Top 3 Dunia: Prancis Bingung Kapal Sitaan Rusia, Dua Sekutu Putin Menang Pemilu
Reporter
Tempo.co
Editor
Dewi Rina Cahyani
Rabu, 6 April 2022 06:04 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita top 3 dunia kemarin dimulai dari Prancis yang kebingungan dengan kapal-kapal super mewah milik oligarki Rusia. Kapal-kapal itu telah disita oleh pemerintah Prancis karena terkait dengan Presiden Vladimir Putin.
Berita top 3 dunia kedua adalah Rusia yang mengancam akan mempersulit penerbitan visa negara-negara yang tak ramah. Terakhir adalah dua sekutu Putin di Eropa menang dalam pemilu presiden.
1. Prancis Bingung setelah Sita Kapal Pesiar Mewah Oligarki Rusia, Ini Sebabnya
Penyitaan kapal pesiar super mewah milik oligarki Rusia, yang diduga ikut menyokong Presiden Vladimir Putin menyerang Ukraina, berbuntut sejumlah permasalahan bagi Prancis.
Sebelumnya, Bea Cuka Prancis menyita Amore Vero, kapal pesiar mewah putih sepanjang 86 meter pada malam 2 Maret, dua hari setelah Uni Eropa menambahkan Igor Sechin, kepala perusahaan minyak negara Rusia Rosneft, ke daftar sanksi untuk perang di Ukraina.
Kapal milik Sechin itu sekarang bersandar di French Riviera, perusahaan galangan La Ciotat mengatakan sedang menulis tagihan untuk biaya tambatan, tetapi tidak tahu kepada siapa harus mengirimnya.
Kementerian Keuangan Prancis mengatakan kapal pesiar itu milik sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh Sechin - salah satu sekutu tertua Presiden Rusia Vladimir Putin. Kementerian menolak menyebutkan nama perusahaan tersebut.
Tetapi Sechin - dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Reuters oleh Rosneft - membantahnya.
Menteri Keuangan Bruno Le Maire mengatakan Prancis secara resmi menyita Amore Vero - sebuah tindakan yang menurut para pejabat memberikan hak asuh negara atas kapal pesiar dan meninggalkan biaya kepada pemiliknya.
Tetapi pihak berwenang belum memberi tahu pihak ketiga tentang status kapal itu, sehingga tidak jelas siapa yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya, kata dua perusahaan yang terlibat dalam pelayanan kapal pesiar itu.
Ketika tagihan menumpuk, seorang eksekutif di La Ciotat Shipyards mengatakan perusahaan tidak yakin bagaimana cara mendapatkan bayaran.
"Kami terus menagih," kata Alice Boisseau, petugas komunikasi untuk Galangan Kapal La Ciotat. Ditanya siapa yang akan membayar tagihan, dia berkata, "Kami tidak tahu."
Bea Cukai Prancis menolak berkomentar mengapa mereka tidak memberi tahu galangan kapal tentang status kapal pesiar itu.
Pertanyaan-pertanyaan yang menggantung di Amore Vero menunjuk pada kerumitan yang dihadapi pihak berwenang saat mereka menargetkan aset-aset sekutu Putin, dan gangguan yang dibawa ke beberapa bisnis.
Di Uni Eropa, kekayaan finansial oligarki sebagian besar masih belum tersentuh, tetapi negara-negara Eropa telah membekukan atau menyita aset fisik, termasuk properti dan setidaknya 11 superyacht.
Rusia memiliki hampir satu dari setiap 10 superyacht, menurut situs web Superyacht Times. Beberapa dari mereka yang dimiliki oleh individu yang terkena sanksi ditambatkan di tempat yang aman - seperti dua kapal milik Roman Abramovich yang disimpan di Turki - atau berlayar di perairan internasional di luar yurisdiksi negara yang memberlakukan sanksi.
Amore Vero di pelabuhan Prancis untuk menjalani reparasi ketika sanksi dijatuhkan.
<!--more-->
2. Negara yang Tak Ramah dengan Rusia Siap-siap Kena Pembatasan Visa
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin, 4 April 2022, menanda-tangani sebuah dekrit untuk mengendalikan penerbitan visa, yang akan diberlakukan pada negara-negara yang tidak ramah pada Rusia. Kebijakan ini kemungkinan akan diberlakukan sebagai respon tindakan negara-negara yang tak bersahabat pada Rusia.
Menindak-lanjuti derit tersebut, Moskow telah menangguhkan sejumlah klausul kesepakatan visa dengan Uni Eropa, Norwegia, Denmark, Islandia, Swiss dan Liechtenstein. Negara-negara tersebut sebelumnya telah memberlakukan sejumlah sanksi ke Rusia menyusul operasi militer yang dilakukan ke Ukraina.
Presiden Putin meminta Kementerian Luar Negeri Rusia agar mengabarkan negara-negara yang ada dalam dekrit tersebut, perihal kebijakan baru Rusia tersebut. Pengetatan penerbitan visa itu juga berlaku pada WNA (individu), yang ingin masuk dan tinggal di Rusia.
Rusia sebelumnya sudah menyusun daftar negara-negara, yang tak ramah pada Rusia, yang telah menjatuhkan sanksi ke Negara Beruangan Merah. Sanksi yang dialami Rusia diantaranya mencoret negara itu dari sistem pembayaran internasional SWIFT, menjatuhkan sanksi pada perusahan, pengusaha dan pejabat Pemerintah Rusia.
Di antara daftar negara-negara itu adalah Amerika Serikat, Inggris, Ukraina, Swiss, Montenegro, Albania, Islandia, Norwegia dan Monako. Sedangkan negara di Asia yang masuk daftar hitam Rusia adalah Korea Selatan, Singapura dan Taiwan.
Rusia mengirimkan tentaranya ke Ukraina pada akhir Februari 2022 menyusul kegagalan Kiev penerapan dalam kesepakatan Minsk yang ditanda-tangani pada 2014. Rusia juga pada akhirnya mengakui kemerdekaan Republik Donbass dan Lugansk untuk merdeka dari Rusia.
<!--more-->
3. Dua Sekutu Putin di Eropa Menang Pemilu di Tengah Perang Rusia Ukraina
Dua pemimpin politik sayap kanan yang bersahabat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin telah memenangkan pemilihan umum di Eropa. Masing-masing dari mereka terpilih untuk periode kedua di tengah kecaman masif terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban dengan mudah berlayar menuju kemenangan melawan koalisi lawan politik dari kiri dan kanan. Begitu pula Presiden Serbia Aleksandar Vucic yang memenangkan masa jabatan kedua dengan 60 persen suara.
Di Serbia, Vucic telah mengecap tentang hubungan pribadinya dengan Putin. Pemimpin populis itu juga menolak mengutuk Rusia atau menjatuhkan sanksi pada negara itu setelah menginvasi Ukraina awal tahun ini.
Sementara itu, di Hungaria, Orban menggunakan pidato kemenangannya untuk menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sebagai lawan Hungaria. Padahal sebelumnya dia telah mendesak perdamaian di Ukraina.
Para pemimpin Eropa mengkritik Hungaria karena mencoba berjalan di atas tali netralitas terkait perang. "Orban telah membangun hubungan dengan otokrat, seperti Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin China Xi Jinping, sambil menolak prinsip-prinsip demokrasi liberal Barat," kata Rob Schmitz dari NPR pada All Things Considered pekan lalu, dikutip pada Selasa, 5 April 2022.
Selama 12 tahun berkuasa, Orban sering bentrok dengan Uni Eropa. Kritikus menilai Hungaria semakin tidak demokratis karena menguasai narasi media konvensional dan menindak populasi LGBTQ di negara itu.
Partai Fidesz pimpinan Orban meraih 135 kursi di parlemen yang beranggotakan 199 orang, dibandingkan dengan 56 kursi yang diperkirakan untuk oposisi.
Dari penjuru Benua Biru lain, pemilih di Prancis yang menuju ke tempat pemungutan suara pada hari Minggu akan melihat kandidat presiden sayap kanan Eric Zemmour dalam surat suara. Zemmour, yang telah dihukum karena menggunakan pidato kebencian setidaknya tiga kali. Sebelumnya ia telah menyatakan dukungan untuk Rusia, meskipun ia mengutuk perang Rusia Ukraina.
REUTERS | RUSSIA TODAY | NPR