Jadi PM Israel Baru, Ini Lima Hal Soal Naftali Bennett yang Perlu Diketahui
Reporter
Non Koresponden
Editor
Istman Musaharun Pramadiba
Senin, 14 Juni 2021 13:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Politisi sayap kanan dari Partai Yamina, Naftali Bennett, resmi menjadi PM Israel yang baru. Ia melengserkan politisi senior, Benjamin Netanyahu, yang sudah menjadi PM Israel selama kurang lebih 12 tahun. Uniknya, dia berhasil mencapai posisi tersebut hanya dengan bermodal 6 kursi di Parlemen Israel, Knesset.
Meski telah menjadi PM Israel baru berkat proses voting di Knesset pada Ahad kemarin, belum banyak yang mengenalnya. Padahal, Bennett berperan banyak dalam program pendudukan wilayah Palestina, yang membuat kemenangannya ditanggapi sinis oleh negera tetangga Israel. Berikut beberapa hal yang perlu diketahui soal Naftali Bennet:
1. Siapa Naftali Bennett?
Sebagian mengenalnya sebagai politisi ekstrim sayap kanan dan mantan sekutu dari Benjamin Netanyahu. Namun, Naftali Bennett lebih dari itu. Lahir di Haifa, Israel, 49 tahun lalu, Bennett tidak hanya seorang politisi, tetapi juga veteran militer dan pengusaha di bidang teknologi.
Di Tahun 1996, ia menjadi bagian dari Militer Israel. Salah satu misi di mana ia terlibat adalah serangan di desa Kafr Qana, Lebanon. Pada misi tersebut, Bennett nyaris tewas, namun terselamatkan berkat serangan artileri ke fasilitas PBB yang menampung 102 pengungsi. Misi itu dikenal sebagai pembantaian Qana.
Setelah menyelesaikan dinas militernya, Bennett berkarir di industri teknologi. Tahun 1999, ia membangun startup pengembangan piranti lunak anti-penipuan. <!--more-->
2. Bagaimana Bennett Masuk ke Politik Israel?
Tahun 2005, Bennett menjual startupnya dengan harga US$145 juta. Setelah itu, ia masuk ke dunia politik dan menjadi staf ahli dari Benjamin Netanyahu di tahun 2008.
Karir di politik mengantarkannya pada posisi Kepala Dewan Yesha. Yesha sendiri bertanggungjawab atas pendudukan pemukiman-pemukiman Palestina di West Bank (Tepi Barat) yang diklaim oleh Israel. Pengalamannya di Yesha membentuk mindsetnya soal pro-pendudukan dan pencaplokan tepi barat.
Mindset itu ia bawa ketika kembali ke politik, terutama ketika membentuk Partai Rumah Yahudi dan Partai Yamina. Belakangan, partai itulah yang membawa ia ke kursi PM dengan memenangkan enam kursi di pemilu legilsatif. Di Israel, jumlah kursi itu cukup memberikan daya tawar atas koalisi yang ada, koalisi Yair Lapid atau Benjamin Netanyahu. <!--more-->
3. Apa Kebijakannya yang Menonjol?
Meski Naftali Bennett tidak tinggal di West Bank, pencaplokan wilayah itu menjadi salah satu agenda politiknya. Seperti yang telah disebutkan, Bennett adalah politisi ekstrim saya kanan dan memandang Israel sangat berhak atas Tepi Barat. Padalah, hukum internasional melarang.
Selain mendukung pencaplokan Tepi Barat, Bennett juga seorang Anti-Palestina. Ia menyebut negara Palestina sebagai masalah untuk Israel. Ia juga pernah mendukung pembunuhan terhadap teroris asal Palestina dibanding rehabilitasi serta deradikalisasi.
Salah satu wujud terakhir sikap Anti-Palestinanya adalah bagaimana Bennett ingin memperkuat kendali Israel atas wilayah Bukit Bait Suci. Bulan lalu, Bukti Bait Suci menjadi lokasi bentrokan antara aparat Israel dengan umat Muslim yang tinggal di Yerusalem Timur perihal penggusuran warga di Sheikh Jarrah. <!--more-->
4. Apa Rencana Bennett untuk Israel?
Dalam beberapa wawancara, Bennett mengklaim akan mengesampingkan dulu agenda soal pencaplokan Tepi Barat atau Palestina apabila terpilih menjadi PM Israel baru. Menurutnya, fokus utama pemerintahan ia untuk jangka pendek adalah melawan pandemi COVID-19 dahulu serta memperbaiki perkonomian Israel.
Dikutip dari Reuters, Bennett juga berencana menegaskan sikap Israel soal Perjanjian Nuklir Iran atau JCPOA. Bennet mengatakan perjanjian tersebut akan merugikan Israel karena sama saja membiarkan Iran untuk memiliki senjata nuklir.
Selain nuklir Iran dan COVID-19, rencana kerja Bennett lainnya berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, kemudahan berbisnis, hunian murah, perpecahan di antara warga, serta pengesahan anggaran Israel. Anggaran tersebut sudah dua tahun tidak menemui kejelasan. <!--more-->
5. Bagaimana Bennett Bisa Menjadi PM Israel?
Kemenangan Naftali Bennet merupakan imbas dari kisruh anggaran tahun lalu. Pada tahun 2020, Parlemen Israel gagal menyetujui APBN pada bulan Desember. Hal itu memicu pembubaran koalisi dan parlemen pada 23 Desember 2020. Sesuai aturan, dalam 90 hari harus segera ada pemilu legislatif baru untuk menyusun ulang pemerintahan.
Pada pemilu legislatif tahun ini, koalisi bentukan PM Benjamin Netanyahu gagal memenangkan suara mayoritas. Hal itu mempersulitnya untuk membentuk pemerintahan baru sesuai perintah Presiden Reuven Rivlin. Ia kemudian berharap Yamina, yang dipimpin Bennett, bergabung ke koalisinya.
Di luar dugaan Netanyahu, Bennett yang hanya memang enam kursi di parlemen itu 'berkhianat'. Ia bergabung dengan koalisi bentukan Yair Lapid dari Partai Yesh Atid. Koalisi Netanyahu runtuh dan ia gagal memenuhi tenggat.
Baca juga: Dapat Ucapan Selamat dari Joe Biden, Ini Kata Naftali Bennett soal Amerika
ISTMAN MP | REUTERS | WASHINGTON POST