Nelson Mandela, 27 Tahun Berjuang Melawan Apartheid Tanpa Kekerasan

Reporter

Tempo.co

Senin, 6 Desember 2021 17:50 WIB

Nelson mandela, pemimpin pejuang anti-apartheid yang menjadi presiden pertama, melalui proses dermokrasi pertama di Afrika Selatan, meninggal dunia pada usia 95 tahun tanggal 6 Desember 2013. Mandela mendapat hadiah Nobel pada tahun Mandela, penerima nobel perdamaian pada 1993. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Kamis, 5 Desember 2013 adalah hari berkabung bagi sebagian besar rakyat Afrika Selatan, Mantan Presiden sekaligus pejuang kesetaraan Nelson Mandela meninggal dunia. Mandela wafat dalam usia 95 tahun setelah menderita infeksi paru-paru yang parah selama lima bulan sebelum kematiannya.

Nelson Rolihlahla Mandela atau disebut dengan Nelson Mandela saja, terkenal karena perjuangannya menghapus praktik apartheid yang lama eksis diterapkan di Afrika Selatan. Ini adalah praktik yang membedakan bangsa kulit putih dengan bangsa kulit hitam.

Bagi Indonesia, Nelson Mandela tak hanya dipandang sebagai sosok pejuang kesetaraan, Presiden pertama Afrika Selatan dari bangsa kulit hitam ini dianggap sebagai salah satu sosok yang berjasa membuat Batik buatan Indonesia terkenal di dunia.

Ini lantaran setelah berkunjung ke Tanah Air pada 1990, Mandela selalu mengenakan batik buatan Indonesia. Batik kemudian menjadi pakaian resmi Mandela. Kemudian banyak rakyat Afrika Selatan berbondong-bondong mengikuti Mandela mengenakan batik buatan Indonesia.

Mandela berjuang melawan apartheid, sistem supremasi kulit putih di Afrika Selatan. Di bawah apartheid, semua orang dimasukkan ke dalam salah satu dari empat kategori ras yaitu “putih atau Eropa”, “hitam”, “berwarna”, atau “India atau Asia”. Orang Afrika Selatan non-kulit putih adalah warga negara kelas dua dengan sedikit atau tanpa kekuatan politik.

Advertising
Advertising

Undang-undang yang membatasi mengatur setiap aspek kehidupan masyarakat, mendikte di mana mereka dapat tinggal, bekerja dan bepergian dan membatasi akses mereka ke pendidikan, perawatan kesehatan, dan layanan sosial lainnya. Mandela bangkit melawan apartheid dan meminta semua orang Afrika Selatan untuk bergabung dengannya.

<!--more-->

Terinspirasi oleh tindakan Gerakan 26 Juli Fidel Castro dalam Revolusi Kuba, pada tahun 1961 Mandela, Sisulu dan Slovo mendirikan Umkhonto we Sizwe, disingkat MK, berarti “Tombak Bangsa”. Dia menjadi ketua kelompok militan, Mandela memperoleh ide-ide untuk merongrong pemerintah dari literatur tentang perang gerilya oleh militan Marxis Mao dan Che Guevara serta dari ahli teori militer Carl von Clausewitz.

Melansir dari laman humanrights.ca, protes terhadap praktik apartheid membuat Mandela jadi buronan negara, ia terpaksa bersembunyi setelah dinyatakan sebagai penjahat. Pada 5 Agustus 1962, polisi menangkap Mandela bersama dengan sesama aktivis Cecil Williams di dekat Howick.

“Saya menghargai cita-cita masyarakat yang demokratis dan bebas di mana semua orang hidup bersama dalam harmoni dan dengan kesempatan yang sama. Ini adalah cita-cita yang saya harapkan untuk hidup dan capai. Tetapi jika perlu, itu adalah cita-cita yang saya siap mati,” kata Nelson Mandela, di Pengadilan Rivonia, 1964.

Pengadilan tersebut mendapat perhatian internasional, banyak pihak Internasional meminta pembebasan para terdakwa, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan World Peace Council. Bahkan University of London Union menyerukan agar Mandela menjadi presiden dan misa malam untuknya diadakan di St. Paul’s Cathedral, London.

Namun karena dianggap penyerobot komunis, pemerintah Afrika Selatanmengabaikan tuntutan-tuntutan tersebut, dan pada 12 Juni 1964, de Wet menetapkan empat tuduhan kepada Mandela dan dua terdakwa dan menjatuhkan vonis penjara seumur hidup, bukan hukuman mati

Melansir dari biography-com, meskipun dia ditangkap dan dipenjara selama 27 tahun karena memperjuangkan kebebasan, Mandela menolak untuk menyerah dalam perjuangan atau menyerah pada kebencian. Mandela berjuang melawan apartheid, tetapi dia juga berjuang untuk dunia yang lebih baik, di mana kebebasan, keadilan, dan martabat semua orang dihormati.

Bahkan, sebelum pembebasannya pada 1990, Nelson Mandela mulai bernegosiasi dengan pemerintah untuk mengakhiri apartheid. Melalui negosiasi itu, dia membantu mencegah perang saudara berdarah. Mandela kemudian menjadi presiden pertama yang dipilih secara demokratis di negara itu.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca: 10 Fakta tentang Nelson Mandela

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Jaksa ICC Wawancarai Staf Dua Rumah Sakit Gaza soal Kejahatan Perang Israel

5 hari lalu

Jaksa ICC Wawancarai Staf Dua Rumah Sakit Gaza soal Kejahatan Perang Israel

Jaksa dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dilaporkan telah mewawancarai staf dari dua rumah sakit terbesar di Gaza

Baca Selengkapnya

Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

10 hari lalu

Ditemukan Kuburan Massal di Khan Younis Gaza, Afrika Selatan Serukan Investigasi

Afrika Selatan menyerukan pada komunitas internasional agar dilakukan investigasi yang menyeluruh terkait temuan kuburan massal di Gaza

Baca Selengkapnya

Staf Google Gelar Aksi Duduk Memprotes Kontrak dengan Israel

18 hari lalu

Staf Google Gelar Aksi Duduk Memprotes Kontrak dengan Israel

Para pengunjuk rasa menekan Google untuk mengakhiri kontraknya dengan Amazon untuk proyek cloud dan pembelajaran mesin Israel.

Baca Selengkapnya

TNI Sebut OPM Lakukan Pelanggaran HAM Berat, Bagaimana Kategorinya Berdasar UU HAM?

20 hari lalu

TNI Sebut OPM Lakukan Pelanggaran HAM Berat, Bagaimana Kategorinya Berdasar UU HAM?

TNI sebut pembunuhan oleh OPM terhadap Danramil Aradide sebagai pelanggaran HAM berat. Bagaimana kategori jenis pelanggaran HAM berat sesuai UU HAM?

Baca Selengkapnya

ICJ Sidangkan Laporan Nikaragua Soal Dukungan Jerman atas Genosida Israel di Gaza

27 hari lalu

ICJ Sidangkan Laporan Nikaragua Soal Dukungan Jerman atas Genosida Israel di Gaza

ICJ akan memulai sidang publik mulai Senin 8 April 2024 dalam kasus yang diajukan oleh Nikaragua mengenai dukungan Jerman atas genosida di Gaza

Baca Selengkapnya

Presiden Kuba Tuntut Israel Akhiri Genosida di Gaza

35 hari lalu

Presiden Kuba Tuntut Israel Akhiri Genosida di Gaza

Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel kembali menyuarakan dukungan negaranya untuk rakyat Palestina terutama di Gaza

Baca Selengkapnya

Kecelakaan Bus di Afrika Selatan Tewaskan 45 Orang, Hanya Ada Satu Korban Selamat

37 hari lalu

Kecelakaan Bus di Afrika Selatan Tewaskan 45 Orang, Hanya Ada Satu Korban Selamat

Empat puluh lima orang tewas dalam kecelakaan bus di Afrika Selatan, setelah bus yang mereka tumpangi jatuh sekitar 50 meter dari jembatan ke jurang

Baca Selengkapnya

Hakim ICJ Perintahkan Israel Memastikan Makanan dan Obat-obatan Masuk ke Gaza

37 hari lalu

Hakim ICJ Perintahkan Israel Memastikan Makanan dan Obat-obatan Masuk ke Gaza

Para hakim (ICJ) dengan suara bulat memerintahkan Israel untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan pasokan makanan pokok ke Gaza

Baca Selengkapnya

Junta Myanmar: Pemilu Berikutnya Mungkin Tak Diselenggarakan secara Nasional

41 hari lalu

Junta Myanmar: Pemilu Berikutnya Mungkin Tak Diselenggarakan secara Nasional

Junta Myanmar mengumumkan bahwa pemilu Myanmar berikutnya berpotensi tak diselenggarakan secara nasional.

Baca Selengkapnya

Israel Minta ICJ Tidak Beri Perintah Darurat Baru atas Ancaman Kelaparan di Gaza

47 hari lalu

Israel Minta ICJ Tidak Beri Perintah Darurat Baru atas Ancaman Kelaparan di Gaza

Belum juga melaksanakan putusan ICJ Januari lalu, Israel sudah minta pengadilan PBB itu untuk tidak mengeluarkan perintah darurat baru.

Baca Selengkapnya