Korban Jiwa Terus Bertambah, Demonstran Myanmar Warnai Jalanan Merah Darah

Kamis, 15 April 2021 10:00 WIB

Demonstran memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, 21 Februari 2021. [REUTERS / Stringer]

TEMPO.CO, Jakarta - Warga Myanmar belum menyerah mendesak junta militer untuk segera mengakhiri kudeta. Dalam unjuk rasa terbarunya, mereka mewarnai jalanan dan bangunan Myanmar dengan cat merah darah, merepresentasikan jumlah korban yang terus bertambah. Per berita ini ditulis, jumlah korban jiwa selama kudeta Myanmar mencapai 714 orang.

Hari Tradisional Myanmar, Thingyan, bakal menjadi puncak demonstrasi pekan ini. Menyusul dibatalkannya berbagai festival dan upacara tradisional, warga bersiap memanfaatkan hari libur yang ada untuk meningkatkan desakan kepada junta militer, termasuk memerahkan Myanmar.

"Tujuan dari 'serangan berdarah' ini adalah untuk mengenang para martir yang meninggal dalam memperjuangkan demokrasi. Kita tidak boleh berpesta dalam periode festival kali ini. Kita harus berduka kepada para martir dan melanjutkan perjuangannya," ujar salah seorang demonstran Myanmar, dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 14 April 2021.

Aksi mengecat jalanan dan bangunan dengan warna merah darah itu berlangsung di berbagai kota. Salah satunya Mandalay. Di sana, jalanan dihujani cat merah, diikuti dengan coret-coretan tulisan seperti "Semoga kediktatoran militer berakhir", "Gulingkan era ketakutan", dan "Darah belum mengering di jalanan".

Di Yangon, ada coret-coretan yang secara langsung menyindir PBB. Warga menuliskan, "Hai PBB, apa kabar? Kami harap kalian baik-baik saja karena kami sekarang sekarat". Sebagaimana diketahui, PBB belum mengambil sanksi ataupun resolusi tegas atas situasi Myanmar. Diyakini hal itu karena Cina dan Rusia yang pernah memveto resolusi krisis Rohingya di Myanmar pada 2017 lalu.

Kapala Badan HAM PBB, Michelle Bachelet, tidak menyangkal situasi di Myanmar sudah parah. Ia bahkan menyebut situasi di Myanmar mengarah ke "Konflik menyeluruh" dan mengingatkannya pada situasi di Suriah pada 2011. Namun, kata ia, situasi itu bisa dicegah apabila komunitas internasional kompak merespon situasi di Myanmar.

Kepala Badan HAM PBB, Michelle Bachelet. Reuters


"Saya melihat bayang-bayang Suriah tahun 2011 (di Myanmar). Di sana, kita juga melihat unjuk rasa damai yang direspon dengan kekerasan yang berlebihan."

"Tindakan brutal dan tekanan pemerintah secara terus menerus mendorong sejumlah orang untuk mengangkat senjata yang kemudian diikuti dengan kekerasan tiada akhir," ujar Bachelet, mengingat situasi krisis Suriah 2011 dan kekhawatiran hal itu terulang di Myanmar.

Michelle Bachelet wajar takut. Kelompok etnis bersenjata di Myanmar sudah bersumpah bakal melawan kekejaman Militer Myanmar. Jika tidak segera ditangani, aksi tersebut diprediksi berbagai pakar bakal berujung pada perang saudara dan Myanmar menjadi negara gagal.

Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, menyuarakan hal tersebut. Menurutnya, ancaman perang sipil dan negara gagal itu nyata bagi Myanmar. Oleh karenanya, ia meminta PBB, komunitas internasional, ASEAN, termasuk Indonesia, untuk mengambil langkah tegas atas situasi Myanmar.

"Konflik kelompok etnis bersenjata dan Militer Myanmar semakin memperparah krisis di Myanmar. Per 8 April saja, menurut data HAM ALTSEAN, setidaknya ada 20 ribu pengungsi baru dari Kachin dan Karen. Ada juga 100 ribu pekerja migran yang melarikan diri dari Yangon," ujar Usman Hamid.

Usman Hamid menganjurkan Dewan Keamanan PBB untuk segera memberlakukan embargo senjata global. Selain itu, sanksi keuangan terhadap Militer Myanmar dan merujuk situasi ke Pengadilan Kriminal Internasional. Untuk ASEAN, Usman Hamid menganjurkan mereka memastikan akses rakyat Myanmar pada bantuan kemanusiaan.

Baca juga: Warga Myanmar Dipaksa Bayar 85 Dollar Untuk Jemput Jenazah Korban Kudeta

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA



Berita terkait

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

7 jam lalu

Israel Tutup Perbatasan Rafah, PBB: Bencana Kemanusiaan Jika Bantuan Tak Bisa Masuk Gaza

Pejabat PBB mengatakan penutupan perbatasan Rafah dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom) merupakan "bencana besar" bagi warga Palestina di Gaza

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

8 jam lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

10 jam lalu

Ukraina Tolak Akui Vladimir Putin sebagai Presiden Sah Rusia

Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan tidak ada dasar hukum untuk mengakui Vladimir Putin sebagai presiden Rusia yang sah.

Baca Selengkapnya

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

12 jam lalu

Temuan PBB tentang Kuburan Massal Gaza: Ada yang Disiksa, Ada yang Dikubur Hidup-hidup

Para ahli PBB mendesak penjajah Zionis Israel untuk mengakhiri agresinya terhadap Gaza, dan menuntut ekspor senjata ke Israel "segera" dihentikan.

Baca Selengkapnya

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

16 jam lalu

Kelompok Perlawanan Myanmar Klaim Tangkap Ratusan Aggota Junta Militer

Tentara Arakan atau Arakan Army menyatakan telah menangkap ratusan anggota junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

2 hari lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

3 hari lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

3 hari lalu

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International kecam kekerasan polisi di dua kampus di Makassar saat Hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

3 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya