Johnson & Johnson Respon Rekomendasi Jangan Pakai Vaksin COVID-19 Buatannya
Reporter
Non Koresponden
Editor
Istman Musaharun Pramadiba
Rabu, 14 April 2021 07:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Johnson & Johnson merespon kabar vaksin COVID-19 buatannya menyebabkan pembekuan darah. Dikutip dari CNN, Johnson & Johnson menyatakan bahwa mereka sepenuhnya sadar soal adanya kasus langka berupa pembekuan darah pasca vaksinasi. Atas hal itu, kata Johnson & Johnson, mereka telah berkoordinasi dengan badan regulator obat-obatan di Amerika serta Eropa untuk kajian lebih lanjut.
"Keamanan dan keselamatan dari warga yang menggunakan vaksin buatan kami adalah prioritas nomor satu. Kami sepenuhnya sadar soal adanya kasus langka berupa pembekuan darah pada sejumlah kecil individu," ujar Johnson & Johnson dalam pernyataan persnya, Selasa, 13 April 2021.
Diberitakan sebelumnya, Badan Regulator Obat-obatan dan Makanan (FDA) serta Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) merekomendasikan Pemerintah Amerika untuk tidak dulu menggunakan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson. Sebab, mereka mendapati 6 dari 6,8 juta pengguna vaksin tersebut menderita pembekuan darah.
Keenam kasus tersebut menyasar kelompok usia di bawah 50 tahun. Menurut laporan CNN, keenam pasien yang menderita pembekuan darah adalah perempuan dengan usia 18-48 tahun dan kasus muncul di rentang 6-13 hari sejak penyuntikkan.
Kasus tersebut mirip dengan yang dialami vaksin AstraZeneca di mana menggunakan teknologi sama, Adenovirus. Sama-sama menggunakan virus jinak untuk memicu antibodi terhadap COVID-19, AstraZeneca juga dikabarkan memiliki kasus langka berupa pembekuan darah.
Johnson & Johnson melanjutkan, mereka tak hanya melakukan kajian lebih, tetapi juga akan secara proaktif menahan distribusi vaksin yang tengah berjalan. Untuk saat ini, kata mereka, upaya itu tengah dilakukan di Eropa.
"Kami terus berkoordinasi dengan pakar medis dan otoritas kesehatan dan kami mendukung penuh transparansi informasi ke pakar serta publik. CDC dan FDA telah menerbitkan informasi soal deteksi dan manajemen yang perlu dilakukan jika menemukan kasus pembekuan darah," ujar Johnson & Johnson.
Terakhir, Johnson & Johnson meminta para penerima vaksinnya yang mengalami sakit kepala, pegal, serta susah nafas tiga pekan sejak penyuntikkan untuk melapor ke pusat kesehatan terdekat.
Secara terpisah CDC menyatakan bahwa jika pasien telah menerima vaksin Johnson & Johnson sebulan yang lalu tanpa mengalami gejala apapun, maka sangat-sangat kecil kemungkinan bakal menderita efek samping.
"Saya tahu ada sejumlah penerima vaksin Johnson & Johnson yang sekarang khawatir. Untuk mereka yang sudah menerima vaksin COVID-19 ini sebulan yang lalu, maka resiko pembekuan darahnya sangat kecil untuk saat ini," ujar CDC.
Per berita ini ditulis, angka vaksinasi COVID-19 di Amerika sudah mencapai 3,21 juta per hari. Hal itu sudah melebihi target vaksinasi yang ditetapkan oleh Presiden Amerika Joe Biden di awal kepemipinannya, 1,5 juta per hari. Vaksin Johnson & Johnson, yang hanya butuh satu dosis, diharapkan bisa meningkatkan angka vaksinasi itu lebih jauh.
Baca juga: Uni Eropa Selidiki Kasus Pembekuan Darah Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson
ISTMAN MP | CNN