PBB: Konsensus ASEAN Soal Myanmar Harus Diwujudkan, Jangan di Atas Kertas Saja

Minggu, 25 April 2021 18:50 WIB

Seorang pria menggunakan ketapel saat mereka berlindung di belakang barikade selama protes terhadap kudeta militer, di Yangon, Myanmar, Ahad, 28 Maret 2021. Dilaporkan puluhan pendemo terluka dan meninggal saat aparat berupaya membubarkan kerumunan. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Reporter Khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Myanmar, Tom Andrews, mengaku belum sepenuhnya yakin terhadap hasil KTT ASEAN. Menurutnya, konsensus yang dihasilkan ASEAN pada Sabtu kemarin masih di atas kertas dan belum terbukti bagaimana pelaksanaannya nanti.

"Hasil dari KTT ASEAN itu akan terlihatnya di Myanmar, bukan di atas dokumen...Apakah pembunuhan akan berakhir? Apakah teror di permukiman akan usai? Apakah mereka yang ditahan bakal dibebaskan?," ujar Andrews bertanya-tanya, dikutip dari Channel News Asia, Ahad, 25 April 2021.

Diberitakan sebelumnya, KTT ASEAN yang dihadiri dalang kudeta Myanmar Min Aung Hlaing pada Sabtu kemarin berujung pada penetepan lima poin konsensus. Adapun kelimanya mengacu pada prinsip utama di mana kepentingan dan keselamatan warga Myanmar menjadi prioritas. Poin pertama konsensus menyatakan, kekerasan harus segera dihentikan di Myanmar dan semua pihak harus menahan diri.

Poin selanjutnya, ASEAN meminta dialog konstruktif di antara semua pihak yang berkepentingan harus dimulai untuk mencari solusi damai demi kepentingan rakyat. Poin ketiga, utusan khusus Ketua ASEAN akan memfasilitasi mediasi proses dialog dengan bantuan Sekretaris Jenderal ASEAN.

Poin keempat, ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui AHA (ASEAN Humanitarian Assistance) Centre. Adapun poin terakhir, utusan khusus dan delegasi akan mengunjungi Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak terkait.

Pemimpin junta Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang menggulingkan pemerintah terpilih dalam kudeta pada 1 Februari, memimpin parade militer pada Hari Angkatan Bersenjata di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2021. [REUTERS / Stringer]


Di Myanmar, berbagai tanggapan muncul atas lima poin konsensus itu. Ada yang tidak puas dengannya, ada juga yang optimistis menunggu tindak lanjutnya. Pemerintah tandingan Myanmar, National Unity Government, bersikap optimistis dengan menyebut lima poin konsensus itu sebagai kabar menggembirakan.

"Kami menunggu langkah tegas selanjutnya dari ASEAN untuk menindaklanjuti keputusannya dan memulihkan demokrasi serta kebebasan untuk warga di Myanmar," ujar Dr. Sasa, juru bicara dari NUG.

Media Indepdenen Myanmar, Irrawaddy, menyatakan perubahan apapun belum terasa sejak Min Aung Hlaing berkunjung ke Indonesia. Ia bahkan menyebut situasi di Myanmar bisnis seperti biasa. "Saat ini para jurnalis kami sedang bersembunyi," ujar pendiri Irrawaddy, Aung Zaw, dikutip dari Channel News Asia.

Sementara itu, media milik junta, New Light Myanmar, tidak memberitakan apapun soal konsensus yang dicapai di KTT ASEAN. Mereka hanya mengabarkan Min Aung Hlaing menjelaskan "perubahan" di Myanmar terhadap pemimpin negara anggota ASEAN.

Per berita ini ditulis, jumlah korban pembantaian dan tahanan politik oleh Militer Myanmar terus bertambah. Angka terakhir dari Asosiasi Bantuan Hukum untuk Tahanan Politik (AAP), total ada 739 korban jiwa dan 3.370 tahanan politik sejak kudeta Myanmar dimulai 1 Februari lalu.

Baca juga: Di KTT ASEAN, Pemimpin Junta Myanmar Jelaskan Latar Belakang Krisis

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

2 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

3 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

5 hari lalu

PM Singapura Sebut Jokowi Berkontribusi bagi Kawasan

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengakui kontribusi Presiden Jokowi, baik bagi Indonesia maupun kawasan.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

8 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

9 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

9 hari lalu

Retno Marsudi Hadiri ASEAN Future Forum di Vietnam

Retno Marsudi di antaranya menghadiri ASEAN Future Forum di Vietnam sebagai platform tukar pandangan dan ide mengenai masa depan ASEAN

Baca Selengkapnya

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

10 hari lalu

Pupuk Indonesia Perluas Jaringan ke ASEAN

PT Pupuk Indonesia memperluas jaringan ke tingkat ASEAN.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

10 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

12 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya