Facebook Didenda Rp 201 Miliar Akibat Ogah Pekerjakan Warga AS

Reporter

Tempo.co

Kamis, 21 Oktober 2021 19:11 WIB

Siluet pengguna ponsel terlihat di samping layar proyeksi logo Facebook dalam ilustrasi gambar yang diambil 28 Maret 2018. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi]

TEMPO.CO, Jakarta - Raksasa media sosial Facebook setuju membayar denda dan ganti rugi sebesar US$ 14,25 juta atau setara Rp 201 miliar untuk menyelesaikan klaim perdata pemerintah Amerika Serikat. Menurut pejabat AS, Facebook dihukum lantaran melakukan diskriminasi pekerja Amerika Serikat dan melanggar aturan perekrutan federal.

Dikutip dari Reuters, Facebook sepakat membayar denda sebesar US$ 4,75 juta ditambah pembayaran ganti rugi US$ 9,5 juta. Ganti rugi diberikan kepada korban yang memenuhi syarat dalam perekrutan.

Pembayaran denda diumumkan oleh Departemen Kehakiman dan Departemen Tenaga Kerja serta dikonfirmasi oleh Facebook. Gugatan dilayangkan oleh Departemen Kehakiman pada Desember tahun lalu.

Facebook disebut lebih mengutamakan tenaga kerja asing dibandingkan dari dalam negeri. Facebook memberikan preferensi perekrutan kepada pekerja sementara termasuk mereka yang memegang visa H-1B. Hal ini memungkinkan perusahaan mempekerjakan sementara pekerja asing. Visa semacam itu banyak digunakan oleh perusahaan teknologi.

Kristen Clarke, asisten jaksa agung AS untuk Divisi Hak Sipil Departemen Kehakiman, menyebut penyelesaian kasus hukum dengan Facebook adalah hal yang bersejarah. "Ini merupakan hukuman sipil terbesar yang pernah diperoleh Divisi Hak Sipil dalam 35 tahun sejarah ketentuan anti-diskriminasi Undang-Undang Keimigrasian dan Kebangsaan," kata Clarke.

Advertising
Advertising

Undang-undang imigrasi AS, menurut Clarke, melarang diskriminasi terhadap pekerja karena kewarganegaraan atau status imigrasi mereka.

Pemerintah AS menyatakan bahwa Facebook menolak untuk merekrut atau mempekerjakan pegawai dari Amerika Serikat untuk pekerjaan yang telah disediakan untuk pemegang visa sementara di bawah program sertifikasi tenaga kerja permanen atau PERM. Facebook juga dituduh melanggar peraturan rekrutmen peraturan.

Juru bicara Facebook menyatakan telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri litigasi yang sedang berlangsung. Namun Facebook menyangkal telah mennyalahi aturan. "Kami sangat yakin memenuhi standar pemerintah federal dalam praktik sertifikasi tenaga kerja permanen (PERM), namun kami telah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri litigasi yang sedang berlangsung dan melanjutkan program PERM kami," katanya.

Facebook yang didirikan oleh Mark Zuckerberg itu sedang menghadapi kemarahan dari anggota parlemen AS. Sebabnya mantan karyawan perusahaan Frances Haugen menuduh Facebook mengambil keuntungan besar dan mengabaikan penggunanya.

Haugen telah menyerahkan ribuan dokumen kepada penyelidik kongres di tengah kekhawatiran bahwa Facebook membahayakan kesehatan mental anak-anak dan memicu perpecahan masyarakat akibat penggunaan media sosial tersebut.

Baca: Facebook Disebut Berencana Ganti Nama Pekan Depan

REUTERS

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

2 jam lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

3 jam lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

11 jam lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

12 jam lalu

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

Band rock asal California, As I Lay Dying akan turut mengguncang panggung Hammersonic 2024 pada Ahad, 5 Mei 2024. Berikut profil band metal itu.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

15 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Marselino Ferdinan Dihujat Netizen Usai Timnas Indonesia U-23 Kalah Lawan Irak di Piala Asia U-23 2024

17 jam lalu

Marselino Ferdinan Dihujat Netizen Usai Timnas Indonesia U-23 Kalah Lawan Irak di Piala Asia U-23 2024

Marselino Ferdinan menjadi sorotan di media sosial usai timnas Indonesia u-23 dikalahkan Irak 1-2 di perebutan peringkat ketiga Piala Asia U-23 2024.

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

19 jam lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

22 jam lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

23 jam lalu

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

Amerika Serikat mengakui salah telah membunuh warga sipil saat menargetkan pemimpin Al Qaeda di Suriah dalam serangan drone.

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

1 hari lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya