Demonstran Myanmar Serukan Aksi Mogok Membayar Tagihan Listrik

Senin, 26 April 2021 18:37 WIB

Penduduk desa memprotes kudeta militer, di kota Launglon, Myanmar 4 April 2021 dalam gambar yang diperoleh dari media sosial ini. [Dawei Watch / melalui REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa melawan Militer Myanmar belum menunjukkan tanda-tanda mereda usai KTT ASEAN digelar. Dikutip dari kantor berita Reuters, warga masih aktif menggelar protes di mana yang terbaru adalah mogok membayar tagihan listrik serta mogok sekolah untuk anak-anak.

"Kita semua, warga di kota, kecamatan, kabupaten, maupun negara bagian harus bekerja sama untuk memastikan boikot terhadap junta militer sukses. Jangan berpartisipasi dalam sistem yang ada karena kita tidak mau kooperatif dengan mereka (junta)," ujar aktivis Khant Wai Phyo, Senin, 26 April 2021.

Bersamaan dengan ajakan mogok itu, warga tetap menggelar demonstrasi di berbagai kota. Sejauh ini, belum ada laporan korban jatuh, penangkapan, ataupun tindak kekerasan meski Militer Myanmar tengah aktif melakukan penggeledahan dan penggrebekan untuk mencari para aktivis yang bersembunyi.

Sebelumnya, aktivis Myanmar juga memprotes KTT ASEAN yang spesifik membahas krisis Myanmar pada Sabtu pekan lalu. Menurut beberapa aktivis, pertemuan KTT ASEAN itu tidak adil karena hanya mengundang pemerintahan junta dan tidak melibatkan pemerintahan bayangan, National Unity Government (NUG).

Selain itu, ada juga yang menganggap lima poin konsensus yang dihasil KTT ASEAN kurang tegas dalam menyikapi krisis di Myanmar. Salah satunya soal pembebasan tahanan. Para aktivis menyayangkan tidak ada perintah tegas pembebasan tahanan politik walaupun poin itu disinggung dalam daftar hal-hal yang diminta dilakukan.

"Pemimpina junta (Min Aung Hlaing) tidak memberikan perintah apapun (usai KTT ASEAN) untuk membebaskan tahanan politik, termasuk Penasihat Negara Aung San Suu Kyi. Selain itu, konsensus ASEAN juga tidak memiliki timeline kerja yang jelas," ujar para aktivis yang memprotes KTT ASEAN.

NUG, sebagai pemerintah tandingan, memberikan respon yang lebih halus. Mereka memberikan apresiasi terhadap upaya ASEAN untuk mengakhiri krisis di Myanmar, bahkan menyebut lima poin konsensus sebagai kabar menggembirkan. Walau begitu, mereka tidak ingin konsensus tersebut berakhir menjadi rencana saja tanpa adanya eksekusi.

"Kami menunggu langkah tegas selanjutnya dari ASEAN untuk menindaklanjuti keputusannya dan memulihkan demokrasi serta kebebasan untuk warga di Myanmar," ujar Dr. Sasa, juru bicara dari NUG.

Baca juga: Australia Mendukung ASEAN Cari Jalan Keluar untuk Myanmar

ISTMAN MP | REUTERS




Berita terkait

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

2 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

3 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

4 hari lalu

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

Retno Marsudi di antaranya menghadiri ASEAN Future Forum di Vietnam sebagai platform tukar pandangan dan ide mengenai masa depan ASEAN

Baca Selengkapnya

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

4 hari lalu

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

PT Pupuk Indonesia memperluas jaringan ke tingkat ASEAN.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

4 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

4 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

7 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

7 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

8 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

9 hari lalu

Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran

TEMPO, Jakarta- Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mendesak pemimpin ASEAN untuk mengambil sikap tegas dalam negosiasi yang sedang berlangsung untuk mengembangkan instrumen hukum internasional yang mengikat demi mengatasi pencemaran plastik, termasuk di lingkungan laut.

Baca Selengkapnya