ukraina semakin memperumit rencana Sri Lanka untuk mengimpor 38.000 Metrik Ton (MT) pupuk berbasis kalium klorat (KCL) untuk musim tanam berikutnya.

FATHUR RACHMAN
Baca juga : Jokowi Ketamu Putin, Rusia Tertarik Investasi di IKN


Berita terkait

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

2 jam lalu

10 Negara Terdingin di Dunia, Ada yang Minus 50 Derajat Celcius

Berikut ini deretan negara terdingin di dunia, mayoritas berada di bagian utara bumi, seperti Kanada dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

3 jam lalu

Pastor di AS Kecanduan Gim Candy Crush hingga Curi Dana Gereja Rp 650 Juta

Seorang pastor di Amerika Serikat menghabiskan dana gereja karena kecanduan game online Candy Crush.

Baca Selengkapnya

Kementan dan ICMI Percepat Tanam untuk Tingkatkan Produksi Nasional

3 jam lalu

Kementan dan ICMI Percepat Tanam untuk Tingkatkan Produksi Nasional

Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) siap berkolaborasi mempercepat tanam guna mendapatkan produksi yang maksimal.

Baca Selengkapnya

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

4 jam lalu

Menlu AS Cek Bantuan ke Gaza Diiringi Suara Tembakan Tank

Menlu AS Antony Blinken mengunjungi pintu masuk bantuan ke Gaza didampingi para pejabat Israel.

Baca Selengkapnya

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

6 jam lalu

10 Rute Road Trip Terbaik di Amerika Serikat dengan Pemandangan Alam Menakjubkan

Menikmati keindahan alam di Amerika Serikat dengan road trip merupakan pengalaman yang harus dicoba setidaknya sekali seumur hidup

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

8 jam lalu

Top 3 Dunia: AstraZeneca Ada Efek Samping dan Unjuk Rasa Pro-Palestina

Top 3 dunia, AstraZeneca, untuk pertama kalinya, mengakui dalam dokumen pengadilan bahwa vaksin Covid-19 buatannya dapat menyebabkan efek samping

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

18 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

21 jam lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

22 jam lalu

Komandan Jenderal Angkatan Darat AS Wilayah Pasifik Kunjungan Kerja ke Markas Besar TNI

Komandan Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat untuk wilayah Pasifik (USARPAC) kunjungan kerja ke Markas Besar TNI, Jakarta pada 21-23 April 2024

Baca Selengkapnya

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

22 jam lalu

Universitas Columbia Ancam Keluarkan Mahasiswa Demonstran Pro-Palestina

Universitas Columbia mengancam akan mengeluarkan mahasiswa pro-Palestina yang menduduki gedung administrasi Hamilton Hall.

Baca Selengkapnya