WHO Ingatkan Bahaya Mencampur Vaksin Covid-19 dari Berbagai Produsen

Reporter

Terjemahan

Selasa, 13 Juli 2021 15:00 WIB

Pekerja melakukan bongkar muat Envirotainer berisi vaksin Covid-19 Sinovac setibanya dari Beijing di Terminal Cargo Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin, 12 Juli 2021. Vaksin produksi Sinovac Biotechnology Ltd tersebut tiba di tanah air menggunakan maskapai Garuda Indonesia GA 891. ANTARA/Muhammad Iqbal

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO melarang individu untuk tidak mencampur dan mencocokkan vaksin COVID-19 dari berbagai produsen. WHO menyebutnya sebagai tren berbahaya jika dilakukan secara pribadi, tanpa anjuran dan data badan kesehatan, karena hanya ada sedikit data yang tersedia tentang dampaknya.

"Jadi ini tren yang berbahaya. Kami berada di zona bebas data, belum ada bukti sejauh mencampur dan mencocokkan (vaksin Covid-19. Datanya terbatas tentang campuran dan kecocokan. Ini akan menjadi situasi yang kacau di negara-negara jika warga mulai memutuskan kapan dan siapa yang akan mengambil dosis kedua, ketiga dan keempat," kata Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan dalam briefing online.

Para ahli penyakit menular sedang mempertimbangkan tentang orang yang menerima vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson harus menerima booster vaksin berbasis mRNA Pfizer atau Moderna. Pencampuran vaksin ini disebut lebih efektif melawan varian Delta yang sangat menular.

Salah satu dari mereka yang mencampur dan mencocokkan vaksin Covid-19 adalah Dr. Angela Rasmussen, seorang peneliti di Organisasi Vaksin dan Penyakit Menular Universitas Saskatchewan. Ia mengatakan di Twitter bahwa telah mendapatkan dosis vaksin Pfizer pada bulan Juni setelah menerima Johnson & Johnson pada bulan April.

Dia juga menyarankan penerima Johnson & Johnson lainnya, terutama mereka yang tinggal di daerah dengan tingkat vaksinasi rendah, agar berbicara dengan dokter jika hendak mencampur vaksin covid-19. Sebab, pencampuran dua vaksin COVID-19 berbeda hanya boleh dilakukan badan kesehatan berdasarkan data.

Advertising
Advertising

Secara terpisah, Pfizer mendorong regulator AS dan Eropa untuk mengizinkan suntikan booster ketiga untuk melengkapi rejimen dua dosisnya. Tetapi pejabat kesehatan, termasuk Swaminathan dari WHO, mengatakan tidak ada bukti medis bahwa perlu suntikan Pfizer ketiga.

Alih-alih menawarkan suntikan penguat ke negara-negara kaya dengan tingkat vaksinasi tinggi, WHO meminta Pfizer mengirimkan kepada lembaga ini. Vaksin tersebut akan diberikan ke negara-negara miskin yang warganya yang tidak divaksinasi dan sangat membutuhkan untuk menghadapi virus corona varian Delta. Varian ini digambarkan merobek-robek dunia dengan kecepatan yang sangat tinggi.

Baca: Daftar Negara-Negara yang Bantu Indonesia Tangani Covid-19

INDIA TODAY | REUTERS

Berita terkait

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

3 jam lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

5 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

11 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

14 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

14 jam lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

2 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya