Pengadilan Militer Myanmar Hukum 28 Orang yang Dituduh Bakar Pabrik Cina

Sabtu, 29 Mei 2021 07:00 WIB

Pengunjuk rasa anti kudeta membakar bendera Cina di Yangon, Myanmar 5 April 2021. [REUTERS / Stringer]

TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan militer Myanmar telah menghukum 28 orang dengan hukuman 20 tahun penjara disertai kerja paksa atas pembakaran di dua pabrik yang didanai Cina selama kerusuhan di Yangon pada Maret.

Portal berita Myawady yang dikelola junta militer mengatakan para pelaku telah menargetkan pabrik sepatu dan pabrik garmen di pinggiran kota industri Hlaing Tharyar di kota terbesar Myanmar, dikutip dari Reuters, 28 Mei 2021.

Darurat militer diberlakukan di pinggiran kota setelah kebakaran, dengan puluhan orang tewas atau terluka ketika pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa anti-militer, kata media dan kelompok aktivis.

Kedutaan Besar Cina di Myanmar mengatakan pada saat itu bahwa banyak staf Cina terluka dan terjebak saat pembakaran dan meminta Myanmar untuk melindungi properti dan warga Cina.

Sebanyak 32 pabrik yang diinvestasikan Cina dirusak dalam serangan itu, dengan kerugian properti mencapai 240 juta yuan, tabloid Cina yang dikendalikan negara, Global Times, mengatakan pada bulan Maret.

Advertising
Advertising

Cina dipandang mendukung junta militer yang menggulingkan pemerintahan sipil terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pembakaran pabrik.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militernya, Tatmadaw, mengambil alih kekuasaan dan menangkap Suu Kyi dan anggota lain atau partainya. Protes harian dan mogok kerja telah terjadi untuk menentang pemerintahan militer.

Pasukan keamanan telah menanggapi demonstrasi dengan kekuatan mematikan, menewaskan lebih dari 800 orang, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik. Militer Myanmar membantah angka ini dan pemimpin kudeta Jenderal Min Aung Hlaing baru-baru ini mengatakan sekitar 300 orang telah tewas dalam kerusuhan itu, termasuk 47 polisi.

Selain konflik baru dengan pasukan etnis di daerah perbatasan, pertempuran juga meningkat antara tentara Myanmar dan milisi yang sering menentang militer di beberapa wilayah.

Di Myanmar timur dekat perbatasan negara bagian Shan dan Kayah, puluhan pasukan keamanan dan pejuang lokal telah tewas dalam pertempuran baru-baru ini, menurut penduduk dan laporan media.

Seorang warga yang mengungsi di dekat kota Demoso melaporkan pada hari Jumat bahwa listrik padam dan pertempuran telah berkobar pada Kamis malam dengan dentuman artileri terus-menerus.

"Kami khawatir bom akan menghantam kami. Itu membuat saya gemetar karena mereka terus-menerus menembak," kata warga yang tidak mau disebutkan namanya.

Dia mengatakan semua orang telah melarikan diri dari Demoso dan memperkirakan lebih dari 40.000 orang mengungsi dari area pertempuran kelompok etnis dengan militer Myanmar di daerah sekitar kota dan membutuhkan makanan, pakaian, atau tempat tinggal.

Baca juga: Militer Myanmar Pasang Spyware untuk Sadap Komunikasi Warga Sebelum Kudeta

REUTERS

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

17 jam lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

2 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

6 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

6 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

8 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

8 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

11 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

11 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

12 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

14 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya