Singapura Terancam 'Krisis' Nasi Ayam Gara-Gara Malaysia Setop Ekspor
Reporter
Tempo.co
Editor
Yudono Yanuar
Kamis, 2 Juni 2022 19:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Singapura terancam "krisis" kekurangan hidangan nasional yakni nasi ayam, karena pemasok utama ayam segar Malaysia menghentikan semua ekspor unggas itu mulai Rabu, 1 Juni 2022.
Restoran dan warung pinggir jalan di negara-kota dihadapkan dengan kenaikan harga makanan pokok atau tutup sama sekali karena pasokan mereka berkurang dari negara tetangga Malaysia, di mana produksi telah terganggu oleh kekurangan pakan global.
Larangan ekspor Malaysia adalah tanda terbaru dari meningkatnya kekurangan pangan global karena banyak negara, terhuyung-huyung dari efek invasi Rusia ke Ukraina, cuaca ekstrem, dan gangguan pasokan terkait pandemi, berebut untuk menopang pasokan domestik dan menjinakkan inflasi makanan.
Kenaikan harga bahan makanan pokok telah memicu protes di negara-negara seperti Argentina, Yunani dan Iran.
Daniel Tan, pemilik tujuh kios bernama OK Chicken Rice, mengatakan penghentian pasokan dari Malaysia akan menjadi "bencana" bagi vendor seperti dia.
"Larangan itu berarti kami tidak bisa lagi menjual. Ini seperti McDonald's tanpa burger," katanya seperti dikutip Reuters.
Dia menambahkan kiosnya biasanya mencari unggas hidup dari Malaysia tetapi harus beralih menggunakan ayam beku dalam seminggu dan mengharapkan "penjualan yang kuat" karena pelanggan bereaksi terhadap perubahan kualitas hidangan.
Singapura, meskipun di antara negara-negara terkaya di Asia, memiliki wilayah perkotaan yang padat hanya 730 km persegi (sedikit lebih luas dari Jakarta yang 660 km persegi) dan sebagian besar bergantung pada makanan impor, energi, dan barang-barang lainnya.
Hampir semua ayamnya diimpor: 34% dari Malaysia, 49% dari Brasil, dan 12% dari Amerika Serikat, menurut data dari Singapore Food Agency (SFA).
Sepiring ayam rebus sederhana dan nasi putih yang dimasak dalam kaldu yang disajikan dengan sayuran hijau adalah hidangan paling disukai oleh 5,5 juta orang di negara itu, dan biasanya tersedia secara luas dengan harga sekitar S$4 (Rp42 ribu) di restoran-restoran yang dikenal sebagai pusat jajanan.
SFA mengatakan kekurangan tersebut dapat diimbangi dengan ayam beku dari Brasil, dan telah mendesak konsumen untuk memilih sumber protein lain seperti ikan.
Berikutnya: Nasi ayam Singapura bakal tak selezat dulu
<!--more-->
Kekhawatiran akan kekurangan ayam juga terlihat dari antrean panjang yang mengular di warung-warung nasi ayam di seluruh Singapura.
Pemilik Tian Tian Hainanese Chicken Rice, salah satu restoran paling populer di pulau itu, mengatakan bahwa meskipun mereka akan terus menyajikan nasi ayam, mereka akan berhenti menyajikan hidangan ayam lainnya jika mereka tidak dapat mengamankan daging segar.
Di warung Nasi Ayam Tanpa Tulang Katong Mei Wei, tujuan populer lainnya bagi para pecinta kuliner di pulau itu, pelanggan setia seperti Lucielle Tan menikmati ayam mereka sebelum larangan tersebut.
"Harus dinikmati selagi bisa selama persediaan masih ada," kata Tan.
Sementara solusi jangka pendek adalah dengan mengimpor lebih banyak ayam beku dari negara-negara seperti Thailand dan Brasil, bagi banyak penjual nasi ayam di seluruh pulau itu bukanlah pilihan.
"Ayam beku? Anda mengharapkan kami memasak nasi ayam menggunakan ayam beku? Rasanya tidak enak," kata pedagang kaki lima Madam Tong sambil tertawa.
"Jika itu masalahnya dan Anda senang dengan kualitas seperti itu, sebaiknya Anda pergi ke Malaysia dan makan nasi ayam di sana lah," katanya seperti dikutip CNN.
Reuters | CNN