Hari ini, 53 Tahun lalu Robert F Kennedy Ditembak, Setelah 5 Tahun JFK Dibunuh

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 5 Juni 2021 16:02 WIB

Robert F. Kennedy (kiri) dan John F. Kennedy. Robert atau Bobby Kennedy dikirim JFK untuk meminta Marilyn Monroe berhenti menelepon presiden di Gedung Putih. JFK tidak akan menceraikan Jackie. Bobby kemudian jatuh ke pelukan Marilyn. Ed Clark//Time Life Pictures/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Tepat hari ini 53 tahun yang lalu, Robert F Kennedy senator sekaligus saudara Presiden John F Kennedy, tewas ditembak di bagian kepalanya. Pada malam 5 Juni 1968, Robert baru saja merayakan kemenangannya di pemungutan suara calon presiden bagian California, Amerika Serikat.

Saat itu ia baru saja beranjak dari podium setelah memberikan pidato kemenangannya, ia langsung dihujam peluru yang bersarang dikepalanya. Tidak hanya Robert, Lima orang di sekitarnya juga turut jadi korban penembakan, namun berhasil diselamatkan, sementara Robert meninggal sehari kemudian.

Dalam kejadian malam itu, polisi menangkap pria berusia 24 tahun yang bernama Sirhan Sirhan. Hal ini dilakukan polisi California karena Sirhan mengaku telah membunuh Robert. Bahkan diketahui ia telah dilatih untuk membunuh Robert malam itu.

Robert kemudian dilarikan ke Hospital of the Good Samaritan, untuk menjalani operasi otak darurat. Namun, kejadian naas ini tidak bisa terelakkan dan Robert meninggal 6 Juni 1968. Motif serangan terhadapnya diduga kuat karena dukungan Robert kepada Israel. Sebab, diketahui Sirhan merupakan imigran yang berasal dari Palestina.

Pembunuhan Robert merupakan penembakan kedua yang terjadi di keluarga Kennedy. 5 tahun sebelum Robert tertembak tepatnya 22 November 1963, John F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat sekaligus kakak dari Robert juga tewas tertembak saat melakukan iring-iringan bersama istrinya, Jacqueline Bouvier Kennedy. Selain John, Gubernur Texas, John Connally juga terluka serius dalam serangan itu.

Advertising
Advertising

Saat pembunuhannya tersebut, banyak konspirasi yang beredar terkait pelaku pembunuhannya mulai dari Lee Harvey Oswald (veteran Angkatan Laut Amerika), CIA, Fidel Castro, hingga Mafia-mafia yang tidak sepakat atas kebijakan John.

Sebelum mencalonkan diri sebagai Presiden bagian California, dalam mengukuhkan dinasti politiknya, John mengangkat Robert sebagai Jaksa Agung Amerika terlebih dahulu. Saat Robert menjabat sebagai Jaksa Agung, pemerintah AS saat itu tengah perang melawan para mafia. Jumlah tokoh mafia senior yang ditangkap membludak.

Pembunuhan dua bersaudara yang menjadi tokoh besar Amerika ini masih banyak menimbulkan tanda tanya. Mulai dari pelaku, dalang dibalik pembunuhannya, hingga motif terjadinya pembunuhan tersebut. Tidak bisa dipungkiri dengan terbunuhnya John F Kennedy dan Robert F Kennedy menjadi konspirasi terbesar hingga saat ini.

GERIN RIO PRANATA

Baca: Bobby Kennedy Diduga Dalang Pembunuhan Marilyn Monroe

Berita terkait

Tahan Bantuan Senjata ke Israel, Biden Terancam Dimakzulkan Anggota DPR AS

5 jam lalu

Tahan Bantuan Senjata ke Israel, Biden Terancam Dimakzulkan Anggota DPR AS

Anggota DPR AS dari Partai Republik, Cory Mills, pada Jumat mengatakan telah mengajukan pasal pemakzulan terhadap Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Australia dan Selandia Baru Dukung Palestina dalam Keanggotan Penuh PBB

5 jam lalu

Australia dan Selandia Baru Dukung Palestina dalam Keanggotan Penuh PBB

Australia dan Selandia Baru pada Jumat bergabung dengan 141 negara lain untuk mendukung negara Palestina dalam pemungutan suara keanggotaan PBB

Baca Selengkapnya

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa bagi Palestina di PBB

7 jam lalu

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa bagi Palestina di PBB

Indonesia mendorong pemberian hak-hak istimewa bagi Palestina dalam Sidang Darurat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Baca Selengkapnya

Satgas Damai Cartenz Tangkap Pelaku Pembunuhan Danramil Aradide, Bawa Ponsel Milik Korban

8 jam lalu

Satgas Damai Cartenz Tangkap Pelaku Pembunuhan Danramil Aradide, Bawa Ponsel Milik Korban

Satgas Damai Cartenz menangkap terduga pembunuh Danramil Aradide Letda Inf Oktovianus Sogalrey itu pada Sabtu, 11 Mei 2024, sekitar pukul 10.40 WIT.

Baca Selengkapnya

Cina Desak AS Tak Hadang Proses Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

11 jam lalu

Cina Desak AS Tak Hadang Proses Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Dubes Cina untuk PBB Fu Cong mendesak Amerika Serikat untuk tidak menghalangi proses keanggotaan penuh Palestina di PBB yang didukung Majelis Umum

Baca Selengkapnya

Jaksa AS Tuntut Hukuman 40 Tahun Penjara bagi Penyerang Suami Nancy Pelosi

12 jam lalu

Jaksa AS Tuntut Hukuman 40 Tahun Penjara bagi Penyerang Suami Nancy Pelosi

Jaksa menuntut pria yang masuk ke rumah mantan Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan menyerang suaminya dengan palu harus menjalani hukuman 40 tahun penjara.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Tahan Pengiriman Amunisi ke Israel, Cegah Tragedi Rafah atau Sekadar Peninjauan?

13 jam lalu

Amerika Serikat Tahan Pengiriman Amunisi ke Israel, Cegah Tragedi Rafah atau Sekadar Peninjauan?

Menhan Amerika Serikat Lloyd Austin mengatakan pada hari Rabu, bahwa terkait Rafah, AS meninjau beberapa pengiriman senjata jangka pendek ke Israel.

Baca Selengkapnya

Tantrum, Dubes Israel untuk PBB Hancurkan Piagam PBB dalam Sidang Majelis Umum

13 jam lalu

Tantrum, Dubes Israel untuk PBB Hancurkan Piagam PBB dalam Sidang Majelis Umum

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan merobek salinan Piagam PBB untuk memprotes pemungutan suara yang mendukung keanggotaan penuh Palestina

Baca Selengkapnya

AS Kritik Israel Soal Penggunaan Senjatanya di Gaza, Tapi Tolak Hentikan Pasokan

15 jam lalu

AS Kritik Israel Soal Penggunaan Senjatanya di Gaza, Tapi Tolak Hentikan Pasokan

Pemerintahan Joe Biden mengakui bahwa Israel kemungkinan menggunakan senjata yang disediakan AS tak sesuai hukum kemanusiaan di Gaza

Baca Selengkapnya

143 Negara Dukung Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

16 jam lalu

143 Negara Dukung Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

143 negara memberikan suara setuju untuk keanggotaan penuh Palestina di PBB, sembilan negara menolak, termasuk AS, Israel, dan 25 negara abstain.

Baca Selengkapnya