Taiwan Minta Bisnisnya Kibarkan Bendera di Myanmar Agar Tidak Dikira Cina

Senin, 15 Maret 2021 14:48 WIB

Seorang pria menggunakan katapel saat bentrokan dengan pasukan keamanan saat unjuk rasa anti-kudeta militer di Mandalay, Myanmar 14 Maret 2021. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Kasus kebakaran pabrik milik Cina di Hlaingthaya saat demonstrasi Kudeta Myanmar membuat Taiwan was-was. Dikutip dari Channel News Asia, Pemerintah Taiwan meminta perusahaan-perusahannya di Myanmar mengibarkan bendera nasional untuk berlindung dari amukan warga.

Menurut Pemerintah Taiwan, warga Myanmar hanya akan menyasar perusahaan-perusahaan atau bangunan milik Cina. Oleh karenanya, agar tidak dikira sebagai perusahaan asal Cina, Pemerintah Taiwan berpikir pengibaran bendera nasional bisa menjadi penanda.

"Sejauh ini hanya satu perusahaan Taiwan yang terjebak dalam kerusuhan di Myanmar. Ada 10 warga Taiwan yang terjebak di dalam gedung walaupun mereka selamat," ujar Kementerian Luar Negeri Taiwan, Senin, 15 Maret 2021.

Selain mengibarkan bendera, Pemerintah Taiwan juga merekomendasikan perusahaan-perusahaan di Myanmar untuk memasang baliho yang mengatakan mereka bukan dari Cina. Namun, kata mereka, pernyataan di baliho tersebut harus tertulis dalam bahasa Myanmar (Burma).

"Bisa juga menjelaskan kepada pekerja lokal atau tetangga-tetangga bahwa perusahaan terkait bukan berasal dari Cina, tetapi dari Taiwan, untuk menghindari kesalahpahaman," ujar Kementerian Luar Negeri Taiwan menambahkan. Mereka mengaku sudah meminta tolong kantor perwakilannya di Myanmar untuk memberikan imbauan atau arahan terkait tanda pengenal itu.

Sebagai catatan, perusahaan-perusahaan Taiwan sudah pernah dikira perusahaan Cina sebelumnya. Hal itu terjadi di tahun 2014 ketika warga berunjuk rasa soal pengeboran lepas laut Cina di wilayah perairan Vietnam, Laut Cina Selatan. Sebuah pabrik perusahaan asal Taiwan dibakar oleh warga karena dikira berasal dari Cina.

Warga mengangkut seorang demonstran yang ditembak pasukan keamanan saat unjuk rasa anti-kudeta militer di Thingangyun, Yangon, Myanmar 14 Maret 2021. REUTERS/Stringer


Selama ini, status Cina dan Taiwan memang masih menjadi bahan perdebatan. Cina mengklaim Taiwan sebagai bagiannya, seperti Hong Kong dan Macau, namun Taiwan beranggapan sebaliknya. Taiwan merasa dirinya sebagai negara independen sehingga tidak perlu menuruti klaim-klaim Cina.

Terkait posisi Cina di Myanmar, sentimen anti-Cina dilaporkan berkembang sejak kudeta berlangsung. Pihak oposisi dari junta militer mempermasalahkan sikap Cina yang cenderung diam dalam menyikapi kudeta Myanmar. Beberapa pihak bahkan beranggapan Cina hendak memanfaatkan situasi di Myanmar untuk memperkuat pengaruhnya di Asia Tenggara.

Sepanjang kudeta Myanmar berlangsung, Cina memang cenderung lebih kalem. Selain tidak menjatuhkan sanksi terhadap Militer Myanmar, Cina juga menganggap apa yang terjadi di sana adalah konflik internal. Bahkan, media-media milik pemerintah di Cina menyebut situasi kudeta Myanmar sebagai "reshuffle kabinet besar-besaran".

Sikap Cina tersebut kontras dengan negara-negara Barat. Mereka sudah menjatuhkan sanksi ekonomi dan personal terhadap sejumlah pejabat Militer Myanmar. Amerika bahkan memperkuat sanksinya pekan ini dengan memblokir sejumlah aktivitas dagang yang berkaitan dengan Kementerian Pertahanan Myanmar.

Tidak adanya sikap tegas dari Cina membuat lamanya di Facebook menjadi sasaran warga Myanmar. Apalagi, ketika terjadi di pembantaian di Hlaingthaya yang menewaskan puluhan orang. Saat hal itu terjadi, Cina malah mempermasalahkan keamanan pabriknya, bukan soal warga-warga yang tewas ditembak di sana.

Baca juga: Korban Jiwa Selama Kudeta Myanmar Capai 120 Orang

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA




Berita terkait

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

1 jam lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

2 jam lalu

WNI Selamat dalam Gempa Taiwan

Taiwan kembali diguncang gempa bumi sampai dua kali pada Sabtu, 26 April 2024. Tidak ada WNI yang menjadi korban dalam musibah ini

Baca Selengkapnya

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

4 jam lalu

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

Pemerintah Cina turun tangan mempertemukan dua kelompok berseteru di Palestina yaitu Fatah dan Hamas

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

6 jam lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

1 hari lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

Di Beijing, Blinken Sampaikan Kekhawatiran AS tentang Dukungan Cina terhadap Rusia

1 hari lalu

Di Beijing, Blinken Sampaikan Kekhawatiran AS tentang Dukungan Cina terhadap Rusia

Menlu AS, Antony Blinken, bertemu dengan timpalannya dari Cina, Wang Yi, untuk membicarakan banyak hal, termasuk hubungan Cina-Rusia.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

1 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

1 hari lalu

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menilai penting penanganan judi online dapat diselesaikan secara bekerja sama.

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

1 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

2 hari lalu

Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

Honor dan Huawei menempati posisi pertama pangsa pasar ponsel pintar di negara asalnya, Cina., menurut IDC

Baca Selengkapnya