Facebook Diminta Beri Data Akun yang Unggah soal Rohingya

Reporter

Tempo.co

Kamis, 23 September 2021 19:54 WIB

Seorang pria pengungsi Rohingya menarik seorang anak ketika mereka berjalan ke pantai setelah melintasi perbatasan Bangladesh-Myanmar dengan perahu melalui Teluk Benggala di Shah Porir Dwip, Bangladesh, 10 September 2017. REUTERS/Danish Siddiqui

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang hakim di Washington D.C pada Rabu, 22 September 2021, mengkritik Facebook karena gagal mentransfer informasi ke penyidik yang sedang mengupayakan eksekusi hukum terhadap Myanmar atas kejahatan internasional pada etnis minoritas Rohingya.

Hakim tersebut pun memerintahkan Facebook agar mau memberikan catatan akun-akun yang terkait dengan kekerasan anti-Rohingya di Myanmar, yang telah diblokir oleh Facebook. Hakim menolak argumen Facebook, yang ingin melindungi privacy.

Pengungsi etnis Rohingya yang terdampar di pesisir Kuala Simpang Ulim memperlihatkan kartu identitas yang dikeluarkan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) saat pendataan di Aceh Timur, Aceh, Sabtu, 5 Juni 2021. Sebanyak 81 pengungsi dari suku Rohingya yang terdampar pada 4 Juni lalu hingga saat ini masih ditempatkan di pulau Idaman sebelum direlokasi ke tempat lain. ANTARA FOTO / Irwansyah Putra

Advertising
Advertising

Facebook menolak merilis data karena itu sama dengan melanggar hukum Amerika Serikat yang melarang layanan jasa komunikasi elektronik mempublikasi komunikasi para pengguna.

Akan tetapi, hakim berpandangan unggahan-unggahan di Facebook yang di delete, tidak masuk dalam kategori yang dimaksud dalam hukum tersebut. Tidak membagi konten yang diminta otoritas, bisa memperparah targedi yang menimpa etnis Rohingya.

“Facebook menggunakan jubah hak-hak privacy yang penuh dengan ironi. Situs – situs berita menuliskan sejarah skandal privacy Facebook yang kotor,” kata hakim di Washington D.C.

Juru bicara Facebook mengatakan pihaknya telah mengevaluasi keputusan perusahaan. Facebook sebenarnya sudah secara sukarela dan sah mengungkap data-data ke sebuah badan PBB, yang secara independen menginvestigasi kasus pembantaian etnis Rohingya di Myanmar.

Lebih dari 730 ribu etnis Rohingya pada 2017, melarikan diri dari negara bagian Rakhine di Myanmar setelah meletupnya pembantaian oleh militer negara itu. Para pengungsi Rohingya mengatakan telah terjadi pembantaian massal dan perkosaan.

Kelompok – kelompok HAM mendokumentasikan pembunuhan warga sipil ini dan pembakaran desa-desa tempat tinggal etnis Rohingya. Otoritas Myanmar menyatakan yang mereka lakukan adalah memberantas sebuah pemberontakan dan menyangkal adanya kekejaman sistematis.

Baca juga: Militer Myanmar Bebaskan Wirathu, Biksu anti-Muslim Rohingya

Sumber: Reuters

Berita terkait

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

14 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

1 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

1 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

1 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

1 hari lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

1 hari lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

1 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya