Diprotes Massa, Presiden Peru Batalkan Jam Malam
Reporter
Daniel Ahmad
Editor
Sita Planasari
Rabu, 6 April 2022 13:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Presiden Peru Pedro Castillo mencabut perintah jam malam pada Selasa petang waktu setempat, menyusul demonstrasi yang meluas di jalan-jalan. Massa menyuarakan protes kenaikan harga bahan bakar dan pupuk di Peru, yang dipicu oleh konflik Ukraina.
Castillo mencabut aturan ini dalam pertemuan dengan Kongres Peru, tak sampai 24 jam dari pengumuman yang dia buat pada Senin. "Kami sekarang menyerukan kepada orang-orang Peru untuk tetap tenang," katanya, dilansir dari Reuters, Rabu, 6 April 2022.
Castillo mengeluarkan mandat jam malam tiba-tiba, beberapa menit sebelum tengah malam pada Senin untuk mengekang protes nasional atas lonjakan harga. Dia memerintahkan penduduk Lima untuk tinggal di rumah antara pukul 2 pagi hingga 11:59 malam.
Jam malam memicu krisis baru bagi pemerintahan Castillo, dengan ribuan orang turun ke jalan untuk menentang jam malam. Dia kemudian memotong jam malam hanya setelah jam 5 sore waktu lokal.
Perintah penguncian mengejutkan banyak orang Limenos, sapaan bagi penduduk ibu kota Peru, yang turun ke jalan untuk menentang pelanggaran kebebasan sipil. Tanpa membeberkan bukti yang jelas, pemerintah telah berulang kali mengatakan, bahwa jam malam diperlukan untuk menghindari penjarahan.
Protes baru pada Selasa menambah krisis yang lebih luas yang dimulai seminggu lalu di Peru. Inflasi mengguncang Castillo hanya beberapa hari setelah dia selamat dari persidangan pemakzulan.
Castillo naik ke tampuk kekuasaan tahun lalu dengan dukungan luar biasa dari penduduk pedesaan Peru, tetapi kenaikan harga telah menyebabkan kelompok yang sama melakukan protes paling signifikan sejauh ini dalam pemerintahannya.
Popularitas Castillo telah berkurang dengan cepat dan sekarang berada di sekitar 25 persen. Dia telah selamat dari dua upaya pemakzulan dan diputar melalui jumlah anggota Kabinet yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pemerintahannya selama delapan bulan.
Sanksi Barat terhadap Rusia telah memotong pasokan minyak dan pupuk, merugikan negara berkembang yang rapuh seperti Peru. Seperti banyak negara, Peru berjuang melawan inflasi yang tinggi sebelum perang dimulai.
Konflik di Ukraina telah mempercepat lonjakan harga makanan, bahan bakar, dan barang-barang penting lainnya. Inflasi bulan Maret di Peru sebesar 1,48 persen, merupakan yang tertinggi dalam 26 tahun.
BACA JUGA: Wali Kota Peru Pura-pura Mati Usai Ketahuan Langgar Lockdown
SUMBER: REUTERS
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.