Eksklusif: Duta Besar Hajriyanto Ungkap Sebab Krisis Ekonomi Lebanon

Reporter

Tempo.co

Jumat, 23 Juli 2021 21:31 WIB

Duta Besar RI untuk Lebanon Hajriyanto Y. Thohari. Sumber: dokumen KBRI Beirut

TEMPO.CO, Jakarta - Krisis di Lebanon telah menjadi keprihatinan masyarakat internasional. Perdana Menteri Lebanon Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab pada Selasa, 6 Juli 2021, memperingatkan bahwa ledakan sosial di negaranya sudah di depan mata. Dia menyerukan pada masyarakat internasional agar menyelamatkan negaranya dari krisis ekonomi.

Bank Dunia sebelumnya menyebut krisis ekonomi di Lebanon adalah salah satu krisis terburuk dalam sejarah modern. Nilai mata uang Lebanon anjlok sampai 90 persen dan lebih dari separuh populasi di negara itu jatuh dalam kemiskinan.

Seorang anggota keluarga dari salah satu korban ledakan 4 Agustus di pelabuhan Beirut, bereaksi ketika dia membawa foto selama protes menuntut keadilan, di Beirut, Lebanon 9 Juli 2021. [REUTERS/Mohamed Azakir]

Advertising
Advertising

Duta Besar RI untuk Lebanon Hajriyanto Y. Thohari, Jumat, 23 Juli 2021, mengatakan bahwa Lebanon saat ini sedang krisis ekonomi yang dianggap sebagai krisis ekonomi terparah di Lebanon sejak Perang Saudara.

Gagal bayar utang publik dan krisis likuiditas perbankan telah memaksa banyak bisnis tutup bahkan sebelum pandemi melanda. Kegagalan sistem ekonomi dan keuangan Lebanon ini telah mengakibatkan hampir separuh penduduk

Lebanon tidak mampu membeli kebutuhan dasar dan berada di bawah garis kemiskinan, jumlah pengangguran meningkat, dan inflasi yang tinggi menyebabkan lonjakan pada harga barang-barang kebutuhan pokok, termasuk BBM dan obat-obatan. World Bank bahkan mengklasifikasikan krisis ekonomi di Lebanon sebagai salah satu krisis yang terparah di dunia sejak pertengahan abad ke-19.

Pemerintah Lebanon memperkirakan bahwa PDB Lebanon telah menyusut lebih dari 12 persen selama tahun 2020, dan kontraksi produk domestik bruto sebesar 12 persen diperkirakan akan terus berlanjut dalam tiga tahun ke depan.

“Sebelum pandemi, utang publik Lebanon terhadap PDB adalah yang tertinggi ketiga di dunia; pengangguran mencapai 25 persen, dan hampir sepertiga penduduk hidup di bawah garis kemiskinan,” kata Duta Besar Hajriyanto kepada Tempo.

Lebanon juga dijelaskan Hajriyanto mengalami krisis likuiditas perbankan karena cadangan mata uang asingnya tidak mencukupi. Di saat yang sama, masyarakat semakin marah dan frustrasi atas kegagalan pemerintah untuk menyediakan layanan dasar seperti listrik, air, dan kesehatan publik.

Munculnya pandemi dan terjadinya ledakan di Pelabuhan Beirut memperparah kondisi perekonomian Lebanon yang sudah dalam kondisi tidak baik. Kondisi politik, khususnya terkait pembentukan kabinet baru, dan ekonomi juga telah mempengaruhi nilai tukar mata uang nasional. Dengan begitu, memburuknya ekonomi di Lebanon tidak semata dikarenakan oleh pandemi.

Berita terkait

Duta Besar Achmad Ubaedillah Menjenguk WNI yang Ditahan di Penjara Brunei Darussalam

3 jam lalu

Duta Besar Achmad Ubaedillah Menjenguk WNI yang Ditahan di Penjara Brunei Darussalam

Duta Besar Achmad Ubaedillah mengunjungi tiga penjara di Maraburong dan Jerudong pada 30 April 2024. Di sana, dia menemui para tahanan WNI.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

1 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

2 WNI Dapat Penghargaan Bintang Jasa Musim Semi 2024 dari Jepang

1 hari lalu

2 WNI Dapat Penghargaan Bintang Jasa Musim Semi 2024 dari Jepang

2 WNI mendapat penganugerahan bintang jasa musim semi 2024 karena jasa-jasa mereka dalam memperkokoh hubungan Jepang dan Indonesia

Baca Selengkapnya

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

4 hari lalu

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

Lebanon akan menerima yurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengadili kejahatan perang Israel di wilayahnya sejak Oktober lalu.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

7 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

8 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Militer Israel

9 hari lalu

Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Militer Israel

Konflik antara Israel - Lebanon kian rumit. Selasa pagi, Hizbullah menembakkan 35 roket ke markas militer Israel.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

9 hari lalu

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

Paus Fransiskus pada Ahad mengemukakan kekhawatiran mengenai situasi di Timur Tengah serta menyerukan untuk terus dilakukan dialog dan diplomasi.

Baca Selengkapnya

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

10 hari lalu

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

Emmanuel Macron rapat dengan Perdana Menteri Lebanon untuk mendiskusikan kelompok Hizbullah.

Baca Selengkapnya

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

10 hari lalu

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

Kasus kawin kontrak kembali mengemuka. Berikut modus-modus kawin kontrak, termasuk soal mahar jutaan rupiah.

Baca Selengkapnya