Top 3 Dunia: Pulau Bekas Pertempuran Taiwan - Cina dan Erdogan Batal Usir Dubes
Reporter
Tempo.co
Editor
Eka Yudha Saputra
Rabu, 27 Oktober 2021 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Berita terpopuler internasional sepanjang Selasa, 26 Oktober 2021, di antaranya melihat Pulau Kinmen yang menjadi saksi bisu pertempuran Taiwan dan Cina pada 1958, mantan intel yang menuduh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman yang ingin membunuh Raja Salman dengan cincin beracun, dan Presiden Erdogan yang batal mengusir 10 duta besar Barat dari Turki.
Ketiga berita terpopuler di atas terangkum dalam Top 3 Dunia berikut.
1. Pulau Kinmen, Saksi Bisu Pertempuran Taiwan Lawan Cina 1958
Chen Ing-wen melangkah ke singkapan berbatu sekitar 3 km dari pantai Cina di pulau Kinmen yang dikuasai Taiwan dan menunjukkan bagaimana sebagai seorang tentara ia biasa menembak dari sana ke kapal pukat Cina yang terlalu dekat.
"Itu hanya untuk menakut-nakuti mereka - tetapi mereka tidak takut," kata Chen, 50 tahun, yang melakukan dinas militernya di Kinmen dari tahun 1991 hingga 1993. "Kami tidak mencoba membunuh mereka, hanya memperingatkan mereka pergi."
Terletak di garis depan antara Taiwan dan Cina, Kinmen adalah tempat terakhir di mana keduanya terlibat dalam pertempuran besar, pada tahun 1958 di puncak Perang Dingin. Sebagai kenangan, dibuat boneka tentara sedang mengarahkan senjata ke Cina dari beberapa bunker tua.
Cina memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, dan tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk membawanya di bawah kendali Beijing. Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
2. Eks Intel Sebut Putra Mahkota Arab Saudi Ingin Bunuh Raja Pakai Cincin Beracun
Mantan pejabat intelijen Arab Saudi, Saad Al-Jabri, membuat pernyataan mengejutkan dalam wawancara dengan stasiun TV CBS News dalam program "60 Minutes".
Al-Jabri menuduh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman atau MBS adalah seorang psikopat. Pangeran MBS disebut sebagai ancaman bagi rakyatnya, Amerika Serikat dan bagi planet ini.
Dilansir dari CNN, Al-Jabri yang kini tinggal di pengasingan di Kanada juga mengatakan bahwa Pangeran Mohammed bin Salman ingin membunuh Raja Abdullah pada 2014 menggunakan cincin beracun dari Rusia.
Pernyataan itu diungkapkan Pangeran Mohammed bin Salman kepada sepupunya Mohammed bin Nayef (MBN). "Dia (MBS) mengatakan kepadanya (MBN), saya ingin membunuh Raja Abdullah. Saya mendapatkan cincin racun dari Rusia. Cukup bagi saya untuk berjabat tangan dengannya dan dia akan selesai," kata Al-Jabri.
Pangeran Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota setelah perebutan kekuasaan dengan sepupunya, Mohammed bin Nayef yang digulingkan dan berada dalam tahanan rumah sejak Juni 2017. Al-Jabri adalah orang dekat Mohammed bin Nayef selama bertahun-tahun sebagai pejabat intelijen Arab Saudi. Baca berita selengkapnya di sini.
<!--more-->
3. Erdogan Batal Usir 10 Dubes Barat
Presiden Turki, Tayyip Erdogan, batal mengusir 10 duta besar Barat, termasuk Amerika Serikat, setelah mereka menyatakan mematuhi konvensi diplomatik tentang non-intervensi.
"Tujuan kami bukan untuk menciptakan krisis, itu adalah untuk melindungi hak, hukum, kehormatan, dan kedaulatan negara kami," kata Erdogan dalam pidato yang disiarkan televisi setelah memimpin rapat kabinet.
"Dengan pernyataan baru yang dibuat oleh kedutaan yang sama hari ini, sebuah langkah mundur diambil dari fitnah terhadap negara dan bangsa kita ini. Saya percaya para duta besar ini ... akan lebih berhati-hati dalam pernyataan mereka mengenai hak kedaulatan Turki."
Presiden Erdogan akhir pekan lalu mengatakan, bahwa dia telah memerintahkan 10 dubes dinyatakan "persona non grata" karena menuntut pembebasan Osman Kavala, seorang dermawan yang dipenjara karena dituduh mendanai unjuk rasa dan kudeta.
Terlepas dari nadanya yang menantang, komentar Erdogan pada hari Senin adalah perubahan nyata untuk mendinginkan ketegangan setelah ancaman yang dia buat pada akhir pekan. Baca berita selengkapnya di sini.
TEMPO