Tentara Kemerdekaan Kachin Rebut Pos Strategis Militer Myanmar Dekat Cina

Sabtu, 27 Maret 2021 19:00 WIB

Seorang pemberontak Tentara Kemerdekaan Kachin berjaga di garis depan pasukan Myanmar dari sebuah pos terdepan di gunung Hpalap, di Kachin utara, Myanmar, 17 Maret 2018. Konflik Kachin telah berlangsung selama 17 tahun. (AP Photo/Esther Htusan)

TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA), sebuah kelompok etnis bersenjata Myanmar utama yang berbasis di Negara Bagian Kachin, telah menduduki bukit strategis penting di Distrik Bhamo yang sebelumnya dikuasai oleh militer Myanmar, kata juru bicara KIA Kolonel Naw Bu mengatakan kepada The Irrawaddy pada Kamis.

Kolonel Naw Bu mengatakan batalion 30 KIA menggempur pos di Bukit Alaw pada Rabu pukul 5 sore dan mengambil alih bukit itu sekitar pukul 4 pagi pada Kamis, menurut laporan yang dikutip dari The Irrawaddy, 27 Maret 2021.

Bukit Alaw, kata Naw Bu, adalah pos strategis di dekat perbatasan Myanmar dengan Cina. "Dari sudut pandang militer, bukit itu relatif strategis. Pasukan Inggris dulu menduduki bukit ini selama Perang Dunia II. Laporan bahwa kami telah menduduki tiga pos terdepan tidak benar. Selebihnya hanya sekelompok penjaga yang menjaga pos terdepan," kata Kolonel Naw Bu.

Serangan itu dilakukan sebagai pembalasan atas serangan militer di pos terdepan KIA dekat Laiza, yang berada di bawah kendali markas KIA, katanya.

"Pasukan rezim militer menembaki pos kami di Bukit Hpalap (dekat Laiza) dengan artileri sepanjang malam pada tanggal 22 Maret. Mereka menembak lagi ke Batalion 3 di Sadone keesokan harinya. Mereka telah melakukan penyerangan selama dua sampai tiga hari.

Advertising
Advertising

"Peluru artileri mereka jatuh di barak kami. Yang lebih buruk, peluru artileri juga jatuh di kamp Hkau Sau (di perbatasan Cina) dan di wilayah Cina," kata Kolonel Naw Bu.

KIA mengklaim bahwa dua peluru artileri jatuh di wilayah Cina pada hari Selasa. Militer Myanmar tidak berkomentar.

Sebelumnya pada 12 Maret Myanmar Now melaporkan KIA menyerbu kamp militer Myanmar yang berbasis di dekat desa Sal Zin.

Militer Myanmar dan KIA sedang dalam proses merundingkan gencatan senjata sebelum kudeta 1 Februari. Kelompok bersenjata Kachin meminta Komando Utara militer untuk tidak membahayakan pengunjuk rasa Kachin yang menentang rezim junta militer.

Ban terbakar di jalan saat protes terhadap kudeta militer berlanjut, di Mandalay, Myanmar 27 Maret 2021. [REUTERS / Stringer]

Sejak kudeta, tentara Myanmar telah bentrok dengan Serikat Nasional Karen dan Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan. Kedua kelompok etnis ini sepakat menandatangani Perjanjian Gencatan Senjata Nasional (NCA).

Pada 20 Februari, 10 kelompok etnis bersenjata Myanmar yang telah menandatangani NCA mengumumkan bahwa mereka akan menunda pertemuan politik untuk negosiasi dengan junta.

Pengumuman itu juga mengatakan bahwa kelompok-kelompok itu mendukung Gerakan Pembangkangan Sipil dan bentuk-bentuk perlawanan rakyat lainnya terhadap kudeta militer dan akan mencari cara untuk mendukung mereka.

Baca juga: Kelompok Etnis Bersenjata Myanmar Akan Bertindak Jika Junta Terus Bunuh Pendemo

Sementara pada Sabtu, faksi kelompok etnis bersenjata Myanmar lain, Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan/Tentara Negara Bagian Shan-Selatan (RCSS), mengatakan mereka tidak akan berdiam diri dan bakal bertindak jika pasukan junta militer terus membunuh pengunjuk rasa.

"Ini bukan untuk melindungi demokrasi juga, tapi bagaimana mereka merusak demokrasi ...Jika mereka terus menembaki pengunjuk rasa dan menindas orang, saya pikir semua kelompok etnis tidak akan hanya berdiam diri dan tanpa melakukan apa-apa," kata Jenderal Yawd Serk, ketua Dewan Pemulihan Negara Bagian Shan/Tentara Negara Bagian Shan-Selatan (RCSS), kepada Reuters pada 27 Maret, bertepatan dengan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar.

Setidaknya 50 pengunjuk rasa penentang kudeta militer tewas oleh pasukan keamanan di seluruh Myanmar pada Sabtu, menurut media dan saksi setempat, menurut laporan Reuters, saat militer Myanmar merayakan Hari Angkatan Bersenjata tahunan untuk memperingati perlawanan bersenjata melawan penjajah Jepang pada 27 Maret.

THE IRRAWADDY | MYANMAR NOW | REUTERS

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

3 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

4 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

9 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

11 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

11 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

14 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

14 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

15 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

16 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

17 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya