Klyushin, Tersangka Peretasan asal Rusia yang Jadi Perhatian di Amerika

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 23 Desember 2021 15:24 WIB

Vladislav Klyushin (dailymail.co.uk)

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pemilik perusahaan teknologi informasi Rusia, Vladislav Klyushin, tiba-tiba menjadi perhatian di Amerika Serikat. Setelah berhasil mengektradisinya dari Swiss, penegak hukum di sana masih belum bisa memutuskan apakah dia bisa menjadi tahanan rumah dengan jaminan.

Jaksa minta hakim menolak permohonan penangguhan penahanan Klyushin yang dituduh melakukan insider trading dengan meretas data perusahaan, demikian dilaporkan Reuters, Kamis, 23 Desember 2021.

Dengan jaminan 2,5 juta dolar dan menjadi tahanan rumah di sebuah apartemen di Boston, jaksa yakin tersangka dapat menggunakan kekayaan dan koneksi Kremlinnya untuk melarikan diri dari Amerika Serikat.

Dalam sidang di depan Hakim Marianne Bowler, Asisten Jaksa AS Seth Kosto berpendapat bahwa jaminan uang tunai dan sebuah apartemen di London, adalah sesuatu yang Klyushin "dapat dengan mudah meninggalkannya." Hakim Bowler tidak segera memutuskan.

Berapa kekayaan Klyushin yang sebenarnya tidak diketahui. Menurut Kosto, dia memiliki kapal pesiar senilai 4 juta dolar, brankas berisi $3 juta tunai dan disebutkan dalam akun perdagangan Denmark ada dana 8,9 juta dolar telah ditransfer di rekeningnya selama 18 bulan.

Advertising
Advertising

Jaksa mengatakan akun itu digunakan oleh Klyushin dan kelompoknya sambil menghasilkan 82,5 juta dolar dengan meretas jaringan vendor yang membantu perusahaan mengajukan laporan dengan regulator sekuritas.

Kosto menambahkan bahwa Klyushin, 41 tahun, "bukan sembarang warga negara Rusia."

Dia mengatakan Klyushin menerima medali kehormatan bertanda tangan Presiden Rusia Vladimir Putin dan bahwa perusahaannya, M-13, mempekerjakan seorang mantan perwira intelijen militer yang terlibat dalam peretasan tersebut.

Kosto mengacu pada Ivan Yermakov, yang dicari oleh pemerintah AS pada 2018 dengan tuduhan dia dan petugas intelijen lainnya melakukan skema peretasan untuk ikut campur dalam pemilihan presiden 2016 dan menargetkan lembaga anti-doping.

"Itu menunjukkan (Klyushin) memiliki koneksi yang memudahkan kepergiannya," kata Kosto.

Pengacara Klyushin, Maksim Nemtsev, membantah bahwa banyak aset kliennya telah dibekukan dan dia tidak berniat melarikan diri.

"Dia dituduh melakukan kejahatan yang sepenuhnya ingin dia bela," kata Nemtsev.

Nemtsev dalam email mengatakan Klyushin bermaksud untuk menyatakan tidak bersalah pada sidang berikutnya pada 3 Januari 2022.

Berikutnya: Kasus politis

Berita terkait

Tahan Bantuan Senjata ke Israel, Biden Terancam Dimakzulkan Anggota DPR AS

9 jam lalu

Tahan Bantuan Senjata ke Israel, Biden Terancam Dimakzulkan Anggota DPR AS

Anggota DPR AS dari Partai Republik, Cory Mills, pada Jumat mengatakan telah mengajukan pasal pemakzulan terhadap Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Australia dan Selandia Baru Dukung Palestina dalam Keanggotan Penuh PBB

10 jam lalu

Australia dan Selandia Baru Dukung Palestina dalam Keanggotan Penuh PBB

Australia dan Selandia Baru pada Jumat bergabung dengan 141 negara lain untuk mendukung negara Palestina dalam pemungutan suara keanggotaan PBB

Baca Selengkapnya

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa bagi Palestina di PBB

12 jam lalu

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa bagi Palestina di PBB

Indonesia mendorong pemberian hak-hak istimewa bagi Palestina dalam Sidang Darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Baca Selengkapnya

Cina Desak AS Tak Hadang Proses Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

15 jam lalu

Cina Desak AS Tak Hadang Proses Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Dubes Cina untuk PBB Fu Cong mendesak Amerika Serikat untuk tidak menghalangi proses keanggotaan penuh Palestina di PBB yang didukung Majelis Umum

Baca Selengkapnya

Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss

15 jam lalu

Plus Minus KTT Perdamaian Ukraina di Swiss

Rusia tidak diundang ke pertemuan tanggal 15-16 Juni 2024 dalam KTT Perdamaian Ukraina di Lucerne, Swiss.

Baca Selengkapnya

Jaksa AS Tuntut Hukuman 40 Tahun Penjara bagi Penyerang Suami Nancy Pelosi

16 jam lalu

Jaksa AS Tuntut Hukuman 40 Tahun Penjara bagi Penyerang Suami Nancy Pelosi

Jaksa menuntut pria yang masuk ke rumah mantan Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan menyerang suaminya dengan palu harus menjalani hukuman 40 tahun penjara.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Tahan Pengiriman Amunisi ke Israel, Cegah Tragedi Rafah atau Sekadar Peninjauan?

17 jam lalu

Amerika Serikat Tahan Pengiriman Amunisi ke Israel, Cegah Tragedi Rafah atau Sekadar Peninjauan?

Menhan Amerika Serikat Lloyd Austin mengatakan pada hari Rabu, bahwa terkait Rafah, AS meninjau beberapa pengiriman senjata jangka pendek ke Israel.

Baca Selengkapnya

Tantrum, Dubes Israel untuk PBB Hancurkan Piagam PBB dalam Sidang Majelis Umum

18 jam lalu

Tantrum, Dubes Israel untuk PBB Hancurkan Piagam PBB dalam Sidang Majelis Umum

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan merobek salinan Piagam PBB untuk memprotes pemungutan suara yang mendukung keanggotaan penuh Palestina

Baca Selengkapnya

AS Kritik Israel Soal Penggunaan Senjatanya di Gaza, Tapi Tolak Hentikan Pasokan

19 jam lalu

AS Kritik Israel Soal Penggunaan Senjatanya di Gaza, Tapi Tolak Hentikan Pasokan

Pemerintahan Joe Biden mengakui bahwa Israel kemungkinan menggunakan senjata yang disediakan AS tak sesuai hukum kemanusiaan di Gaza

Baca Selengkapnya

143 Negara Dukung Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

20 jam lalu

143 Negara Dukung Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

143 negara memberikan suara setuju untuk keanggotaan penuh Palestina di PBB, sembilan negara menolak, termasuk AS, Israel, dan 25 negara abstain.

Baca Selengkapnya