TEMPO.CO, Jakarta - Federasi Internasional Sepak Bola (FIFA) tengah menegosiasikan evakuasi para atlit sepak bola dan atlit-atlit lainnya yang masih terjebak di Afghanistan. Hal itu menyusul serangan bom oleh kelompok teroris ISIS-K di Bandara Hamid Karzai, Kabul, yang menewaskan 85 orang.
Pekan lalu, atlit timnas sepak bola Afghanistan Zaki Anwari tewas terjatuh dari pesawat Amerika yang mengevakuasi warga dari Kabul. Saat itu, Anwari nekat memanjat ke pesawat bersama warga-warga Afghanistan lainnya yang takut hidup di bawah penguasa baru, Taliban.
"Presiden dan Sekjen FIFA terus memantau perkembangan situasi di Afghanistan dan bekerja keras dengan pemerintah serta organisasi yang relevan untuk menyelamatkan atlit dari sana," ujar keterangan pers FIFA, dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 27 Agustus 2021.
FIFA mengatakan, proses negosiasi yang dilalui lumayan kompleks di tengah situasi yang serba tak menentu di Afghanistan. Walau begitu, berbagai upaya dilakukan agar evakuasi bisa dilakukan sebelum tenggat yang ditetapkan Taliban, 31 Agustus 2021.
"Para pimpinan FIFA secara personal terlibat langsung dalam proses negosiasi evakuasi atlit sepakbola dan lainnya," ujar keterangan pers FIFA menambahkan.
Sebagai catatan, pekan ini, Australia membantu proses evakuasi 50 atlet perempuan Afghanistan beserta kerabat mereka. Evakuasi dilakukan setelah negosiasi antara Asosiasi Atlit Sepak Bola Dunia, FIFPRO, dengan pemerintah Australia.
Untuk keamanan, atlet sepak bola di Afghanistan diminta untuk tidak terang-terangan mengakui diri sebagai atlet agar tidak dipersulit ataupun diincar oleh Taliban. Mantan kapten timnas sepak bola perempuan Afghanistan, Khalida Popal, misalnya menyarankan seluruh pemain untuk menghapus media sosial, identitas publik, dan seragam timnas.
"Milisi (Taliban) pernah membunuh, memperkosa, dan menganiaya perempuan di masa lalu. Para atlet perempuan di Afghanistan khawatir dengan masa depan mereka dengan kembalinya Taliban," ujar Popal.