Taliban Jadikan Afghanistan Negara Ke-13 Tanpa Pejabat Perempuan di Pemerintahan

Sabtu, 11 September 2021 15:00 WIB

Aktivis perempuan Afghanistan untuk meminta kepada Taliban untuk mengakui prestasi dan pendidikan mereka, , di depan istana kepresidenan, Kabul, Afghanistan, 3 September 2021. Selama dekade terakhir, perempuan menikmati kesetaraan gender dan dibebaskan mengembangkan dirinya. Kini hak tersebut terenggut dengan berkuasanya Taliban. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Taliban untuk memasukkan pejabat-pejabatnya ke pemerintahan baru Afghanistan mengakhiri keberadaan perempuan di sana. Bahkan, Taliban pun menghapus keberadaan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dari daftar pos di pemerintahan baru Afghanistan.

Keputusan Taliban tersebut menjadikan Afghanistan sebagai satu dari sedikitnya negara di dunia yang tidak mengakui atau tidak memiliki perempuan di dalam pemerintahannya. Dikutip dari CNN, total hanya ada 12 negara yang pemerintahannya memenuhi kriteria tersebut.

Ke-12 negara adalah Azerbaijan, Armenia, Brunei. Korea Utara, Papua Nugini, Saint Vincent, Arab Saudi, Thailand, Tuvalu, Vanuatu, Vietnam, dan Yaman. Hal itu mengacu pada data dari Inter-Parliamentary Union. Adapun Taliban merasa sah-sah saja tak ada perempuan di pemerintahan mereka.

"Tidak perlu ada perempuan di Kabinet. Pentingkah ada perempuan di kabinet? Menurut saya itu malah membenani mereka dengan hal yang tidak cakap mereka lakukan. Hal positif apa yang bisa lahir dari situ?" ujar juru bicara Taliban, Sayed Zekrullah Hashimi, pada Rabu kemarin, 8 September 2021.

Sebelum Taliban mengambil alih, keberadaan perempuan di Pemerintahan Afghanistan sesungguhnya sudah minor. Mereka hanya mewakili 6,5 persen dari posisi yang tersedia di kabinet.

Seorang perempuan yang mengenakan Burqa berjalan melewati Pasukan Taliban yang memblokir jalan-jalan di sekitar bandara, di Kabul, Afghanistan. 27 Agustus 2021. Taliban juga melarang perempuan menekuni olahraga karena dinilai tidak sesuai dengan syariat Islam yang diyakini, dengan alasan khawatir bagian tubuh perempuan akan terekspose ketika berolahraga. REUTER/Stringer


Keberadaan perempuan di Parlemen Afghanistan juga minim pra-kedatangan Taliban. Walau begitu, presentasenya lebih besar dibanding situasi di kabinet. Menurut data IPU, 27 persen anggota Parlemen Afghanistan adalah perempuan. Angka itu sedikit lebih tinggi dibanding Amerika, 26,8 persen.

Angka 27 persen di Parlemen Afghanistan bertahan relatif lama. IPU mengatakan persentase tersebut dijaga Afghanistan sejak 2005 karena konstitusi mengatur minimum 68 dari 250 kursi harus ditujukan untuk perempuan. Sekarang, kelanjutannya tak jelas dengan Taliban mengambil alih pemerintahan.

"Dengan disingkirkannya perempuan dari mesin pemerintahan, Taliban mengirim sinyal yang salah saol niatan mereka membentuk pemerintahan yang terbuka dan inklusif."

"Kehadiran perempuan dalam aktivitas politik adalah syarat dasar untuk kesetaraan gender dan demokrasi yang sejati. Itu juga tes litmus untuk menilai inklusivitas dari sebuah pemerintahan," ujar Direktur Eksekutif UN (PBB) Women Paramila Patten.

Kebalikan dari Afghanistan dan 12 negara lainnya adalah Rwanda. Sebanyak 56 persen kursi di Parlemen Rwanda diisi oleh Perempuan. Selain Rwanda, ada Kuba, Nikaragua, Meksiko, dan UEA di mana keberadaan perempuan di Parlemen berada di kisaran 50 persen, kontras dengan Taliban.

Baca juga: Staf PBB di Afghanistan Dilecehkan sejak Taliban Berkuasa

ISTMAN MP | REUTERS


Berita terkait

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

1 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

1 hari lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

2 hari lalu

Australia dan Indonesia Dukung Perempuan dalam Peradilan

Mahkamah Agung Indonesia saat ini memiliki representasi perempuan tertinggi di antara lembaga penegak hukum di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

3 hari lalu

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

Penetapan Hari Danau Sedunia menjadi satu dari empat poin usulan yang dibawa Indonesia untuk diangkat menjadi resolusi PBB.

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

3 hari lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

4 hari lalu

Pentingnya Peran Perempuan Dalam Keluarga dan Dunia Profesional

Refleksi terhadap dinamika peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan dalam memperingati Hari Kartini.

Baca Selengkapnya

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

4 hari lalu

Di World Water Forum ke-10, RI Akan Usul Penetapan Hari Danau Sedunia

Pemerintah Indonesia akan mengusulkan penetapan Hari Danau Sedunia dalam acara World Water Forum ke-10 yang dihelat di Bali pada 18-25 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

5 hari lalu

Influencer TikTok Perempuan Irak Ditembak Mati

Seorang pria bersenjata yang mengendarai sepeda motor menembak mati seorang influencer media sosial perempuan terkenal Irak

Baca Selengkapnya

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

5 hari lalu

Siprus Lanjutkan Bantuan Pangan ke Gaza Via Laut Pasca-Pembunuhan Relawan WCK

Pengiriman bantuan pangan ke Gaza dari Siprus melalui jalur laut dilanjutkan pada Jumat malam

Baca Selengkapnya

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

5 hari lalu

PBB: Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza

Serangan Israel ke Gaza telah meninggalkan sekitar 37 juta ton puing di wilayah padat penduduk, menurut Layanan Pekerjaan Ranjau PBB

Baca Selengkapnya