Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat memberikan keterangan pers soal Myanmar. dok. Kemenlu RI
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan Pemerintah Indonesia berharap KTT ASEAN yang digelar esok Sabtu berujung pada solusi-solusi terkait krisis Myanmar. Hal tersebut menyusul situasi di Myanmar yang kian buruk.
"Komtimen para pemimpin untuk bertemu secara fisik merupakan refleksi kekhawatiran atas situasi di Myanmar dan tekad ASEAN untuk membantu Myanmar keluar dari situasi yang pelik ini," ujar Retno Marsudi dalam jumpa pers sore ini, Jumat, 23 April 2021.
Harapan untuk Myanmar itu sendiri, kata Retno, juga ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo dalam pertemuannya dengan PM Vietnam Phm Minh Chính. Dalam pertemuan pra KTT ASEAN itu, Presiden Jokowi menyatakan posisi Indonesia terkait krisis Myanmar konsisten yaitu keselamatan warga harus menjadi prioritas, kekerasan bersenjata diakhiri, serta dialog inklusif untuk resolusi Myanmar harus segera dilakukan.
Retno mensinyalkan pembahasan tersebut akan berlanjut dalam event working dinner yang mempertemuan para menteri luar negeri anggota ASEAN. Dirinya adalah tuan rumah dari acara tersebut dan persiapan KTT ASEAN (Asean Leaders Meeting), kata Retno, adalah fokus utamanya.
"Kalau kita tengok ke belakang, KTT ASEAN (ALM) ini merupakan insiatif Indonesia dan merupakan tindaklanjut pembicaraan antara Presiden dengan Sultan Brunei Darussalam," ujar Retno Marsudi menerangkan.
Pengunjuk rasa turun ke jalan saat memprotes aksi kudeta militer di Yangon, Myanmar, 19 Februari 2021. Kudeta Myanmar dilakukan militer 1 Februari lalu. Militer yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing, menahan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi dan sejumlah pejabat. REUTERS/Stringer
Per berita ini ditulis, situasi di Myanmar belum membaik. Jumlah korban jiwa dan warga yang dijadikan tahanan politik kian banyak. Untuk jumlah korban jiwa, misalnya, sudah mencapai 700 lebih dan diprediksi akan terus bertambah jika krisis Myanmar tak segera diakhiri.
Krisis itu sendiri dipicu kudeta yang dilakukan Militer Myanmar pada 1 Februari lalu. Panglima Militer Myanmar Min Aung Hlaing memerintahkan penangkapan pejabat-pejabat pemerintahan mulai dari Presiden Win Myint hingga Penasihat Negara Aung San Suu Kyi.
Ia menyakini para pejabat tersebut telah bermain curang di Pemilu Myanmar tahun lalu sehingga pantas untuk dikudeta. Adapun Min Aung Hlaing menjanjikan bakal ada pemilu baru untuk mencari pemimpin Myanmar yang "sah".
Min Aung Hlaing dikabarkan bakal hadir dalam KTT ASEAN besok. Beberapa pihak menganggap hal itu sebagai momentum ASEAN untuk segera mencari solusi atas krisis Myanmar. Beberapa mengkritik kedatangannya, menyebut hal itu sama saja dengan ASEAN melegitimasi kepemimpinan junta Myanmar.