Top 3 Dunia: Boris Johnson Ogah Mundur, Slovakia Takut Jadi Target Rusia
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Jumat, 27 Mei 2022 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita top 3 dunia kemarin adalah Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang menolak mundur dari jabatannya, namun menyatakan siap bertanggung jawab. Hal ini berkaitan dengan pelanggaran lockdown Covid-19.
Berita top 3 dunia kedua adalah Slovakia yang khawatir akan menjadi target Rusia berikutnya. Terakhir adalah Ukraina yang menjatuhkan 10 drone dan rudal Rusia. Berikut berita selengkapnya:
1. Boris Johnson Siap Tanggung Jawab, tapi Tak Mau Mundur dari Perdana Menteri
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson meyakinkan kalau dia bertanggung jawab, namun menolak mengundurkan diri setelah terkuak kejadian Johnson menghadiri acara kumpul-kumpul saat Inggris memberlakukan lockdown akibat pandemi Covid-19.
Sejumlah politikus dari kubu oposisi dan politikus dari kubu Johnson, sudah meminta agar Johnson mengundurkan diri. Johnson dianggap secara hukum melanggar aturan Covid-19. Sebab Johnson meminta warga Inggris tidak melakukan acara kumpul-kumpul di luar, namun kenyataannya dia malah menghadiri sebuah acara pesta, yang di dalamnya disajikan minuman beralkohol.
“Saya bersikap rendah hati dan saya sudah mengambil hikmah,” kata Perdana Menteri Johnson di hadapan anggota parlemen Inggris, sambil menegaskan dia tak mau mengundurkan diri.
Sue Gray, pejabat senior di Pemerintah Inggris membuat laporan, tanpa menyebut nama Johnson secara terbuka, tetapi dilengkapi dengan sejumlah foto dan detail grafik dari puluhan foto acara kumpul-kumpul (yang diyakini dihadiri Johnson).
Johnson menghadiri sejumlah acara tersebut, termasuk sebuah pesta ulang tahun untuk merayakan hari jadinya yang ke-56 pada 19 Juni 2020. Atas kejadian ini, Johnson kena hukuman denda.
Istri Perdana Menteri Johnson, Carrie dan Menteri Keuangan Inggris Rishi Sinak juga kena hukuman denda karena hadir di acara tersebut.
“Banyak dari acara-acara ini seharusnya tidak dibiarkan terjadi. Pemimpin senior harus menanggung tanggung jawab atas budaya ini,” kata Gray.
Johnson mengaku dia terkejut dengan laporan tersebut (Gray). Dia meyakinkan datang ke acara kumpul-kumpul untuk berterima kasih pada rekan-rekan kerjanya yang telah membantu tugas-tugasnya.
“Beberapa orang akan berfikir itu adalah perbuatan yang salah – saya melakukan itu. Saya harus katakan saya tidak setuju dengan hal itu,” kata Gray.
Temuan sementara dari Gray sudah diterbitkan pada Januari 2022 lalu, namun detail-nya masih dirahasiakan hingga penyelidikan oleh polisi selesai pada akhir minggu lalu dengan menjatuhkan hukuman 126 denda.
<!--more-->
2. Slovakia Takut Jadi Target Serangan Rusia Selanjutnya Bila Ukraina Kalah
Perdana Menteri Slovakia Eduard Heger mengeluarkan peringatan keras soal masa depan negaranya. Dia khawatir, jika Rusia mengalahkan Ukraina, Slovakia adalah target selanjutnya.
“Jika Ukraina gagal, Slovakia adalah yang berikutnya. Mereka (Ukraina) harus menang," kata Heger berbicara di depan Pemimpin Uni Eropa selama panel di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Rabu, 25 Mei 2022, seperti dikutip Politiko.
Heger kemudian mengkritik anggota Uni Eropa karena terlalu mengandalkan energi dari Rusia. Dia mendesak para pemimpin untuk berhenti mengkompromikan prinsip-prinsip mereka ketika berhadapan dengan Rusia.
“Kami pada dasarnya menukar nilai kami dengan gas dan minyak murah terlalu lama,” katanya. “Berkompromi dengan Putin menyebabkan perang di Ukraina. Perang yang agresif, orang-orang sekarat.”
Ukraina, dalam beberapa tahun terakhir, memperdalam hubungan ekonomi dan politiknya dengan Uni Eropa. Kyiv telah menyatakan keinginannya untuk bergabung. Bangsa-bangsa di Balkan barat juga telah mencari aksesi selama beberapa tahun.
Presiden Prancis Emmanuel Macron pada awal Mei lalu menyarankan untuk menciptakan struktur baru komunitas politik Eropa. Dia membayangkan komunitas yang memungkinkan kerja sama lebih erat dengan negara-negara yang mencari keanggotaan Uni Eropa, seperti Ukraina.
Gagasan Macron tidak sepenuhnya diterima baik oleh seluruh anggota Uni Eropa. Beberapa pemimpin saat ini telah menolak gagasan bahwa keanggotaannya dapat dilacak dengan cepat karena invasi. “Tidak ada yang namanya akses cepat, hal seperti itu tidak ada,” kata Perdana Menteri Belanda Mark Rutte pada bulan Maret.
<!--more-->
3. Ukraina Jatuhkan 10 Drone dan Rudal Rusia, Moskow Ingatkan Misi Polandia
Angkatan Udara Ukraina mengklaim telah menghancurkan lima drone Orlan-10, dua rudal jelajah dan sepuluh kendaraan lapis baja ringan Rusia pada Rabu, 25 Mei 2022.
Menurut Ukrinform, Komando Angkatan Udara Ukraina dalam unggahan di Facebook, pada Rabu pasukan Rusia menembakkan rudal jelajah ke Ukraina.
Sekitar pukul 20:00, pembom jarak jauh Tu-22M3 meluncurkan serangan rudal dari wilayah Rusia ke pasukan Angkatan Bersenjata Ukraina di Donetsk dan Luhansk.
Pesawat Ukraina juga menghancurkan sekitar sepuluh kendaraan lapis baja ringan Rusia.
Selain itu, unit pertahanan udara Angkatan Darat Ukraina dan pasukan rudal anti-pesawat Angkatan Udara Ukraina menembak jatuh lima UAV Orlan-10.
Laporan sebelumnya mengatakan bahwa Angkatan Bersenjata Ukraina menewaskan sekitar 29.450 tentara Rusia antara 24 Februari dan 25 Mei.
Sementara itu Rusia menengarai Polandia sedang berusaha untuk memasang skema "misi merayap" ke Ukraina.
“Tidak dapat dikesampingkan bahwa Warsawa, tentu saja, menetaskan rencana untuk semacam misi merayap ke wilayah negara tetangga. Bagaimanapun, fakta berbicara sendiri," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pada briefing pada hari Rabu, seperti dikutip dari TASS.
Pada hari Minggu, Presiden Ukraina Vladimir Zelensky mengumumkan kepada Verkhovna Rada (parlemen) bahwa kesepakatan telah dicapai dengan Polandia untuk melonggarkan aturan penyeberangan perbatasan bagi kedua negara.
Dia menambahkan bahwa situasi saat ini "secara tidak sengaja membuat Ukraina dan Polandia melupakan perselisihan tentang masa lalu mereka bersama."
Zelensky telah mengumumkan sebelumnya bahwa RUU tentang peluang yang diperluas bagi warga negara Polandia di Ukraina akan diadopsi.
Sementara itu, Zakharova menulis di saluran Telegramnya bahwa dengan menyatakan status khusus warga negara Polandia di Ukraina, rezim Kiev akan memberi mereka hak di Ukraina, sehingga secara de facto meresmikan pengambilalihan negara tersebut.
REUTERS | UKRINFORM