Dia diharapkan menempatkan konflik Israel-Palestina sebagai salah satu fokus perhatian agendanya sebagaimana janji Obama selama kampanye pemilu Amerika beberapa waktu lalu.
Sebelumnya Obama berjanji membereskan masalah Irak, Afganistan, dan krisis ekonomi selama masa kampanye dalam perebutan kursi kepresidenan Amerika. Rencana kebijakan luar negeri Obama sangat menekankan pada digelarnya kembali proses perdamaian di kawasan Timur Tengah.
"Tapi latar belakang proses perdamaian yang pernah ada kini terlihat penuh hambatan, kacau, dan bising," kata Rogan Kersh, dosen di New York University’s Wagner School of Public Service, seperti yang dikutip dari Bloomberg, Senin (29/12).
Israel terus melakukan gempuran terhadap Palestina. Serangan udara yang dilakukan sejak beberapa hari lalu bahkan kini telah menewaskan sedikitnya 350 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak yang tak bersenjata. Aksi brutal Israel tersebut memicu gelombang protes di negara-negara Arab dan negara berpenduduk mayoritas muslim.
Tapi hingga kini Obama masih menyikapi dingin aksi Israel itu. Ketika berbicara dengan Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice tentang situasi terkini Timur Tengah, Obama masih belum punya rencana untuk terlibat lebih aktif.
"Hanya ada satu presiden dalam satu waktu," kata penasihat politik Obama, David Axelrod, Senin (29/12). Padahal Obama akan segera mengambil alih Gedung Putih pada 20 Januari mendatang.
AMIRULLAH