Pakar: Perlu ada Insentif dari Cina Untuk Dukung Kebijakan Tiga Anak
Reporter
Non Koresponden
Editor
Istman Musaharun Pramadiba
Selasa, 1 Juni 2021 19:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Para pakar menyarankan Cina menyiapkan insentif untuk mendukung kebijakan tiga anaknya. Menurut mereka, jika kebijakan tersebut tidak diikuti insentif atau kebijakan pendukung, maka warga diragukan akan berani untuk memiliki tiga anak.
Salah satu pakar yang mengusulkan hal tersebut adalah James Liang, ekonom dari Sekolah Ekonomi Universitas Peking. Menurutnya, Cina harus berani menggunakan sebagian PDB-nya sebagai stimulus atau insentif bagi warga agar mereka berani mengikuti pelonggaran Keluarga Berencana (KB) yang baru saja diberlakukan Cina.
"Cina perlu menggunakan 5 persen dari PDB-nya dalam bentuk bantuan tunai, keringanan pajak, subsidi rumah, tempat penitipan anak, dan insentif-lainnya untuk mengangkat angka kelahiran (dari 1,3) menjadi 1,6 (per perempuan)," ujar James Liang, dikutip dari Reuters, Selasa, 1 Juni 2021.
Liang melanjutkan, angka lima persen PDB tidaklah berlebihan untuk negara semaju Cina. Ia berkata, negara-negara berkembang rata-rata menggunakan satu hingga empat persen PDB-nya untuk insentif atau pendukung program KB.
Adapun dari sekian banyak insentif yang ia usulkan, Liang mengatakan subsidi harga rumah sebagai salah satu hal yang paling membantu. Terutama, untuk rumah-rumah di daerah perkotaan di mana sulit mencari hunian yang cukup untuk tiga anak dengan harga terjangkau.
"Jika Pemerintah Daerah bisa memberikan diskon untuk pasangan yang memiliki dua atau tiga anak, itu sangat membantu," ujarnya.
Pakar lainnya, Yi Fuxian dari University of Wisconsin, mengatakan Cina bisa meniru kebijakan KB Jepang. Di negeri matahari terbit itu, pemerintah memberikan layanan kesehatan dan pendidikan anak gratis. Selain itu, mereka juga mensubsidi harga rumah. Efeknya, kata Fuxian, angka kelahiran naik dari 1,26 menjadi 1,45 pada periode 2005-2015.
"Namun, memiliki satu anak atau tidak sama sekali sudah menjadi kebiasaan di Cina. Kondisi ekonomi dan sosial mendukung kebijakan satu anak, jadi efeknya masih terasa di kalangan warga," ujar Fuxian menanggapi kebijakan tiga anak Cina.
Media pendukung Pemerintah Cina, Global Times, mengakui tantangan-tantangan yang disebutkan para pakar. Media yang dikelola Partai Komunis Cina itu mengatakan ada banyak faktor yang membuat warga ragu untuk memiliki anak lebih dari satu, apalagi dua.
"Tantangan lainnya adalah pandangan soal memiliki anak dan nilai-nilai kekeluargaan yang berkembang di masyarakat. Perubahan pada hal itu sama pentingnya dengan membentuk ekspektasi baru soal keluarga yang bahagia," ujar editorial Global Times.
Diberitakan sebelumnya, Cina kembali melonggarkan kebijakan KB-nya karena mendapati angka kelahiran tidak meningkat. Mereka khawatir jika hal tersebut terus berlanjut, maka tidak akan ada bonus demografi di mana kelompok usia produktif lebih banyak dibanding non-produktif. Administrasi Presiden Xi Jinping janji bakal ada kebijakan pendukung, namun belum jelas bentuknya.
Baca juga: Keluarga Berencana Tiga Anak Jadi Tumpuan Cina Mengentas Penurunan Populasi
ISTMAN MP | REUTERS