PBB: 100 Ribu Warga Myanmar Mengungsi Akibat Kudeta

Rabu, 9 Juni 2021 20:26 WIB

Warga mengangkut seorang demonstran yang ditembak pasukan keamanan saat unjuk rasa anti-kudeta militer di Thingangyun, Yangon, Myanmar 14 Maret 2021. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sekitar 100 ribu orang di negara bagian Kayah, Myanmar, mengungsi akibat pertempuran antara militer dan etnis minoritas bersenjata.

"Krisis ini dapat mendorong orang melintasi perbatasan internasional mencari keselamatan, seperti yang sudah terlihat di bagian lain negara itu," kata perwakilan PBB di Myanmar dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters, Rabu, 9 Juni 2021.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta militer pada 1 Februari, dengan protes harian di kota-kota besar dan kecil dan pertempuran di perbatasan antara militer dan milisi etnis minoritas. PBB mendesak semua pihak untuk segera mengambil tindakan dan tindakan pencegahan yang diperlukan guna melindungi warga dan infrastruktur sipil.

Menteri Luar Negeri Myanmar Wunna Maung Lwin mengatakan junta berencana memulihkan demokrasi di negara itu. Hal ini ia sampaikan saat ASEAN mendesak junta menghormati kesepakatan konsensus melalui penghentian kekerasan dan memulai dialog dengan lawan-lawannya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi meminta junta Myanmar segera menjalankan rencana ASEAN, yakni menghentikan kekerasan, memulihkan stabilitas, dan memulai kembali demokrasi. Hal itu ia sampaikan kala menerima kunjungan Wunna Maung Lwin Selasa kemarin.

Wunna Maung Lwin menjawab jika militer telah membuat kemajuan pada peta jalan lima langkahnya sendiri, yang diungkapkan setelah kudeta.

Rencana itu memiliki sedikit kesamaan dengan cetak biru ASEAN dan berpusat pada penyelidikan dugaan kecurangan dalam pemilihan November, mengelola epidemi virus corona Myanmar, menyelenggarakan pemilihan umum, dan setelah itu junta berjanji untuk menyerahkan kekuasaan.

Baca juga: Myanmar Ragu Mempercayakan Nasib Negaranya ke ASEAN

Sumber: REUTERS

Berita terkait

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

1 jam lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

4 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

5 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

6 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

9 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

12 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

13 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

18 jam lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

1 hari lalu

PBB: Serangan Terbaru Israel Bisa Hapus 44 Tahun Pembangunan Manusia di Gaza

Jika perang terus berlanjut selama sembilan bulan, kemajuan yang dicapai selama 44 tahun akan musnah. Kondisi itu akan membuat Gaza kembali ke 1980

Baca Selengkapnya