WHO Pede Pandemi COVID-19 Bisa Terkendali Dalam Hitungan Bulan

Selasa, 20 April 2021 15:30 WIB

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers yang diselenggarakan oleh Asosiasi Koresponden Persatuan Bangsa-Bangsa Jenewa (ACANU) di tengah wabah Covid-19 di markas WHO di Jenewa Swiss 3 Juli, 2020. [Fabrice Coffrini / Pool melalui REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) optimistis pandemi COVID-19 bisa dikendalikan dalam hitungan bulan. Syaratnya, menurut Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, adalah sumber daya pengendalian pandemi COVID-19, termasuk vaksin, terdistribusi secara merata dan memiliki kualitas yang terjaga.

"Kita punya alat untuk membuat pandemi COVID-19 ini terkendali dalam hitungan bulan. Namun, kita harus menggunakannya secara konsisten dan adil," ujar Ghebreyesus, dikutip dari Channel News Asia, Selasa, 20 April 2021.

Meski pede pandemi bisa dikendalikan dalam hitungan bulan, ia mengakui bahwa hal tersebut bakal menantang. Salah satunya, karena pertumbuhan kasus COVID-19 yang relatif tinggi, terutama di kelompok usia 25-59 tahun. Ghebreyesus menyalahkan banyaknya varian baru COVID-19 untuk hal itu.

Salah satu varian baru COVID-19 yang dianggap WHO berbahaya adalah varian India, B.1.617. Menurut keterangan WHO, varian B.1.617 dapat menyebabkan peningkatan penularan atau bahkan penurunan netralisasi akibat mutasi spesifik yang dimilikinya.

Bukti betapa bahayanya varian tersebut bisa dilihat pada situasi pandemi di India. Jumlah kasus harian di sana meningkat pesat sejak Februari. Dari yang awalnya di kisaran belasan ribu per hari menjadi 250 ribu per hari ketika berita ini ditulis. India sekarang menempati posisi kedua negara paling terdampak dengan 15 juta kasus dan 180 ribu kematian.

"Butuh sembilan bulan untuk mencapai 1 juta kematian. Selanjutnya 4 bulan untuk mencapai 2 juta kematian dan sekarang 3 bulan untuk mencapai satu juta kematian," ujar Ghebreyesus.

Pasien Covid-19 mendapatkan perawatan di bangsalrumah sakit Lok Nayak Jai Prakash (LNJP), di tengah penyebaran penyakit virus corona di New Delhi, India, 15 April 2021. [REUTERS / Danish Siddiqui]

Kepala ahli epidemi WHO, Maria van Kerkhove, menyatakan hal senada dengan Ghebreyesus. Ia berkata, tren pandemi saat ini menunjukkan peningkatan kasus pada kelompok usia yang sebelumnya kurang terdampak. Hal itu diyakini karena varian baru COVID-19 yang beragam.

"Kami mendapati kenaikan tingkat penularan di seluruh kelompok usia. Pekan lalu, kami juga mendapat laporan ada 5,2 juta kasus baru per pekan, tertinggi sejak pandemi dimulai," ujar Kerkhove menegaskan.

Sebelumnya, WHO menyalahkan masih tidak meratanya distribusi vaksin COVID-19 di seluruh dunia sebagai penyebab belum terkendalinya pandemi. Meski jangkauan distribusi kian luas, sudah mencapai 100 lebih negara, porsi suplai yang diberikan masih timpang. Kebanyakan suplai vaksin COVID-19 dikuasai negara-negara besar.

Salah satu negara dengan suplai vaksin COVID-19 terbesar adalah Amerika. Saking besarnya, Amerika dilaporkan memiliki surplus 600 juta dosis misalkan tidak ada penyesuaian lagi dalam program vaksinasinya. Beberapa negara dikabarkan meminta Amerika untuk membagikan surplus itu.

Timpangnya rasio suplai dengan populasi di berbagai negara tak ayal membuat kampanye vaksinasi tak maksimal. Di Indonesia, misalnya, rasio vaksinasi per 100 dikabarkan masih di bawah angka dunia, 4,2. Sementara itu, rasio dunia 7,4 orang per 100. Hal ini yang dikeluhkan WHO.

Baca juga: WHO Sebut Varian Covid-19 Baru dari India Kemungkinan Lebih Menular

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

2 jam lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

5 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

11 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

14 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

14 jam lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

2 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya