Warga Turki Antre Beli Roti Bersubsidi, Erdogan Minta Rakyat Bersabar

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 9 Desember 2021 12:00 WIB

Warga mengantre roti murah Kota Istanbul untuk menghemat anggaran rumah tangga mereka di distrik Sultangazi Istanbul, Turki, 7 Desember 2021. REUTERS/Umit Bektas

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan warga Istambul mengantre untuk mendapatkan roti bersubsidi ketika nilai lira merosot dan inflasi melonjak hingga mengikis pendapatan orang Turki.

Di distrik Sultangazi, Istambul, kubu tradisional Partai AK Presiden Tayyip Erdogan, puluhan orang menunggu untuk membeli roti di kios yang dikelola oleh pemerintah kota.

"Kami harus menghitung setiap satu, lima, 10, 20 lira," kata Ozcan Kethuda, 50 tahun, setelah membeli roti untuk keluarganya.

Dia menyalahkan pemerintah atas kesulitan itu.

"Pemerintah harus berubah karena selama 20 tahun ada sistem yang sama," katanya. "Kebanyakan orang di sini mungkin mengatakan 'panjang umur sultan saya', tetapi periode itu sudah berakhir. Mereka yang, bersama dengan saya, memilih Partai AK juga menghadapi kesulitan."

Advertising
Advertising

Warga lainnya, Ramazan Kambay, mengatakan situasi ekonomi keluarganya memburuk dengan tajam. Mereka biasa hidup dengan 1.000 lira seminggu, setengahnya untuk makanan. Dengan jatuhnya lira, tidak lagi cukup untuk kebutuhan mereka.

"Kalau seminggu dapat 1.000 itu tidak cukup," katanya. "Siapa yang harus kita salahkan untuk ini?"

Bagi Walikota Istanbul Ekrem Imamoglu, yang dipandang sebagai calon penantang Presiden Tayyip Erdogan, antrian tersebut menggambarkan apa yang dia katakan bukan hanya krisis ekonomi tetapi juga kegagalan pemerintah, yang menunjukkan perlunya perubahan politik.

Pemerintah kota menjual roti dengan harga 1,25 lira (sekitar Rp1.300) atau sekitar setengah harga di toko roti biasa. Setiap hari disiapkan 1,5 juta roti untuk memenuhi permintaan. Tapi dia mengatakan antrian menunjukkan ini tidak cukup.

"Ini menunjukkan dengan sangat jelas kemiskinan. Orang-orang tidak senang mengantri untuk membeli roti," kata Imamoglu kepada Reuters dalam sebuah wawancara di kantornya di pusat Istanbul.

Berikutnya Erdogan minta rakyat bersabar

<!--more-->

Pada November 2021, lira kehilangan sekitar 30% dari nilainya, sementara inflasi tahunan resmi melonjak menjadi 21,3%, setelah bank sentral memangkas suku bunga menjadi 15% dari 19% sejak September di bawah tekanan dari Erdogan.

Menurut sebuah pemerintah kota Istanbul, biaya hidup telah melonjak 50% dalam setahun, dengan sewa naik 71% dan banyak harga barang rumah tangga melonjak antara 75% sampai 138%.

"Proses saat ini bukan hanya krisis ekonomi. Saya ingin menggarisbawahi bahwa ini adalah krisis politik," kata Imamoglu.

Presiden Tayyip Erdogan mengatakan orang Turki harus bersabar dan mempercayai model ekonomi baru pemerintah, di mana ia telah memprioritaskan pertumbuhan ekonomi, investasi dan ekspor bersama dengan suku bunga rendah.

Berbicara setelah rapat kabinet, Erdogan mengatakan dia yakin bahwa kenaikan harga yang berasal dari kenaikan biaya energi akan segera stabil. "Kami bertujuan untuk kemakmuran yang langgeng, stabilitas yang langgeng," katanya, Rabu, 8 Desember 2021.

Berita terkait

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

9 jam lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

13 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

14 jam lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

14 jam lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

18 jam lalu

Retno Marsudi Bahas Langkah Perlindungan WNI di Tengah Krisis Timur Tengah

Retno Marsudi menilai situasi Timur Tengah telah mendesak Indonesia untuk mempersiapkan diri jika situasi semakin memburuk, termasuk pelindungan WNI

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

18 jam lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

21 jam lalu

Situasi Kemanusiaan Palestina Memburuk, Turki Hentikan Perdagangan dengan Israel

Imbas situasi kemanusiaan di Palestina yang memburuk, Turki menghentikan perdagangan dengan Israel.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

1 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

7 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya