WHO: Kami Tak Bisa Memaksa Cina Serahkan Info Asal COVID-19

Selasa, 8 Juni 2021 12:00 WIB

Orang-orang dengan pakaian pelindung berjalan dengan tempat sampah di luar hotel tempat anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertugas menyelidiki asal-usul pandemi virus corona (COVID-19) dikarantina, di Wuhan, provinsi Hubei, Cina 28 Januari 2021. [REUTERS / Thomas Peter]

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak akan dan tak bisa memaksa Cina untuk menyerahkan data asal usul COVID-19. Hal tersebut dinyatakan oleh Direktur Program Gawat Darurat WHO, Mark Ryan, ketika ditanyai soal bagaimana WHO akan mendesak Cina kooperatif dalam investigasi asal usul COVID-19 berikutnya. Ryan berkata, WHO tidak memiliki wewenang untuk itu.

Karena tidak memiliki wewenang, Ryan mengatakan apa yang bisa dilakukan WHO adalah mengimbau dan mengharapkan Cina untuk kooperatif. Jika Cina tetap tidak mau, Ryan mengatakan WHO akan mengandalkan kemampuan investigasinya sendiri. Ia pun berkata WHO akan meningkatkan studi asal usul COVID-19 ke tingkatan terbaru.

"Kami tidak memiliki kemampuan untuk mendesak siapapun dalam konteks ini. Kami sepenuhnya mengharapkan kooperasi, input, dan support dari seluruh negara anggota WHO," ujar Ryan sebagaimana dikutip dari kantor berita Al Jazeera, Senin waktu setempat, 7 Juni 2021.

Diberitakan sebelumnya, WHO berencana untuk menginvestigasi kembali asal usul COVID-19 di Wuhan, Cina. Menurut sejumlah pakar yang terlibat dalam investigasi awal, data yang didapatkan kurang lengkap karena Cina juga tidak sepenuhnya terbuka. Oleh karenanya, mereka tidak menyakini kesimpulan awal pada Januari lalu akurat.

Pada kesimpulan awal yang dibuat para pakar WHO, virus COVID-19 tidak berasal dari Cina ataupun laboratorium virologi. Mereka mengatakan, temuan menunjukkan virus berasal dari luar Cina dengan hewan liar sebagai pembawanya, baik dalam kondisi hidup ataupun mati. Sejumlah pakar epidemi di luar WHO, salah satunya Penasihat Medis Amerika Anthony Fauci, menyakini hal yang sama.

Beberapa pekan terakhir, skenario virus COVID-19 berasal dari laboratorium virologi Wuhan menguat. Berbagai laporan intelijen mendapati skenario tersebut memungkinkan. Salah satu laporan datang dari Laboratorium Nasional Amerika yang mulai melakukan investigasi mandiri sejak Mei 2020. Presiden Amerika Joe Biden bahkan meminta agensi-agensi intelijennya untuk menginvestigasi ulang hipotesis itu.

Per berita ini dibuat, WHO belum mengungkapkan seperti apa rencana investigasi barunya. Cina juga belum berkomentar apapun soal rencana investigasi ulang. Adapun Cina, sebelumnya, keras menentang investigasi asal usul COVID-19 di Wuhan karena menuduhnya politis dan berniat menyudutkan mereka.

Baca juga: Ada 7 Kasus Baru Positif Covid-19 di Guangzhou Cina

ISTMAN MP | AL JAZEERA




Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

4 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

9 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

9 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

10 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

11 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

14 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

17 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

18 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya