Ancaman Wabah Ebola Kembali Terjadi di Kongo, Dua Orang Tewas

Reporter

Daniel Ahmad

Rabu, 27 April 2022 12:00 WIB

Petugas kesehatan berdiri setelah melewati ruangan pembersihan usai melihat kondisi pasien yang terkena virus ebola di Rumah Sakit di Bwana Suri, Ituri, Kongo, 10 Desember 2018. Sebanyak 18 orang tewas akibat virus ebola yang meluas di Kongo. REUTERS/Goran Tomasevic

TEMPO.CO, Jakarta -Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Selasa, 26 April 2022, seorang pasien Ebola telah meninggal di barat laut Republik Demokratik Kongo. Korban tewas kedua itu muncul tak lama setelah dipastikan ada wabah baru penyakit mematikan itu.

Seperti dilansir Reuters, Institut Penelitian Biomedis Nasional Kongo menjelaskan, pengujian genetik menunjukkan infeksi yang dikonfirmasi pada pekan lalu di Kota Mbandaka, adalah peristiwa limpahan baru.

Badan tersebut menambahkan, penularan berlangsung dari hewan yang terinfeksi dan tidak terkait dengan wabah sebelumnya.

Adapun kematian kedua adalah seorang wanita berusia 25 tahun yang merupakan saudara ipar dari kasus pertama. WHO melalui akun Twitter menyampaikan, korban mulai mengalami gejala 12 hari sebelumnya.

Pasien pertama mulai menunjukkan gejala pada 5 April, tetapi tidak mencari pengobatan selama lebih dari seminggu. Dia meninggal di pusat perawatan Ebola pada 21 April.

WHO menyebut, jeda waktu membuat petugas kesehatan bergegas untuk mengidentifikasi kontak yang mungkin telah terinfeksi.

Setidaknya 145 orang melakukan kontak dengan kasus yang dikonfirmasi dan kesehatan mereka dipantau secara ketat. Berdasarkan catatan WHO, salah satu kasus pertama adalah petugas kesehatan.

Mbandaka, pusat perdagangan di tepi Sungai Kongo, adalah kota berpenduduk lebih dari satu juta orang. Mayoritas warga tinggal dekat dengan jaringan jalan, air, dan udara ke ibu kota Kinshasa.

Direktur kedaruratan WHO untuk Afrika, Ibrahima Soce Fall, mengatakan ada risiko penyakit itu dapat menyebar ke negara tetangga Republik Afrika Tengah dan Kongo Brazzaville.

"Ini mengkhawatirkan tetapi dengan mempertimbangkan peningkatan kapasitas dan pengalaman di Kongo, kami yakin itu dapat diatasi," kata Fall pada konferensi pers di Jenewa.

Kongo melalui 13 wabah Ebola sebelumnya, termasuk satu pada 2018-2020 di timur yang menewaskan hampir 2.300 orang. Angka korban itu jadi yang tertinggi kedua, yang tercatat dalam sejarah demam berdarah.

Wabah terbaru berakhir pada Desember di timur setelah enam kematian. Mbandaka, ibu kota provinsi Equateur, juga menghadapi dua wabah sebelumnya, yakni pada 2018 dan 2020.

Hutan khatulistiwa negara itu adalah reservoir alami untuk virus Ebola. Virus tersebut pertama kali ditemukan di dekat Sungai Ebola di Kongo utara pada 1976.

Baca juga: Kasus Virus Ebola Ditemukan Lagi di Kongo

Sumber: Reuters

Berita terkait

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

1 hari lalu

153 Orang Tewas akibat Banjir Bandang di Afghanistan

Korban tewas akibat banjir bandang dahsyat di Afghanistan utara telah meningkat menjadi 153 orang di tiga provinsi

Baca Selengkapnya

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

3 hari lalu

Waspada Heat Wave, Apa Penyebab dan Bahayanya?

Heat wave atau gelombang panas dapat menyebabkan dampak negatif bagi tubuh dan kulit, seperti heat stroke dan kanker kulit. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

6 hari lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

8 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

8 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

9 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

10 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

13 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca-Pandemi COVID-19

16 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca-Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Pangkalan Militer Irak Diguncang Ledakan, Satu Tewas Puluhan Luka-luka

22 hari lalu

Pangkalan Militer Irak Diguncang Ledakan, Satu Tewas Puluhan Luka-luka

Ledakan mengguncang pangkalan militer Irak, sehari setelah klaim bahwa Iran diserang Israel.

Baca Selengkapnya