TEMPO.CO, Jakarta - Staf Afghanistan yang bekerja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di kantor perwakilan Kabul menjadi sasaran pelecehan dan intimidasi sejak Taliban berkuasa bulan lalu, ujar utusan khusus PBB untuk Afghanistan Deborah Lyons, Kamis, 9 September 2021.
"Kami ... semakin khawatir dengan meningkatnya jumlah insiden pelecehan dan intimidasi terhadap staf nasional kami. Kami akan terus melakukan segala kemungkinan untuk mendukung staf kami dan menjaga mereka dari bahaya," kata Lyons.
Dokumen keamanan internal PBB yang dilihat oleh Reuters pada 25 Agustus 2021menggambarkan lusinan insiden termasuk ancaman terselubung, penjarahan kantor-kantor PBB dan penganiayaan fisik terhadap staf sejak 10 Agustus, tak lama sebelum Taliban berkuasa.
"PBB tidak dapat melakukan pekerjaan yang sangat penting bagi rakyat Afghanistan - jika personelnya menjadi sasaran intimidasi, ketakutan akan nyawa mereka, dan tidak dapat bergerak dengan bebas," kata Lyons.
Sementara Taliban telah berusaha untuk meyakinkan bahwa mereka akan menghormati hak-hak rakyat.
"Kami marah atas laporan bahwa anggota Taliban telah melakukan pembalasan terhadap staf PBB di seluruh negeri. Ini sama sekali tidak dapat diterima," kata diplomat senior AS Jeffrey DeLaurentis kepada Dewan Keamanan PBB.
Dia meminta Taliban untuk menghormati independensi dan netralitas PBB.
Dia juga mengatakan Amerika Serikat mendengar laporan bahwa beberapa staf wanita PBB dan staf wanita mitra bantuan AS dilarang masuk ke kantor atau diminta masuk ke tempat kerja mereka dengan pendamping pria.
"Menyebut insiden yang dilaporkan ini 'keterlaluan'. Semua anggota staf PBB harus dapat melakukan pekerjaan mereka tanpa beban yang tidak semestinya dan tanpa diskriminasi mengenai siapa mereka," kata DeLaurentis