WHO Minta Negara-negara Kaya Tahan Vaksinasi COVID-19 Dosis Ketiga Hingga 2022

Kamis, 9 September 2021 19:30 WIB

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers yang diselenggarakan oleh Asosiasi Koresponden Persatuan Bangsa-Bangsa Jenewa (ACANU) di tengah wabah Covid-19, yang disebabkan oleh virus corona baru, di markas besar WHO di Jenewa Swiss 3 Juli, 2020. [Fabrice Coffrini / Pool melalui REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, kembali meminta negara-negara kaya untuk menahan penyuntikan dosis ketiga vaksin COVID-19 (booster shot). Dikutip dari kantor berita Al Jazeera, WHO meminta penyuntikan booster shot ditahan hingga 2022 sehingga suplai vaksin COVID-19 yang tersedia bisa disalurkan untuk negara-negara yang membutuhkan.

"Saya tidak mau tinggal diam dan membiarkan perusahaan farmasi dan negara-negara yang mengontrol rantai pasokan vaksin COVID-19 membuat negara-negara miskin hanya menerima sisa-sia suplai. Mereka itu bukan prioritas kedua ataupun ketiga," ujar Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Rabu, 8 September 2021.

Seperti disebutkan di awal, ini bukan pertama kalinya WHO meminta moratorium penyuntikan booster shot. Sebelumnya, mereka sudah mengajukan hal tersebut dan meminta moratorium ditahan hingga bulan September. Sayangnya, tidak ada yang mengikuti arahan WHO.

Negara-negara kaya seperti Israel, Inggris, Denmark, Prancis, jerman, Spanyol, dan Amerika memilih untuk tetap melanjutkan program booster shot mereka. Mereka ingin menyuntikkan dosis ketiga untuk warga dari kelompok rentan seperti lansia atau mereka yang memiliki penyakit parah.

Kali ini, Ghebreyesus lebih optimistis arahannya akan didengarkan. Ia mengklaim mendapat sinyal dukungan yang jelas dari negara anggota G20 pada pertemuan bulan ini. Negara-negara itu, kata Ghebreyesus, ingin membantu semua negara di dunia mencapai target vaksinasi 40 persen populasi per akhir tahun.

"Agustus lalu, saya meminta moratorium global untuk booster shot, paling tidak hingga bulan September. Itu untuk memprioritaskan orang-orang yang belum menerika satu dosis pun di negara-negara miskin. Sayangnya, tak banyak perubahan."

"Sekarang, saya meminta perpanjangan moratorium hingga akhir tahun 2021 agar semua negara bisa memvaksinasi 40 persen populasinya," ujar Ghebreyesus menegaskan.

Menurut laporan Al Jazeera, ada 5,5 miliar dosis vaksin COVID-19 yang beredar di seluruh dunia. Dari angka tersebut, kurang lebih 80 persennya sudah disuntikkan. Berbagai negara kaya menjanjikan donasi 1 miliar dosis vaksin COVID-19 ke negara-negara miskin. Namun, menurut WHO, kurang dari 15 persen dari janji itu yang terpenuhi.

Baca juga: Singapura Izinkan Turis Masuk tanpa Karantina saat Kasus Covid-19 Naik

ISTMAN MP | AL JAZEERA

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

16 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

1 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

2 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

2 hari lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

3 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya