Malala Minta Joe Biden Berani Selamatkan Rakyat Afghanistan

Reporter

Tempo.co

Selasa, 17 Agustus 2021 13:07 WIB

Malala Yousafzai, penerima Nobel perdamaian, saat pertemuan dengan remaja perempuan Complexo da Penha yang bekerja pada organisasi sepak bola Street Child United di Pantai Copacabana, Rio de Janeiro, Brasil, 11 Juli 2018. REUTERS/Ricardo Moraes

TEMPO.CO, Jakarta - Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Malala Yousafzai angkat suara ihwal kemenangan Taliban di Afghanistan. Dia mengatakan sangat prihatin dengan situasi di Afghanistan, terutama keselamatan perempuan dan anak perempuan. Dia menyerukan para pemimpin dunia segera mengambil tindakan.

Dalam wawancara khusus dengan BBC seperti dilansir dari Reuters, Malala juga meminta Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengambil langkah berani. Menurut Malala, Biden memiliki banyak hal yang harus dilakukan untuk melindungi rakyat Afghanistan.

Selain Joe Biden, Malala menambahkan bahwa dia telah berusaha menjangkau beberapa pemimpin global. "Ini sebenarnya adalah krisis kemanusiaan yang mendesak sehingga kami perlu memberikan bantuan dan dukungan," kata Malala.

Malala yang kini berusia 23 tahun, selamat setelah ditembak di kepala oleh pria bersenjata anggota Taliban pada 2012. Dia menjadi sasaran kekerasan setelah melakukan kampanye melawan larangan perempuan untuk mendapatkan akses pendidikan.

Saat itu ia baru berusia 11 tahun dan menulis blog dengan nama pena untuk BBC tentang hidup di bawah kekuasaan Taliban Pakistan.

Advertising
Advertising

"Saya sangat prihatin dengan situasi di Afghanistan saat ini, terutama tentang keselamatan perempuan dan anak perempuan di sana," kata Malala.

"Saya memiliki kesempatan untuk berbicara dengan beberapa aktivis di Afghanistan, termasuk aktivis hak-hak perempuan. Mereka berbagi keprihatinan bahwa tidak yakin seperti apa hidup nantinya."

Malala mengatakan dia telah mengirim surat kepada Perdana Menteri Pakistan Imran Khan. Ia meminta Imran Khan menerima pengungsi Afghanistan dan memastikan bahwa semua anak-anak pengungsi memiliki akses ke pendidikan, memiliki akses ke keselamatan dan perlindungan, bahwa masa depan mereka tidak hilang.

Malala sebelumnya adalah warga negara Pakistan. Ia pindah ke Inggris setelah ditembak oleh Taliban Pakistan dan mendapat perawatan medis di sana. Tahun lalu, Malala lulus dari Universitas Oxford dengan gelar filsafat, politik dan ekonomi.

Baca: Tokoh Agama Pakistan Ancam Bakal Bunuh Malala Yousafzai

REUTERS

Berita terkait

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

2 jam lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

1 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

1 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

40 hari lalu

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

Serangan mematikan di Moskow yang diklaim oleh afiliasi ISIS menyebabkan 137 orang tewas dan sekitar 100 orang terluka.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

58 hari lalu

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

Indonesia bekerja sama di antaranya dengan UNICEF memberikan bantuan vaksin polio bOPV ke Afghanistan

Baca Selengkapnya

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

59 hari lalu

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

Lima anggota unit pasukan khusus elit SAS Inggris ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan perang di Suriah

Baca Selengkapnya

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

2 Maret 2024

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

Badai salju hebat di Afghanistan menyebabkan 15 orang tewas dan ribuan ternak mati.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno: Dewan HAM PBB Harus Tangani Pelanggaran HAM Israel atas Palestina

27 Februari 2024

Menlu Retno: Dewan HAM PBB Harus Tangani Pelanggaran HAM Israel atas Palestina

Menlu Retno mendesak Dewan HAM PBB untuk menangani pelanggaran hak asasi manusia berat yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.

Baca Selengkapnya

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

26 Februari 2024

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

Taliban membebaskan Herbert Fritz, seorang ekstrimis anti-imigran berusia 84 tahun. Ia sedang membuat artikel wisata di Afghanistan.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

20 Februari 2024

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

Menlu Retno Marsudi mengangkat isu hak-hak perempuan Afghanistan dalam konferensi PBB di Doha, Qatar yang membahas Taliban.

Baca Selengkapnya