LSM Jerman Gugat BMW dan Daimler karena Tidak Tetapkan Target Emisi Karbon

Reporter

Tempo.co

Selasa, 21 September 2021 17:00 WIB

Sebuah pipa knalpot mobil terlihat di sebuah jalan di Berlin, Jerman, 22 Februari 2018. [REUTERS/Fabrizio Bensch/File Photo]

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala LSM lingkungan Jerman telah menggugat pembuat mobil BMW dan Daimler karena menolak untuk memperketat target emisi karbon mereka dan menolak menghentikan mobil penghasil bahan bakar fosil pada 2030, surat kabar Handelsblatt melaporkan pada Selasa.

Lembaga non-pemerintah Deutsche Umwelthilfe (DUH) mengonfirmasi kepada Reuters tuntutan hukum telah diajukan pada Senin malam.

Dalam surat kepada perusahaan pada awal September, perusahaan diberi waktu hingga 20 September untuk menyetujui tuntutan LSM, yang juga termasuk membatasi produksi mobil mesin pembakaran internal (ICE) menjelang 2030, dikutip dari Reuters, 21 September 2021.

Tak satu pun dari perusahaan sejauh ini menetapkan tanggal akhir untuk produksi mobil ICE.

BMW dan Daimler mengkonfirmasi kepada Reuters pada hari Senin bahwa mereka tidak menerima tuntutan LSM tersebut.

Advertising
Advertising

Gugatan dari kepala Deutsche Umwelthilfe (DUH) mirip dengan yang diajukan untuk Volkswagen oleh kepala divisi Jerman Greenpeace bekerja sama dengan Fridays for Future aktivis Clara Mayer dan pemilik tanah yang tidak dikenal. Namun, grup ini memberi Volkswagen waktu hingga 29 Oktober untuk merespons.

DUH juga menantang perusahaan energi Wintershall untuk membatasi target emisinya, tetapi belum ada gugatan yang diajukan terhadap perusahaan tersebut.

Mekanik mengecek mesin saat menyelesaikan pembuatan mobil baru Mercedes-Benz S-Class di pabrik pembutan Daimler di Sindelfingen dekat Stuttgart, Jerman, 2 September 2020. REUTERS/Ralph Orlowski

Pada Mei tahun lalu, pengadilan tinggi Jerman memutuskan undang-undang iklim negara itu tidak cukup untuk melindungi generasi mendatang. Undang-undang ini menetapkan anggaran emisi karbon untuk sektor ekonomi utama, meningkatkan persentase pengurangan emisi dari tingkat tahun 1990 pada tahun 2030 menjadi 65% dari 55%, dan menyatakan bahwa Jerman sebagai negara harus netral karbon pada tahun 2045.

Pada bulan yang sama, kelompok lingkungan di Belanda memenangkan kasus terhadap perusahaan minyak Shell karena tidak berbuat cukup untuk mengurangi dampaknya terhadap iklim, perusahaan swasta pertama yang diperintahkan oleh pengadilan untuk mengurangi emisinya.

Di balik dua putusan itu, para aktivis Jerman mengajukan kasus mereka.

Kasus ini penting pada dua tingkat. Pertama, karena preseden hukum yang dapat ditetapkan, yaitu bahwa perusahaan secara langsung bertanggung jawab atas dampak emisi yang dihasilkan produk mereka terhadap kehidupan masyarakat.

Jika penggugat menang, warga negara menjadi lebih berani untuk menuntut perusahaan lain dari maskapai penerbangan hingga perusahaan energi karena tidak berbuat cukup untuk mengurangi dampaknya terhadap planet ini.

Kedua, karena perusahaan akan dipaksa untuk membuktikan di pengadilan bahwa target emisi mereka sama ketatnya dengan yang mereka katakan, menguji tekanan klaim mereka bahwa mereka menganggap serius perubahan iklim.

Daimler dan BMW telah menetapkan sejumlah target terkait iklim.

Daimler bertujuan untuk memproduksi kendaraan listrik murni (EV) pada tahun 2030, dan menyediakan alternatif listrik untuk semua model pada tahun 2025. BMW ingin setidaknya setengah dari penjualan global menjadi EV pada tahun 2030, dan mengurangi emisi CO2 per kendaraan sebesar 40% pada jangka waktu yang sama. Volkswagen mengatakan akan berhenti memproduksi mobil penghasil bahan bakar fosil pada tahun 2035.

Ketiga perusahaan telah menyatakan bahwa target mereka sejalan dengan Perjanjian Iklim Paris untuk mengatasi pemanasan global.

Tetapi para penggugat berpendapat bahwa tujuan perusahaan tidak cukup untuk mematuhi peraturan iklim Jerman dan anggaran emisi karbon yang ditetapkan oleh Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC).

Dengan memperpanjang kegiatan emisi karbon, perusahaan secara langsung bertanggung jawab atas kendala hak individu yang harus ditanggung di masa depan jika anggaran karbon tidak dipatuhi, menurut kasus tersebut.

Ini sama sekali bukan satu-satunya perusahaan yang dapat menerapkan argumen semacam itu, dan jika DUH menang, lebih banyak tuntutan hukum dapat menyusul.

Daimler mengatakan pada Senin pihaknya tidak melihat alasan apapun untuk kasus tersebut. "Kami telah lama memberikan pernyataan yang jelas untuk jalan menuju netralitas iklim: itu adalah tujuan kami untuk sepenuhnya listrik pada akhir dekade - di mana pun kondisi pasar memungkinkan," katanya dalam sebuah pernyataan.

BMW mengatakan target iklimnya sudah berada di garis depan industri, dan tujuannya sejalan dengan ambisi menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat.

Pembuat mobil Jerman lain, Volkswagen, mengatakan akan mempertimbangkan kasus ini, tetapi "tidak memandang menggugat perusahaan individu sebagai metode yang cocok untuk mengatasi tantangan sosial."

Baca juga: Polusi Udara Bisa Mengurangi Usia Harapan Hidup Orang India Hingga 9 Tahun

REUTERS

Berita terkait

Kota Metropolitan di Jerman yang Nyaman Dijelajahi dengan Berjalan Kaki

2 hari lalu

Kota Metropolitan di Jerman yang Nyaman Dijelajahi dengan Berjalan Kaki

Tidak hanya di Jerman, Munich juga kota yang paling nyaman berjalan kaki di Eropa

Baca Selengkapnya

Greenpeace Anggap Perpres Energi Terbarukan Melenceng dari Komitmen Paris Agreement

3 hari lalu

Greenpeace Anggap Perpres Energi Terbarukan Melenceng dari Komitmen Paris Agreement

Greenpeace mengkritik Pemerintah Indonesia yang masih menolerir proyek PLTU. Pemenuhan Paris Agreement 2015 masih jauh panggang dari api.

Baca Selengkapnya

Wawancara Eksklusif Duta Besar Ina Lepel: Begini Cara Jerman Atasi Kekurangan Tenaga Kerja Terampil

4 hari lalu

Wawancara Eksklusif Duta Besar Ina Lepel: Begini Cara Jerman Atasi Kekurangan Tenaga Kerja Terampil

Dubes Jerman untuk Indonesia menjelaskan tentang UU terbaru yang diterapkan untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja terampil di Jerman.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: 9 Negara Tolak Keanggotaan Palestina di PBB hingga Serangan Bom Nuklir ke Gaza

5 hari lalu

Top 3 Dunia: 9 Negara Tolak Keanggotaan Palestina di PBB hingga Serangan Bom Nuklir ke Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Selasa 14 Mei 2024 diawali oleh alasan 9 negara menolak Palestina menjadi anggota penuh PBB.

Baca Selengkapnya

Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

5 hari lalu

Kerja dan Tinggal di Jerman Semakin Mudah dengan Peraturan Baru, Simak Ketentuannya

Berikut peraturan baru untuk mempermudah proses mencari kerja di Jerman bagi warga negara di luar Uni Eropa.

Baca Selengkapnya

Jerman Berminat Investasi dan Penasaran dengan IKN

5 hari lalu

Jerman Berminat Investasi dan Penasaran dengan IKN

Dubes Jerman Ina Lepel mengatakan ada minat dari negaranya untuk berinvestasi di IKN.

Baca Selengkapnya

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

6 hari lalu

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

Senator AS Lindsey Graham melontarkan pernyataan kontroversial terkait agresi Israel di Gaza. Ia menyarankan Israel membom nuklir Gaza

Baca Selengkapnya

Hutan Mangrove Lebih Efektif Menyerap Emisi Karbon, Ini Penjelasannya

6 hari lalu

Hutan Mangrove Lebih Efektif Menyerap Emisi Karbon, Ini Penjelasannya

Hutan mangrove memiliki segudang manfaat terutama efektif menyerap emisi karbon. Begini penjelasannya .

Baca Selengkapnya

Diincar Jerman, Penghiliran Nikel Jalan Terus

8 hari lalu

Diincar Jerman, Penghiliran Nikel Jalan Terus

Pemerintah Jerman masih menginginkan produk nikel mentah Indonesia. Namun pemerintah Indonesia tetap akan jalankan penghiliran industri nikel.

Baca Selengkapnya

Para Ilmuwan Gambarkan Situasi Dunia Bila Suhu Global Menembus Batas 1,5 Derajat Celcius

10 hari lalu

Para Ilmuwan Gambarkan Situasi Dunia Bila Suhu Global Menembus Batas 1,5 Derajat Celcius

Survei besutan The Guardian menggambarkan pandangan para ahli mengenai situasi distopia akibat efek pemanasan global. Bencana iklim mendekat.

Baca Selengkapnya