UNESCO: Tiga Perempat Jurnalis Perempuan Alami Kekerasan Secara Daring
Reporter
Non Koresponden
Editor
Ahmad Faiz Ibnu Sani
Sabtu, 1 Mei 2021 11:25 WIB
TEMPO.CO, - Temuan terbaru Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menunjukkan kekerasan daring terhadap jurnalis perempuan meningkat signifikan selama pandemi.
Laporan yang ditugaskan oleh UNESCO dan dilakukan oleh International Center for Journalists ini mensurvei lebih dari 900 jurnalis perempuan dari 125 negara. Hasilnya hampir tiga perempat dari mereka pernah mengalami pelecehan online.
Studi ini juga menganalisis 2,5 juta postingan di media sosial yang ditujukan kepada dua jurnalis wanita terkemuka; Maria Ressa dari Filipina dan Carole Cadwalladr di Inggris Raya.
“Serangan online terhadap jurnalis perempuan tampaknya meningkat secara signifikan, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian ini, terutama dalam konteks kekerasan terhadap perempuan selama COVID-19,” kata laporan itu dikutip dari Aljazeera, Sabtu, 1 Mei 2021.
Seperempat dari responden yang disurvei mengatakan bahwa mereka juga menerima ancaman secara fisik. Laporan tersebut juga menemukan adanya peningkatan bukti bahwa kekerasan online terhadap jurnalis perempuan berkorelasi dengan peningkatan kekerasan offline.
“Sayangnya apa yang kami lihat di sini adalah bahwa ini adalah fenomena global,” kata Guilherme Canela, kepala kebebasan berekspresi dan keselamatan jurnalis UNESCO.
Canela menjelaskan beberapa jurnalis melaporkan ancaman karena meliput pemilu, konflik, berita yang berkaitan dengan hak-hak perempuan, atau karena mereka melaporkan masalah yang secara keliru diidentifikasi sebagai liputan laki-laki seperti olahraga.
Laporan tersebut menemukan bahwa jurnalis perempuan dari Kulit Hitam, Yahudi, dan Arab mengalami tingkat kekerasan online tertinggi dan efek paling parah darinya.
Baca juga: McDonald's Akan Beri Pelatihan Melawan Pelecehan Kepada Seluruh Karyawannya
Sumber: ALJAZEERA