Wanita Besi dari Taiwan, Presiden Tsai Ing-wen Benteng Menghadapi Cina

Reporter

Tempo.co

Rabu, 13 Oktober 2021 15:48 WIB

Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen.[Lowy Institute]

TEMPO.CO, Jakarta – Tsai Ing-wen menorehkan sejarah baru sebagai presiden perempuan pertama di Taiwan. Dirinya sudah aktif di dunia perpolitikkan Taiwan dengan menjadi Ketua Partai Progresif Demokratik (DPP) di Republik Tiongkok selama tiga periode, yakni periode 2008-2012, 2014-2018, dan 2020-2024. Lantas, bagaimana sepak terjang seorang Tsai Ing-wen?

Lahir pada 31 Agustus 1956, melansir laman britannica.com, Tsai Ing-wen berasal dari keluarga terpandang. Tsai Ing-wen berhasil memeroleh gelar sarjana hukum di Universitas Nasional Taiwan pada 1978. Sementara itu, untuk gelar master (1980) dan doktornya (1984) bidang hukum, Tsai Ing-wen memperoleh masing-masing dari Cornell University dan London School of Economics.

Dilansir dari laman english.president.gov.tw, sepak terjangnya di dunia politik dimulai pada 1990 ketika dia ditunjuk sebagai penasihat kebijakan perdagangan dalam administasi Taiwan era Presiden Lee Teng Hui. Selama menjabat posisi itu, dirinya telah melakukan beberapa hal yang cukup signifikan. Dengan kemampuan ahli taktik dan negosiasi, membuat Taiwan dapat bergabung dalam Organisasi Perdagangan Dunia. Kemudian, di masa Presiden Cheb Shui-bian, Tsai dipercaya menjadi ketua Dewan Urusan Daratan.

Tahun 2004 merupakan momen tertinggi Tsai di dunia politik sebab dirinya memutuskan bergabung dengan Partai DPP. Tsai terpilih menjadi anggota legislatif nasional Taiwan. Sepak terjangnya di Partai DPP semakin memuncak tatkala pada 2008 terpilih menjadi ketua umum Partai DPP sekaligus menjadi ketua umum perempuan pertama.

Sebelum menjadi presiden seperti sekarang ini, Tsai pernah menelan pil pahit kekalahan dalam pemilihan presiden (pilpres) Taiwan pada 2012, dikalahkan oleh pertahana, Ma Ying-jeou.

Advertising
Advertising

Baru pada 2016, diusung oleh partai yang diketuainya, Partai DPP, Tsai berhasil memenangi Pilpres Taiwan 2016. Selain menjadi presiden wanita pertama Taiwan, Tsai juga menjadi orang kedua yang memenangi kursi kepresidenan di luar partai pertahanan, yaitu Partai Nasionalis Koumintang (KMT).

Sebagai keturunan etnis Hakka, Tsai turut membanggakan ras Hakka yang merupakan etnis minoritas di Taiwan. Tsai bahkan memenangi kembali Pilpres Taiwan yang diadakan Januari 2020 lalu dengan mengalahkan lawannya, Han Kuo-yu yang berasal dari Partai KMT.

Tsai merupakan sosok yang sangat menentang keinginan Cina agar Taiwan jatuh ke tangan mereka. Dijelaskan dalam laman britannica.com, dalam kampanyenya pada Pilpres Taiwan 2016, Tsai mengkritik Pemerintah Presiden Ma yang dinilai terlalu dekat dengan Cina.

Bahkan, sebagaimana dilansir dari laman reuters.com, Tsai mengungkapkan apabila Cina tetap ngotot dengan ambisi itu, Taiwan tidak akan tinggal diam. “Perdamaian kawasan dan sistem demokrasi juga akan terkena dampaknya,” ujarnya.

NAOMY A. NUGRAHENI

Baca: Menolak Tunduk Pada Cina, Tsai Ing-wen Janji Akan Terus Perkuat Militer Taiwan

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

44 menit lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

5 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

6 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

6 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

10 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

13 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Mampir ke Jakarta Tzuyu TWICE Bagi Makna Kecantikan hingga Pose di Jalur Evakuasi

22 jam lalu

Mampir ke Jakarta Tzuyu TWICE Bagi Makna Kecantikan hingga Pose di Jalur Evakuasi

Tzuyu membagikan beberapa momen saat di Jakarta

Baca Selengkapnya

Taiwan Beri Subsidi untuk Turis yang Traveling ke Kota Bekas Gempa Hualien dan Taitung

1 hari lalu

Taiwan Beri Subsidi untuk Turis yang Traveling ke Kota Bekas Gempa Hualien dan Taitung

Wisatawan yang melakukan tur mandiri di Hualien dan Taitung Taiwan dapat menerima subsidi hingga Rp 494 ribu.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Modus Penyelewengan Dana BOS

1 hari lalu

Modus Penyelewengan Dana BOS

Penyelewengan dana bantuan operasional sekolah atau dana BOS diduga masih terus terjadi di banyak satuan pendidikan secara nasional.

Baca Selengkapnya