Pakar: Perlu ada Insentif dari Cina Untuk Dukung Kebijakan Tiga Anak

Selasa, 1 Juni 2021 19:10 WIB

Anak-anak melihat serangga saat mengunjungi Museum Entomologi Shanghai di Shanghai, Cina, 24 Agustus 2020. Selama Festival Sains Shanghai yang berlangsung dari 23-29 Agustus, Museum Entomologi Shanghai akan menyuguhkan siaran langsung daring (livestreaming) tentang sains, pengalaman interaktif, dan berbagai kegiatan bertema lainnya kepada publik. Xinhua/Zhang Jiansong

TEMPO.CO, Jakarta - Para pakar menyarankan Cina menyiapkan insentif untuk mendukung kebijakan tiga anaknya. Menurut mereka, jika kebijakan tersebut tidak diikuti insentif atau kebijakan pendukung, maka warga diragukan akan berani untuk memiliki tiga anak.

Salah satu pakar yang mengusulkan hal tersebut adalah James Liang, ekonom dari Sekolah Ekonomi Universitas Peking. Menurutnya, Cina harus berani menggunakan sebagian PDB-nya sebagai stimulus atau insentif bagi warga agar mereka berani mengikuti pelonggaran Keluarga Berencana (KB) yang baru saja diberlakukan Cina.

"Cina perlu menggunakan 5 persen dari PDB-nya dalam bentuk bantuan tunai, keringanan pajak, subsidi rumah, tempat penitipan anak, dan insentif-lainnya untuk mengangkat angka kelahiran (dari 1,3) menjadi 1,6 (per perempuan)," ujar James Liang, dikutip dari Reuters, Selasa, 1 Juni 2021.

Liang melanjutkan, angka lima persen PDB tidaklah berlebihan untuk negara semaju Cina. Ia berkata, negara-negara berkembang rata-rata menggunakan satu hingga empat persen PDB-nya untuk insentif atau pendukung program KB.

Adapun dari sekian banyak insentif yang ia usulkan, Liang mengatakan subsidi harga rumah sebagai salah satu hal yang paling membantu. Terutama, untuk rumah-rumah di daerah perkotaan di mana sulit mencari hunian yang cukup untuk tiga anak dengan harga terjangkau.

"Jika Pemerintah Daerah bisa memberikan diskon untuk pasangan yang memiliki dua atau tiga anak, itu sangat membantu," ujarnya.

Seorang guru membantu murid-muridnya belajar tentang tanaman di sebuah taman kanak-kanak di Changsha, Provinsi Hunan, Cina, 2 September 2020. Taman kanak-kanak tersebut menumbuhkan kesadaran anak-anak untuk menghargai makanan sejak usia dini dan membantu mereka membentuk kebiasaan makan yang baik. Xinhua/Chen Zeguo


Pakar lainnya, Yi Fuxian dari University of Wisconsin, mengatakan Cina bisa meniru kebijakan KB Jepang. Di negeri matahari terbit itu, pemerintah memberikan layanan kesehatan dan pendidikan anak gratis. Selain itu, mereka juga mensubsidi harga rumah. Efeknya, kata Fuxian, angka kelahiran naik dari 1,26 menjadi 1,45 pada periode 2005-2015.

"Namun, memiliki satu anak atau tidak sama sekali sudah menjadi kebiasaan di Cina. Kondisi ekonomi dan sosial mendukung kebijakan satu anak, jadi efeknya masih terasa di kalangan warga," ujar Fuxian menanggapi kebijakan tiga anak Cina.

Media pendukung Pemerintah Cina, Global Times, mengakui tantangan-tantangan yang disebutkan para pakar. Media yang dikelola Partai Komunis Cina itu mengatakan ada banyak faktor yang membuat warga ragu untuk memiliki anak lebih dari satu, apalagi dua.

"Tantangan lainnya adalah pandangan soal memiliki anak dan nilai-nilai kekeluargaan yang berkembang di masyarakat. Perubahan pada hal itu sama pentingnya dengan membentuk ekspektasi baru soal keluarga yang bahagia," ujar editorial Global Times.

Diberitakan sebelumnya, Cina kembali melonggarkan kebijakan KB-nya karena mendapati angka kelahiran tidak meningkat. Mereka khawatir jika hal tersebut terus berlanjut, maka tidak akan ada bonus demografi di mana kelompok usia produktif lebih banyak dibanding non-produktif. Administrasi Presiden Xi Jinping janji bakal ada kebijakan pendukung, namun belum jelas bentuknya.

Baca juga: Keluarga Berencana Tiga Anak Jadi Tumpuan Cina Mengentas Penurunan Populasi

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

24 menit lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

1 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

1 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

5 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

8 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

1 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

1 hari lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya