Kelompok Etnis Bersenjata Kecam Serangan Udara Myanmar

Kamis, 29 April 2021 13:46 WIB

Pengungsi Karen yang membawa harta benda terlihat di tepi sungai Salween di Mae Hong Son, Thailand, 29 Maret 2021. Ribuan orang melarikan diri pada akhir pekan setelah jet tempur militer Myanmar menyerang desa-desa di dekat perbatasan Thailand yang dikuasai oleh kelompok etnis bersenjata yang telah menyerang sebuah pos militer setelah kudeta 1 Februari. Karen Women's Organization/Handout via Reuters

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok Etnis Bersenjata Myanmar Karen National Union (KNU) mengecam serangan udara yang dilancarkan ke mereka pada Rabu kemarin, 28 April 2021. Menurut Kepala Urusan Luar Negeri KNU, Padoh Saw Taw, serangan yang diluncurkan Militer Myanmar tersebut tidak pantas mengingat area yang mereka sasar merupakan permukiman sipil.

Serangan itu sendiri diyakini sebagai balasan Militer Myanmar atas serangan-serangan sebelumnya dari KNU. Beberapa hari terakhir, KNU menyerang pangkalan Militer Myanmar di Sungai Salween serta Dar Gwin. Keduanya berada di dekat perbatasan Myanmar dan Thailand.

"Itu bukan serangan balasan yang pantas juga mengingat perbedaan kekuatan yang besar dengan milisi KNU," ujar Padoh Saw Taw, dikutip dari Channel News Asia.

Menurut Padoh Saw Taw, jika tujuan utama Militer Myanmar adalah membalas aksi milisinya, maka seharusnya mereka tidak menyasar warga sipil, tetapi pasukan militernya. Menurutnya, tidak pantas warga sipil dilibatkan dalam peperangan keduanya.

Pangkalan militer Myanmar di tepi Sungai Salween terbakar, di Provinsi Mae Hong Son, Thailand, 27 April 2021. Kelompok pemberontak Persatuan Nasional Karen (KNU) mengklaim berhasil menyerang dan mengambil alih pangkalan militer Myanmar di wilayah perbatasan dengan Thailand. REUTERS/Athit Perawongmetha

Per berita ini ditulis, baik Militer Myanmar maupun KNU belum memberikan keterangan perihal berapa jumlah korban serangan di permukiman Karen. Sementara itu, Gubernur Provinsi Mae Hong Son yang berada di Thailand, Sithichai Jindaluang, mengatakan ada 68 warga Karen yang sudah kabur ke wilayahnya.

Untuk angka nasional, laporan Channel News Asia mengatakan 24 ribu orang telah mengungsi sejak pertempuran antara kelompok etnis bersenjata dan Militer Myanmar berlangsung. Pertempuran itu dimulai sejak Maret lalu ketika para kelompok etnis bersenjata mendukung pembebasan tahanan politik dan pengakhiran kekerasan oleh Militer Myanmar.

Menurut data dari Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik. kurang lebih 750 orang menjadi korban kekerasan Militer Myanmar. Selain itu, 3400 lebih orang ditahan sebagai tahanan politik. Mereka adalah warga sipil biasa, influencer, selebritas, aktivis, politisi, dan pejabat negara. Salah satunya adalah Penasihat Negara Aung San Suu Kyi.

Angka itu berpotensi bertambah jika pertempuran antara kelompok etnis bersenjata dan Militer Myanmar berlanjut. Kamis ini, misalnya, serangan ke Pangkalan Militer Myanmar kembali terjadi. Serangan dengan roket itu menyasar pangkalan udara yang berada di kawasan Magway dan Meiktila. Kelompok bersenjata diyakini sebagai dalangnya.

Baca juga: Dua Pangkalan Udara Myanmar Diserang Dengan Roket

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA




Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

2 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

8 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

10 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

13 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

13 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

14 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

15 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

16 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya