PM Singapura: Kepala Junta Myanmar Tak Keberatan Dikunjungi Delegasi ASEAN
Reporter
Non Koresponden
Editor
Istman Musaharun Pramadiba
Sabtu, 24 April 2021 20:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, menyampaikan bahwa Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing tidak keberatan dikunjungi utusan khusus ASEAN. Hal itu, kata ia, berkaitan dengan upaya penyelesaian krisis Myanmar yang dibahas dalam KTT ASEAN hari ini.
"Min Aung Hlaing mendengar apa yang kami sampaikan. Dia menerima poin-poin yang ia anggap akan membantu seperti tidak menentang ASEAN memiliki peran konstruktif, kunjungan delegasi ASEAN, ataupun bantuan kemanusiaan," ujar Lee Hsien Loong, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu, 24 April 2021.
Min Aung Hlaing, kata Lee Hsien Loong, juga mengatakan dirinya siap berkomunikasi dengan ASEAN dalam kapasitas konstruktif. Oleh karenanya, Lee Hsien Loong menyakini ASEAN sudah bisa mulai bergerak menyusun rencana kunjungan delegasi ke Myanmar untuk menyelesaikan krisis di sana. Selain itu, juga soal pengiriman bantuan kemanusiaan ke Myanmar.
Lee Hsien Loong tidak menyebutkan kapan kira-kira ASEAN akan mulai membahas pengiriman delegasi itu. Ia bahkan menyatakan penentuan siapa yang akan dikirim Singapura masih prematur. Namun, ia menyatakan bahwa jalan penyelesaian krisis di Myanmar masih panjang.
"Pengakhiran kekerasan dan pembebasan tahanan politik di Myanmar adalah salah satu hal lainnya yang juga harus disegerakan."
"Menggelar diskusi inklusif untuk mencapai resolusi politik adalah tantangan yang sulit juga. Tapi, setidaknya, ada sejumlah langkah ke sana yang bisa kami ambil," ujar Lee Hsien Loong.
Perihal jalannya KTT ASEAN, Lee Hsien Loong menyebutnya sebagai pertemuan yang produktif dengan berbagai acuan untuk langkah ke depan. Jika pertemuan itu tidak ada dan tidak mencapai konsensus, menurut Lee Hsien Loong akan buruk untuk penyelesaian krisis Myanmar.
Per berita ini ditulis, KTT ASEAN atau ASEAN Leaders Meeting telah rampung. Menurut Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi), pertemuan berakhir dengan konsensus upaya mengakhiri krisis Myanmar. Adapun poin-poin yang ditegaskan mulai dari penghentian kekerasan bersenjata, pembentukan dialog inklusif, hingga pemberian bantuan kemanusiaan ke Myanmar.
Sementara itu, situasi di Myanmar belum membaik. Jumlah korban jiwa dan warga yang dijadikan tahanan politik kian banyak. Untuk jumlah korban jiwa, misalnya, sudah mencapai 700 lebih dan diprediksi akan terus bertambah jika krisis Myanmar tak segera diakhiri.
Baca juga: Jokowi: Para Pemimpin ASEAN Capai Konsensus Soal Krisis Myanmar
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA