TEMPO.CO, Jakarta - Singapura mulai Rabu ini, 8 September 2021, membuka pintu untuk wisatawan dari negara tertentu tanpa harus karantina asalkan sudah divaksinasi dua dosis. Langkah penting untuk pemulihan ekonomi ini diambil saat kasus harian Covid-19 mencatat rekor tertinggi dalam setahun terakhir.
Pada Selasa, kasus harian Covid-19 tercatat 320 sehingga pemerintah Singapura mendesak penduduk untuk membatasi kegiatan sosial mereka. Padahal angka vaksinasi warga sudah mencapai 88 persen.
Setelah melaporkan 1.325 kasus domestik dalam seminggu terakhir, naik dari 723 minggu sebelumnya, Singapura pada hari Senin mengumumkan larangan pertemuan dan interaksi di tempat kerja mulai Rabu, dan mendesak orang untuk membatasi pertemuan sosial menjadi sekali sehari. Singapura berjanji tindakan cepat setelah kasus Covid-19 hampir dua kali lipat pada 6 Sep 2021
Saat ini, Singapura mengizinkan pendatang dari lokasi berisiko rendah, termasuk Cina, Taiwan, dan Hong Kong, untuk masuk tanpa karantina, terlepas dari status vaksinasi mereka. Namun, pelancong dari sebagian besar negara dan wilayah lain harus dikarantina selama satu atau dua minggu setelah kedatangan, bahkan jika mereka telah divaksinasi lengkap.
Skema baru, yang disebut Jalur Perjalanan Bervaksinasi, pertama-tama akan mencakup pelancong dari Jerman dan Brunei. Sebagian besar pendatang diharapkan dari negara Eropa, mengingat ukuran ekonominya. Jerman dipilih pertama karena tingkat vaksinasi yang tinggi, situasi Covid relatif stabil dan koneksi ke negara-kota.
Komunitas Jerman di Singapura sangat antusias dengan program baru ini. "Saya sangat bersemangat, karena saya tidak bepergian sejak Maret 2020, dan semua rutinitas hilang," kata Kirsten Moench, yang bekerja di German European School Singapore, kepada Nikkei Asia pada Selasa sebelum terbang ke Jerman.
Dia berencana mengunjungi keluarganya selama dua setengah minggu. Penerbangan kembalinya ditujukan untuk skema bebas karantina.
Menurut Kedutaan Besar Jerman, hampir 2.000 perusahaan Jerman di Singapura dan diperkirakan 8.000 orang Jerman tinggal di negara kota tersebut.
Tadinya Singapura memutuskan untuk bisa hidup berdampingan dengan virus corona dan menurunkan status pandemi menjadi epidemi. Namun tampaknya keputusan itu harus ditunda sementara.
Leo Yee Sin, direktur eksekutif Pusat Nasional untuk Penyakit Menular, mengatakan, bahwa vaksinasi saja tidak cukup. Singapura masih perlu berhati-hati karena Covid-19 tidak dapat dilihat sebagai flu biasa, katanya kepada The Straits Times, Selasa.
Upaya itu dipuji Dr Dale Fisher, yang mengepalai Jaringan Peringatan dan Respons Wabah Global WHO, yang mengatakan strategi keluar Singapura tepat "hati-hati dan bertahap".